Pengguna:Bennylin/Dwi

Menurut Gorys Keraf, ada empat macam bentuk pengulangan kata dalam bahasa Indonesia. Pertama, ulangan suku awal atau disebut juga dwipurwa. Kedua, ulangan seluruh bentuk dasar kata (dwilingga). Ketiga, ulangan seluruh suku kata dengan perubahan suara pada fonem (satu atau lebih) (dwilingga salin-swara). Keempat, ulangan berimbuhan.

Marilah kita perhatikan masing-masing ragam bentuk kata majemuk (reduplikasi) tersebut.

Kata Ulang Dwipurwa

Kata ulang dwipurwa ialah kata ulang yang hanya mengulangi suku pertama saja dari kata dasar. Akan tetapi, dalam pengulangan tersebut terjadi perubahan vokal menjadi /e/ pepet atau /e/ lemah. Umpamanya,

Dwipurwa:

dedengkot

sesebentar sesegera sesekali sesenang sesenap sesendok sesenggukan seseorang sesepi sesepuh seserahan sesetel Dwipurwa salin-swara:

bebatuan
bebungaan
bebuyutan
cecunguk
dedalu
dedaunan = daun-daunan
gegabah
gegana
jejaka
jejenang
jejunum
lelaki = laki-laki
lelawak
lelayu
leluasa = luasa-luasa
lelucon
leluhur = luhur-luhur
nenenda
rerimbunan
rerumputan = rumput-rumputan
reruntuhan
tetumbuhan = tumbuh-tumbuhan
tetimbunan
tetanaman = tanam-tanaman
tetangga = tangga-tangga

pepaku pepare pepatah pepaya peperangan pepohonan peputut

tetabuhan tetampan tetamu tetangga tetani tetapi tetawak tetelo tetua

sesaat sesagon sesaing sesajen sesaji sesalan sesalin sesama sesambat sesamoid sesampai sesanggup sesangkak sesanti sesatif sesaudara sesawi sesayak sesayat sesiak sesibar sesibir sesifolia sesira sesium sesobek sesoca sesorang sestina sesuai sesuap sesuatu sesudah sesuka sesukat sesuku sesumbar

wewangian
wewenang