Pengguna:Mouche/Organisasi Temp

Jenis-Jenis Organisasi sunting

Jenis-Jenis Organisasi Berdasarkan Tujuannya sunting

Profit Oriented Organization

Tujuan organisasi jenis ini adalah untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Manfaat yang di dapat dari suatu perusahaan yang menganut jenis organisasi ini hanya untuk faktor internal. Artinya, hanya orang-orang yang bekerja sama dengan perusahaan tersebut yang akan memperoleh manfaatnya. Contoh: Perseroan Terbatas.

Non Profit Oriented Organization (Organisasi Sosial)

Tujuan organisasi jenis ini tidak untuk mencari keuntungan. Tujuan utama dari organisasi jenis ini adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. dalam hal ini, masyarakatlah yang memperoleh manfaatnya. Organisasi sosial terbentuk dari norma-norma yang dianggap penting dalam hidup bermasyarakat. Terbentuknya organisasi sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan, kemudian timbul aturan-aturan. Contoh: Unit Kegiatan Mahasiswa, OSIS.

Berdasarkan Fungsi dan Tujuan yang Dilayani sunting

Organisasi Produksi

Organisasi ini biasanya berorientasi pada proses pembuatan suatu produk yang akan dijual untuk memperoleh keuntungan. Contoh: organisasi produk makanan, pakaian.

Organisasi Politik

Organisasi politik merupakan organisasi besar yang merekrut banyak kader untuk bekerja sama meraih cita-cita politik dari organisasi politik. Contoh: Golkar, Demokrat, PDIP.

Organisasi yang Bersifat Integratif

Organisasi ini dibuat oleh sekelompok masyarakat yang memiliki profesi yang sama untuk meraih cita-cita yang sama juga. Contoh: serikat pekerja

Organisasi Pemelihara

Organisasi ini bertujuan untuk memelihara apa yang menurut mereka harus dipelihara karena menyangkut dengan tujuan organisasi juga. Contoh: WHO, PBB, UNICEF.

Organisasi Berdasarkan Tipe/Bentuknya sunting

Organisasi Lini

Diciptakan oleh Henry Fayol, organisasi lini adalah suatu bentuk organisasi yang menghubungkan langsung secara vertical antara atasan dengan bawahan, sejak dari pimpinan tertinggi sampai dengan jabatan-jabatan yang terendah, antara eselon satu dengan eselon yang lain masing-masing dihubungkan dengan garis wewenang atau komando. Organisasi ini sering disebut dengan organisasi militer. Organisasi Lini hanya tepat dipakai dalam organisasi kecil. Contohnya; Perbengkelan, Kedai Nasi, Warteg, Rukun tetangga. contoh struktur organisasi lini

Organisasi Lini dan Staff

Merupakan kombinasi dari organisasi lini, asas komando dipertahankan tetapi dalam kelancaran tugas pemimpin dibantu oleh para staff, dimana staff berperan memberi masukan, bantuan pikiranm saran-saran, data informasi yang dibutuhkan.

Organisasi Fungsional

Diciptakan oleh Frederick W. Taylor, Organisasi ini disusun berdasarkan sifat dan macam pekerjaan yang harus dilakukan, masalah pembagian kerja merupakan masalah yang menjadi faktor utama.

Organisasi Lini dan Fungsional

Suatu bentuk organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada perkepala unit dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu dan selanjutnya pimpinan tertinggi tadi masih melimpahkan wewenang kepada pejabat fungsional yang melaksanakan bidang pekerjaan operasional dan hasil tugasnya diserahkan kepada kepala unit terdahulu tanpa memandang eselon atau tingkatan.

Organisasi Formal

Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh :ASEAN, Perseroan terbatas,organisasi Sekolah yang di kelola secara resmi terstruktur, Negara ,OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lain-lain.

Organisasi Informal

contohnya: Keluarga, Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama antara beberapa teman, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.

