Pengguna:Hysocc/Buku/Kimia dalam kehidupan
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan produk-produk industri yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Bahan kimia yang telah diketahui manfaatnya dikembangkan dengan cara membuat produk-produk yang berguna untuk kepentingan manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui jenis, sifat-sifat, kegunaan, dan efek samping dari setiap produk yang kita gunakan atau kita lihat sehari-hari.
Garis besar ilmu kimia sunting
Kimia ada di sekitar manusia, di setiap hal yang dilihat oleh mata. Segala hal yang berwujud (materi) dan yang tidak berwujud (energi) berkaitan dengan ilmu kimia. Segala hal yang dimakan dan diminum manusia, yang dikenakan manusia, yang berada di atas meja, udara yang dihirup manusia, bahan baku uang koin dan kertas, dan sebagainya merupakan bahan kimia.
Namun secara percakapan di kehidupan sehari-hari, istilah "kimia" seringkali dikaitkan dengan bahan beracun dan berbahaya yang memiliki fungsi tertentu namun tidak boleh dikonsumsi manusia.
Partikel, molekul, dan unsur sunting
Partikel adalah satuan berukuran kecil dari suatu benda. Sedangkan molekul adalah sesuatu yang berukuran sangat kecil yang membentuk zat secara kimiawi. Molekul tersusun atas dua atau lebih unsur.
Zat kimia yang ada di rumah sunting
Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya. Seperti telah kamu pelajari di SMP, campuran suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada bab ini hanya akan dibahas beberapa kelompok bahan kimia saja. Bahan kimia yang dimaksud, di antaranya adalah:
- pembersih atau deterjen;
- pemutih pakaian;
- pewangi;
- pestisida;
- zat aditif makanan;
- zat psikotropika atau psikoaktif.
Bahan kimia pembersih sunting
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai bahan kimia pembersih, di antaranya sabun dan detergen. Sabun dan detergen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya tidak dapat bercampur dengan air menjadi mudah bercampur. Sabun dan detergen dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian yang suka air (hidrofilik) sehingga dapat larut dalam air, dan bagian yang tidak suka akan air (hidrofobik) sehingga larut dalam minyak atau lemak. Jika dalam pakaian yang dicuci dengan detergen terdapat kotoran lemak maka bagian ion yang bersifat hidrofobik masuk ke dalam butiran lemak atau minyak dan bagian ion tersebut yang bersifat hidrofilik akan mengarah ke pelarut air. Keadaan ini menyebabkan butiran-butiran minyak akan saling tolak-menolak karena menjadi bermuatan sejenis. Akibatnya, kotoran lemak atau minyak yang telah lepas dari pakaian tidak dapat saling bersatu lagi dan tetap berada dalam larutan.
Pemutih pakaian sunting
Pemutih biasanya dijual dalam bentuk larutannya dan digunakan untuk menghilangkan kotoran atau noda berwarna yang sukar dihilangkan dengan hanya menggunakan sabun atau detergen. Larutan pemutih yang dijual di pasaran biasanya mengandung bahan aktif natrium hipoklorit (NaOCl) sekitar 5%. Selain digunakan sebagai pemutih dan membersihkan noda, juga digunakan untuk desinfektan (membasmi kuman). Pada umumnya, bahan pemutih yang dijual di pasaran sudah aman untuk dipakai selama pemakaiannya sesuai dengan petunjuk. Selain dengan noda, zat ini juga bisa bereaksi dengan zat warna pakaian sehingga dapat memudarkan warna pakaian. Oleh karena itu, pemakaian pemutih ini harus sesuai petunjuk.
Pewangi sunting
Pewangi merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari bahan alam maupun sintetik. Bahan pewangi alami yang sudah kita kenal di antaranya diperoleh dari daun kayu putih, kulit kayu manis, batang kayu cendana, bunga kenanga, bunga melati, dan buah pala. Bahan pewangi sintetik biasanya dipakai dalam berbagai pewangi atau parfum dalam kemasan. Selain zat yang menimbulkan aroma wangi, pewangi yang dijual di pasaran biasanya mengandung zat-zat lain, seperti alkohol untuk pewangi yang berbentuk cair dan tawas untuk pewangi yang berbentuk padat.
Selain alkohol, masih terdapat beragam zat tambahan lainnya yang sengaja ditambahkan ke dalam pewangi agar parfum mudah disemprotkan (zat tersebut berfungsi sebagai propelan). Di antara zat-zat tambahan yang dapat berfungsi sebagai propelan tersebut ada yang dapat mencemari lingkungan. Propelan tertentu jika lepas ke udara kemudian masuk ke atmosfer bagian atas akan merusak lapisan ozon (suatu lapisan di udara bagian atas yang melindungi manusia dari sinar-sinar berenergi tinggi, seperti sinar ultra violet). Untuk itu, kita harus selektif ketika membeli produk berupa parfum, jangan sampai mengandung bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan.
Pestisida sunting
Bahan kimia jenis pestisida erat sekali dengan kehidupan para petani. Pestisida dipakai untuk memberantas hama tanaman sehingga tidak mengganggu hasil produksi pertanian. Pestisida meliputi semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, jamur, bakteri, virus, tikus, bekicot, dan nematoda (cacing). Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan menurut fungsi dan sasaran penggunaannya, yaitu:
- Insektisida,
- yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga, seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Contoh insektisida adalah basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, dan diazinon.
