Pengguna:Laila Hanan/Draf

Pengertian Borat atau biasa dikenal dengan sebutan boraks merupakan zat pengawet berbahaya yang biasa untuk dibuat oleh pengolahan makanan dan dapat mengganggu Kesehatan tubuh. Boraks mengandung campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang juga bisa dikenal dengan natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat.

[1]Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada suhu ruangan. Senyawa kimia boraks dengan nama natrium tetraborat (NaB4O7 10 H2O). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida dan asam borat (H3BO3).

Sifat Boraks

sunting
  1. Boraks memiliki kandungan boron dan memiliki berat molekul sebesar 381, 43.
  2. Boraks berupa hablur tidak berwarna / serbuk hablur putih dan tidak berbau
  3. Tidak larut dalam etanol
  4. Larut dalam 20 bagian air, 0,6 bagian air mendidih dan 1 bagian gliserol
  5. Boraks umumnya bersifat basa pada pH 9,17 – 9,25
  6. [2]Boraks tidak larut dalam alkohol

Jenis-jenis Boraks

sunting

Boraks yang biasa digunakan antara lain adalah Natrium biborat (Sodium biborate), Natrium piborat (Sodium piborate), Disodium tetraborate, Sodium borate decahydrate, Boric acid, Disodium salt, Antypionin, Borascu, Boricin, Jaikin, Neobar, Polybor.

Fungsi Boraks

sunting

[3]Fungsi boraks sebenarnya adalah digunakan dalam industri non pangan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik dan pengontrol kecoa. Akan tetapi boraks sejak lama telah disalahgunakan oleh beberapa produsen untuk pembuatan kerupuk beras, mie, lontong (sebagai pengeras), bakso (pengenyal dan pengawet), kecap (pengawet), bahkan bubur ayam (sebagai pengental dan pengawet).

Pada Bahan Industri atau Rumah Tangga

  1. Antiseptik
  2. Tambahan pembuatan lilin
  3. Zat pembersih
  4. Penghilang karat
  5. Bahan baku pembuatan detergen
  6. Untuk pengawetan biologis
  7. Pengontrok kecoak (hama)
  8. Pembasmi semut

Pada Makanan

  1. Kecap sebagai pengawet
  2. Cenel digunakan untuk pengeras
  3. Bakso digunakan untuk pengeras dan pengawet
  4. Mie untuk pengenyal
  5. Ketupat digunakan untuk pengeras
  6. Lontong sebagai pengeras

Sejarah dan Legalitas Boraks

sunting

[4]Diperkirakan bahwa boraks digunakan di China sekitar 900 SM untuk pengilap kaca, Di waktu yang sama boraks digunakan di Arab sebagai bahan finishing emas. Marco polo dianggap berperan dalam meluasnya penggunaan boraks, karena membangun rute perdagangan yang segera membawa boraks ke Eropa. Kristal boraks buatan manusia pertama dibuat pada tahun 1792 oleh Wilhelm Homberg yang merupakan boraks dengan campuran dan mineral asam dengan air. Air menguap meninggalkan kristal boraks dan sering disebut “Garam Rhomberg”. Peneliti Eropa segera menemukan sifat senyawa tersebut sebagai antiseptik ringan dan dapat digunakan untuk mencuci mata. Deposit boron Turki, yang dikenal sejak abad ke-13, mulai ditambang besar-besaran pada tahun 1861. Deposit boraks pada tahun 1870-an ditemukan di Nevada dan Death Valley, California. Saat itu dikenal dengan tim 20 keledai yang membawa boron mengarungi gurun di Amerika.

Lalu para peneliti pada tahun 1900 an mulai meneliti keamanan penggunaan boraks untuk pengawetan makanan. Dan akhirnya pada tahun 1920 banyak negara mulai melarang penggunaan boraks untuk makanan termasuk indonesia. Para peneliti pada tahun 1900 an mulai meneliti keamanan penggunaan boraks untuk pengawetan makanan.

Pemerintah telah mengeluarkan peraturan pelarangan penggunaan boraks sebagai bahan tambahan pangam pada Peraturan Menteri Kesehatan No.722/Menkes/per/IX/1998 tentang Bahan Tambahan Pangan dan penggunaan boraks dalam makanan dilarang menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012.

Sifat Farmakologi

sunting
  1. Absorbsi :Boraks didistribusikan ke seluruh tubuh dan memiliki afinitas yang besar terhadap hati, otak dan ginjal, sehingga dapat terakumulasi pada organ tersebut.
  2. Ekskresi :Boraks dieksresikan Sebagian besar melalui ginjal. Lebih dari 50% dosis oral diekskresikam tanpa perubahan melalui ginjal selama 24 jam dan 90% setelah 96 jam. Sebagian kecil dikeluarkan melalui kelenjar keringat. Waktu paruh boraks dilaporkan bervariasi, antara 5-21 jam.

Toksisitas Boraks

sunting

Jika boraks tertelan oleh tubuh maka dapat membahayakan tubuh diantaranya yaitu dapat mengakibatkan :

  1. [5]Badan terasa tidak enak (malaise) mual, nyeri hebat pada perut bagian atas, diare, lemah, mengantuk, demam dan sakit kepala.
  2. Kerusakan ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut dan bahkan kematian.
  3. [6]Jika terkena kulit, menimbulkan iritasi ; jika tertelan, menimbulkan kerusakan pada usus, otak, atau ginjal; jika sering digunakan akan tertimbun daam otak, hati dan jaringan lemak
  4. Mengalami epigasrik (nyeri atau kram pada perut bagian atas)

Penggunaan boraks dalam waktu lama dapat menimbulkan penyakit kanker dan rusaknya ginjal, walau begitu boraks masih saja dipakai untuk makanan tanpa sepengetahuan konsumen.