Struktur Organisasi dan Keanggotaan sunting

Dalam struktur Organisasi digambarkan hubungan :

  • Antar Pengurus
  • Tugas masing-masing Bidang
  • Hubungan antar satuan kepengurusan (Pusat, Daerah, Lokal, dsb).

Walaupun setiap anggota tim mempunyai tugas masing-masing yang dirumuskan dengan jelas, namun tim harus memikul tanggung jawab bersama untuk tindakan setiap anggotanya. Tidak boleh saling menuding antar anggota, terhadap pihak luar, tim harus berbicara dengan satu bahasa.

Usaha membina Anggota Organisasi sunting

Anggota organisasi adalah orang-orang yang :

  • Memenuhi persyaratan organisasi, syah
  • Terdaftar sebagai anggota
  • Berpartisipasi dalam kegiatan organisasi.
  • Daya tarik
  • Maksud yang jelas
  • Tujuannya realistis
  • Rencana kerja berdasarkan keinginan dan kemampuan anggota
  • Partisipasi seluruh anggota untuk ikut berperan seluas-luasnya.
  • Setelah anggota memahami ini semua, baru ia ingin turut serta dalam pelaksanaan dan ikut memikul tanggung jawab.

Ciri-ciri sadar berorganisasi

  • Menaruh simpati
  • Menaruh kepercayaan
  • Membantu tenaga, pikiran, pendapat dan perhatian
  • Menghadiri rapat-rapat
  • Memenuhi kewajiban iuran secara teratur

Hak dan kewajiban anggota

  • Biasa
  • Luar Biasa
  • Kehormatan

Biasa :

  • Hak suara
  • Hak memberi pendapat
  • Dipilih dan memilih
  • Kewajiban menghadiri rapat-rapat
  • Kewajiban melaksanakan tugas dan bertanggung jawab atas pekerjaannya.
  • Kewajiban membayar iuran
  • Kewajiban menyumbang organisasinya secara moril dan materiil

Luar Biasa :

  • Hak menghadiri rapat-rapat apabila diundang
  • Hak memberi pendapat/pandangan jika diminta
  • Kewajiban membayar iuran bulanan
  • Kewajiban menyumbang organisasi secara moril dan materiil

Kehormatan :

  • Hak menghadiri rapat-rapat apabila diundang
  • Hak memberikan pendapat/pandangan jika diminta

Sifat-sifat anggota dalam organisasi umumnya memiliki sifat :

  • Senang mendapat penghargaan
  • Ingin memperoleh kepercayaan
  • Ingin melaksanakan gagasan sendiri
  • Ingin melihat hasil dari pekerjaannya
  • Ingin merasakan semangat kekeluargaan dalam organisasi.
Penghargaan

Anggota ingin dihargai. Penghargaan itu dapat diwujudkan dengan menunjukkan perhatian umpama

  • Ucapan terima kasih
  • Pujian
  • Ajakan untuk ikut bekerja lagi dalam kegiatan yang akan datang

Perhatian, pujian atau penghargaan yang diberikan secara umum biasanya kurang efektif, lebih baik ditujukan langsung pada perorangan.

Kepercayaan

Pemberian kepercayaan sepenuhnya kepada anggota, akan menimbulkan perasaan bertanggung jawab pada anggota tersebut untuk melaksanakan tugasnyasebaik mungkin.

Ingin melaksanakan gagasan sendiri

Melaksanakan gagasan sendiri akan lebih menyenangkan dari pada selalu melaksanakan perintah orang.

Bertitik tolak dari pendapat ini, maka berilah kesempatan pada anggota untuk berkreasi lebih luas dan seyogianya perintah dan instruksi-instruksi kepadanya dikurangi. Jadi anggota mendapat kesempatan untuk berkarya dan sampai batas tertentu melaksana kan gagasannya sendiri.

Melihat hasil pekerjaan

Tidak ada orang yang dengan sengaja mau menyia-nyiakan waktu, tenaga dan uangnya tanpa mendapatkan hasil yang nyata. Maka itu diperlukan rencana kerja yang matang, sehingga hasilnya dapat dilihat dalam waktu yang relatif singkat.