- Fungisida,
- yaitu pestisida yang dipakai untuk memberantas dan mencegah pertumbuhan jamur atau cendawan. Beberapa contoh fungisida adalah tembaga oksiklorida, tembaga(I) oksida, karbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
- Bakterisida,
- yaitu pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salah satu contoh dari bakterisida adalah tetramycin, sebagai pembunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk.
- Rodentisida,
- yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat, seperti tikus. Contoh dari pestisida jenis ini adalah warangan.
- Nematisida,
- yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman jenis cacing (nematoda). Contoh dari pestisida jenis ini adalah DD, vapam, dan dazomet.
- Herbisida,
- yaitu pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma), seperti alang-alang, rerumputan, dan eceng gondok. Contoh dari herbisida adalah ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.
Penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak yang negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, penggunaannya harus dilakukan sesuai dengan aturan. Beberapa dampak negatif yang dapat timbul akibat penggunaan pestisida, di antaranya:
- Terjadinya pengumpulan pestisida (akumulasi) dalam tubuh manusia karena beberapa jenis pestisida sukar terurai. Pestisida yang terserap tanaman akan terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Jika tanaman ini dimakan hewan atau manusia maka pestisidanya akan terakumulasi dalam tubuh sehingga dapat memunculkan berbagai risiko bagi kesehatan hewan maupun manusia.
- Munculnya hama spesies baru yang lebih tahan terhadap takaran pestisida. Oleh karena itu, diperlukan dosis pemakaian pestisida yang lebih tinggi atau pestisida lain yang lebih kuat daya basminya. Jika sudah demikian maka risiko pencemaran akibat pemakaian pestisida akan semakin besar baik terhadap hewan maupun lingkungan, termasuk juga manusia sebagai pelakunya.
Zat aditif makanan sunting
Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain sebagainya. Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat:
- memperbaiki kualitas atau gizi makanan;
- membuat makanan tampak lebih menarik;
- meningkatkan cita rasa makanan; dan
- membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai.
Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
- zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
- zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat aditif dalam produk makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya.
Zat pewarna sunting
Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:
- Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit
- Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.
Tabel di bawah ini adalah daftar zat pewarna, baik alami maupun sintetik yang aman dipergunakan sebagai zat pewarna makanan dan minuman.
Warna | Nama | Kode |
---|---|---|
Merah | Alkanat | 75520 |
Merah | Betanin | - |
Merah | Karmin | 75470 |
Merah | Likopen | - |
Merah-Kuning | Annato | 75120 |
Kuning | Karoten | 75130 |
Kuning | Kurkumin | 75300 |
Kuning | Safron | 75100 |
Hijau | Klorofil | 75810 |
Biru | Ultramin | 77007 |
Biru | Antosianin | - |
Coklat | Karamel | - |
Hitam | Karbon hitam | 77266 |
Hitam | Besi oksida | 77499 |
Putih | Titanium dioksida | 77891 |
Warna | Nama | Kode |
---|---|---|
Merah | Carmoisine | 14720 |
Merah | Amaranth | 16185 |
Merah | Erythrosine | 45430 |
Merah | Allura Red | - |
Oranye | Sunset Yellow | 15985 |
Kuning | Tartrazine | 19140 |
Kuning | Quinoline Yellow | 47005 |
Hijau | Fast Green | 42053 |
Biru | Brilliant Blue | 42090 |
Biru | Indigo carmine | 73015 |
Ungu | Violet GB | 42640 |
Zat pemanis sunting
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
- Zat pemanis alami. Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buah-buahan dan madu.
- Zat pemanis buatan atau sintetik. Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi.
Zat pengawet sunting
Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman tetap layak untuk dimakan atau diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat pengawet) ke dalam makanan dan minuman. Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan.
- Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.
- Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.
Zat penyedap cita rasa sunting
Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempah-rempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai Indonesia. Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita rasa tertentu pada makanan. Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia.
Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
Praktikum sunting
Belilah produk makanan dalam kemasan dan kemudian identifikasi bahan-bahan kimia yang tertulis dalam daftar komposisi bahan-bahan tersebut.
Bagian yang diidentifikasi diantaranya:
Zat | Nama | Nutrisi | Jumlah | Satuan |
---|---|---|---|---|
Zat pengawet | Natrium benzoat | Kalori | ||
Zat pewarna | Karbohidrat | |||
Zat pemanis | Protein | |||
Zat penyedap rasa | Lemak | |||
Vitamin ... | ||||
Vitamin ... | ||||
Mineral ... | ||||
Mineral ... |
Latihan soal sunting
1. Kelompokkan zat-zat kimia berikut ini sesuai fungsi dan jenisnya masing-masing:
- a. Monosodium glutamat
- b. Natrium benzoat
- c. Natrium siklamat
- d. Gula pasir
- e. Kunyit
- f. Asam cuka
- g. Tartrazin
- h. Brilliant blue
2. Jelaskan keuntungan dan kerugian pemakaian pestisida dalam pertanian
3. Tuliskan keuntungan dan kerugian penggunaan zat aditif makanan