Zat Pengganti Boraks Yang Lebih Aman Untuk Dikonsumsi

sunting

Bahan alami yang dapat digunakan untuk pengganti boraks yaitu dapat dengan air abu yang diproses terlebih dahulu dengan cara membakar merang (tangkai padi kering) atau klaras (daun pisang kering) hingga menjadi abu, hasil bakaran tersebut direndam selama 2-3 hari dengan air bersih sehingga dapat digunakan untuk pengawet maupun pengenyal. Jika ingin memakai bahan yang alami lainnya dapat menggunakan air kapur sirih.

Ciri Bahan Mengandung Boraks

sunting
  1. Mie basah : tekstur kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus.
  2. Bakso : tekstur sangat kenyal, warna cenderung keputihan daripada kecoklatan seperti penggunaan daging
  3. Kerupuk : tekstur renyah dan bisa menimbulkan rasa getir di lidah
  4. Jajanan : tekstur kenyal, aroma/bau jajanan sangat tajam, rasa sangat gurih, dan menimbulkan rasa getir di lidah

Metode Analisa Boraks

sunting

Kualitatif

  1. Penambahan asam sulfat pekat dengan bantuan panas. Ketika dipanaskan, asap putih asam borat dilepaskan.
  2. [7]Uji nyala api : dilakukan dengan penambahan asam sulfat pekat dan alcohol, alcohol akan terbakar dengan nyala hijau, disebabkan oleh pembentukan etil borat atau metal borat.
  3. Menggunakan Kertas Saring : Jika warna kertas berubah menjadi merah bata itu artinya bahan/makanan tersebut mengandung boraks, jika warna kertas tidak berubah itu artinya bahan/makanan tersebut bebas dari kandungan boraks.
  4. [8]Menggunakan Kunyit dan Tusuk Gigi : Sebelum ditusukkan ke dalam bahan/makanan yang akan diuji, tusuk gigi akan ditusukkan ke dalam kunyit, setelah itu tusukkan gigi yang sudah mengandung kunyit akan ditusukkan ke dalam bahan/makanan yang sedang diuji. Jika tusuk gigi berubah warna menjadi merah, berarti bahan/makanan tersebut mengandung boraks.
  5. Menggunakan natrium karbonat dan penambahan asam klorida dengan bantuan pemanasan akan mengidentifikasi adanya boraks melalui perubahan residu dari berwarna merah ceri berubah menjadi hijau kehitaman.
  6. Metode Titrasi : dengan menggunakan titrasi langsung basa kuat dan titrasi dengan asam yaitu penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan HCL untuk membentuk asam borat dan menggunakan merah metal sebagai indikator.

Kuantitatif Penentuan kadar boraks dapat dilakukan dengan metode asam basa. Spektrofometri dan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometric). Pada metode asam-basa dapat dikerjakan dengan cepat namun terbatas untuk sampel dengan kadar yang cukup besar, pada metode AAS dapat digunakan untuk menetapkan sample dengan kadar yang sangat kecil namun jarang laboratorium yang memiliki alat tersebut. Sedangkan pada metode spektrofometri UV-Vis dapat digunakan untuk penetapan sample dengan kadar yang sangat kecil dan beberapa laboratorium banyak yang memiliki alat tersebut.

  1. ^ Tubagus, I. (2013). Identifikasi dan Penetapan Kadar Boraks dalam Bakso Jajanan di Kota Manado. PHARMACON, 2(4).
  2. ^ Rochyani, N., & Akbar, M. R. (2018). Pembuatan Media Uji Formalin dan Boraks Menggunakan Zat Antosianin dengan Pelarut ETanol 70%. Jurnal Redoks, 2(1), 28-35.
  3. ^ Santi, A. U. P. (2018). Analisis kandungan zat pengawet boraks pada jajanan sekolah di Sdn Serua Indah 1 Kota Ciputat. Jurnal Holistika, 1(1).
  4. ^ Juhana, H. A., & Intarniati NR, I. N. (2013). PENGARUH PEMBERIAN BORAKS DENGAN DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERUBAHAN MAKROSKOPIS DAN MIKROKSKOPIS GINJAL TIKUS WISTAR SELAMA 4 MINGGU DILANJUTKAN 2 MINGGU TANPA PAPARAN BORAKS (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine Diponegoro University).
  5. ^ Alfifah, E. D., Kusumo, G. G., & Suryandari, M. IDENTIFIKASI BORAKS DALAM BAKSO YANG DIJUAL DI DESA BERBEK WARU SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN KUNYIT. Akademi Farmasi Surabaya.
  6. ^ Rani, A. (2019). IDENTIFIKASI KANDUNGAN BORAKS DAN JUMLAH MIKROBA PADA BAKSO SAPI DIKECAMATAN SUBANG. JAFTECH, 1(1).
  7. ^ (Setiono, et al 1985; Basir, 1992)
  8. ^ Kusumo, G. G., & Suryandari, M. IDENTIFIKASI SENYAWA BORAKS PADA MIE BASAH DENGAN MENGGUNAKAN KUNYIT SEBAGAI INDIKATOR (Studi dilakukan di Kecamatan Gedangan Sidoarjo). Akademi Farmasi Surabaya.