Merasakan semangat kekeluargaan

Di Indonesia, orang secara sadar atau tidak, selalu ingin berbuat sesuatu bersama-sama dalam satu kelompok (gotong royong). Pada umumnya ia ingin menjadi satu bagian dari sebuah keluarga besar. Apabila sifat-sifat manusia tersebut tadi mendapat tanggapan yang bijaksana, maka hasilnya akan memuaskan. Oleh sebab itu perlu diusahakan untuk mengetahui :

  • Apa maksud dan tujuan seseorang anggota memasuki organisasi
  • Apa yang disenangi
  • Pekerjaan apa yang disukainya
  • Apa keterampilan/kemampuannya

Jika semua telah diketahui, usahakanlah untuk menempatkan/ menugaskan anggota tersebut pada bidang-bidang yang telah direncanakan sebaik-baiknya, sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.

Menghadapi anggota baru

Untuk membina seorang anggota mula-mula berilah tugas-tugas yang sederhana, setahap demi setahap ditingkatkan tanggung jawabnya. Selanjutnya berilah kemungkinan dan kesempatan untuk duduk dalam pimpinan. Pembinaan secara terus menerus diadakan, antara lain membantu :

  • Menerangkan isi AD/ART
  • Memperkenalkan/menemani hingga merasa betah
  • Membimbing dalam setiap kegiatan, sampai dianggap mampu untuk berdikari
  • Setelah itu, dilepaskan dan diberi kesempatan untuk bergerak sendiri.

Untuk memberi kesempatan kepada anggota baru yang telah menunjukkan prestasi yang baik dalam memegang suatu jabatan kepengurusan, masa jabatan pengurus perlu dibatasi.

Anggota Sebuah Organisasi sunting

Dalam sebuah organisasi apapun bentuk organisasinya, adalah suatu keharusan seorang anggota organisasi tersebut menjalankan, memerankan serta beraktivitas sesuai dengan peran atau kedudukannya pada organisasi tersebut.

Setiap anggota harus juga memahami aturan yang berlaku dalam organisasi, harus memahami serta menerapkan kewajiban dan haknya masing-masing, sehingga operasional organisasi berjalan sebagaimana mestinya.

Adakalanya seorang anggota "lupa" akan kewajiban dan haknya dalam menjalankan perannya sehingga berimbas pada ketidakselarasan operasional organisasi. Ia selalu menuntut hak-haknya pada organisasi tanpa disadarinya bahwa kewajiban pada organisasi ia abaikan tanpa merasa bersalah.

Sebuah organisasi yang memposisikan dirinya "matang" sudah tentu selain memiliki sistem aturan yang teruji juga memiliki anggota-anggota yang "matang" juga, dalam arti setiap anggotanya memahami peran, fungsi serta kedudukannya dalam organisasi, menjalankan dengan benar kewajiban dan haknya. Para anggotanya selalu melakukan self assesment atau evaluasi diri untuk selalu memperbaiki kekeliruan dalam memahami kewajiban dan haknya.

Alangkah indahnya apabila kita berada dilingkungan organisasi yang sudah matang, sehingga banyak pekerjaan rumah lainnya yang lebih penting serta menjadi prioritas utama bisa dikerjakan dan diselesaikan dengan baik sehingga visi dan misi organisasi pun bisa terwujud.

Tugas dan Kewajiban Anggota Organisasi sunting

Kekuasaan dan tugas adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Di mana ada kekuasaan di situ ada tugas, maka secara langsung kekuasaan muncul bersamaan dengan pelaksanaan tugas tersebut. Tugas dan kekuasaan dalam suatu organisasi harus berdampingan. Agar tercapai maksud yang dituju tiap-tiap rencana organisasi, maka tugas pada anggota harus ditentukan secara jelas. Hal ini menghindari kemungkinan adanya tugas tanpa adanya tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas yang telah ditentukan.

Begitu juga di mana ada hak di situ ada kewajiban, kekuasaan dapat dimisalkan sebagaimana wewenang. Sedangkan kewajiban disamakan dengan tanggungjawab. Tiap-tiap anggota suatu organisasi mempunyai tugas-tugas yang harus dijalankan. Tetapi kadang-kadang anggota organisasi itu tidak mengetahui dan mengerti akan tugas-tugas kewajibannya. Hal ini akan merugikan suatu organisasi dan mengambat serta memperlambat kelancaran jalannya organisasi tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Pada pokoknya tugas dan kewajiban tiap-tiap anggota suatu organisasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

  • Tugas dan kewajiban yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi itu serta peraturan-peraturan dan keputusan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut.
  • Tugas dan kewajiban yang berdasarkan pangkat atau jabatan atau jenjang hierarchie kewenangan dalam organisasi tersebut.

Pembagian Departemen sunting

Suatu organisasi memiliki segudang permasalahan dan pekerjaan yang harus diselesaikan. Dalam hal ini perlu adanya pembagian tugas dan penanganan setiap macam pekerjaan sehingga dalam pelaksanaan tugas-tugas organisasi tidak terjadi percampuran yang tidak karuan. Pembagian tugas yang demikian disebut pembagian departemen. Departemen sangat penting dalam suatu organisasi sebab departemen yang dilaksanakan dengan pertimbangan yang masuk dapat menghasilkan efisiensi dan efektifitas kerja sebuah organisasi. Seseorang pemimpin yang cakap akan pandai dan mampu mendelegasikan wewenang kepada anggotanya. Pendelegasian wewenang adalah wujudnya departemen dalam suatu organisasi. Dalam organisasi perusahaan, departemen didasarkan pada beberapa hal di antaranya: proses produksi, jenis produksi, lokasi, fungsi, jenis pembeli, waktu berproduksi dan jumlah personil. Sedangkan departemen dalam organisasi kemasyarakatan didasarkan atas perkembangan masalah yang dihadapi oleh organisasi tersebut.

Instruksi / Perintah sunting

Dalam organisasi instruksi sangat diperlukan, tanpa dilaksanakannya fungsi ini maka semua perintah/intruksi hanya akan tinggal di atas kertas. Perintah/instruksi yang baik dan efektif adalah yang dilandasi dengan komunikasi yang baik dan dengan kedisiplinan pihak pemimpin. Tidak ada kepastian mana yang terbaik antara instruksi tertulis dan instruksi lisan, namun meskipun demikian keduanya harus diberi kekuatan yang sama. Walaupun tidak semua perintah harus dilandasi partisipasi, namun bila itu memungkinkan akan sangat melancarkan tugas-tugas yang dibebankan kepada anggota.

Koordinasi sunting

Koordinasi bertujuan agar double pekerjaan dan kesimpangsiuran antara seorang atau pihak dengan orang atau pihak lain dapat dihindari. Tanpa koordinasi yang baik antar bagian, suatu organisasi akan mengalami keruwetan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan koordinasi yang baik, perlu adanya komunikasi dan kedisiplinan yang baik pula dan untuk menunjang ke arah tersebut maka dalam perencanaan dan penyusunan aturan kerja, unsur koordinasi harus dimasukkan ke dalamnya.

Organisasi Informal dan Organisasi Formal sunting

Organisasi Formal

Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.

Organisasi Informal

Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.

Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.

Salah satu bagian penting organisasi adalah pengelompokkan informal dan hubungan-hubungan pribadi yang dapat lebih berpengaruh dibanding dengan hubungan formal seperti yang ditunjukkan bagan organisasi.

Argiyris mengemukakan empat bidang utama dimana bidang organisasi formal dan informal berbeda :

  • Hubungan-hubungan antar pribadi. Hubungan-hubungan antar pribadi didalam organisasi formal digambarkan jelas, sedangkan dalam organisasi informal tergantung pada kebutuhan-kebutuhan mereka.
  • Kepemimpinan. Para pemimpin dirancang dan ditentukan dalam formal serta muncul dan dipilih dalam informal.
  • Pengendalian perilaku. Organisasi formal mengendalikan perilaku karyawan melalui penghargaan dan hukuman, sedangkan kelompok informal mengendalikan para anggota dengan pemenuhan kebutuhan.
  • Ketergantungan. Karena kapasitas pemimpin formal terletak pada penghargaan dan hukuman, bawahan-bawahan lebih tergantung dari pada para anggota suatu kelompok informal.

Walaupun ada perbedaan tersebut adalah suatu kesalahan bila menganggap kelompok formal dan informal sebagai dua kesatuan organisasi yang terpisah. Keduanya hidup bersama dan tidak dapat dipisahkan setiap organisasi formal selalu mempunyai organisasi informal dan setiap organisasi informal brkembang dalam berbagai tingkatan formal.

Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan.

Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks: • Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu. • Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.

Struktur organisasi informal, yaitu :

  • Organisasi informal adalah hubungan pribadi dalam organisasi yang mempengaruhi putusan di dalam organisasi tersebut tetapi ditiadakan dari skema formal dan tidak panggah dengan struktur formal organisasi.
  • Organisasi informal tumbuh karena berbagai faktor baik ekstern (pendidikan, umur, senioritas, jenis kelamin, latar belakang etnis dan kepribadian), maupun intern (jabatan, upah, jadwal kerja, mobilitas, dan simbol status)
  • Organisasi informal membentuk klik, status dan peranan, norma dan sanksi serta metode kerja sendiri lain dengan aturan formal.
  • Organisasi informal dapat bermanfaat bagi pribadi anggota dan organisasi, namun juga dapat membahayakan organisasi.
  • Organisasi informal berkembang dalam berbagai bentuk..

Hakekat Lembaga Sosial sunting

Keberadaan lembaga sosial tidak lepas dari adanya norma dalam masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang baik, dicita- citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat. Oleh karenanya, untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang tegas yang disebut norma sosial. Nilai dan norma inilah yang membatasi setiap perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma. Inilah awalnya lembaga sosial terbentuk. Sekumpulan nilai dan norma yang telah mengalami proses institutionalization menghasilkan lembaga sosial.

Struktur organisasi sunting

Struktur organisasi adalah suatu susunan komponen-komponen atau unit-unit kerja dalam sebuah organisasi. Struktur organisasi menunjukan bahwa adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau kegiatan-kegiatan berbeda yang dikoordinasikan. Dan selain itu struktur organisasi juga menunjukkan mengenai spesialisasi-spesialisasi dari pekerjaan, saluran perintah maupun penyampaian laporan.

Struktur organisasi adalah suatu susunan atau hubungan antara kemponen bagian-bagian dan posisi dalam sebuah organisasi, komponen-komponen yang ada dalam organisasi mempunyai ketergantungan. Sehingga jika terdapat suatu komponen baik maka akan berpengaruh kepada komponen yang lainnya dan tentunya akan berpengaruh juga kepada organisasi tersebut.

Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara setiap bagian maupun posisi yang terdapat pada sebuah organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan operasionalnya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Struktur organisasi dapat menggambarkan secara jelas pemisahan kegiatan dari pekerjaan antara yang satu dengan kegiatan yang lainnya dan juga bagaimana hubungan antara aktivitas dan fungsi dibatasi. Di dalam struktur organisasi yang baik harus dapat menjelaskan hubungan antara wewenang siapa melapor atau bertanggung jawab kepada siapa, jadi terdapat suatu pertanggung jawaban apa yang akan di kerjakan.

Adapun fungsi / kegunaan dari struktur dalam sebuah organisasi, berikut dibawah ini penjelasannya:

Kejelasan tanggung jawab.

Setiap anggota dari organisasi harus dapat bertanggung jawab dan juga apa saja yang harus dipertanggung jawabkan. Setiap anggota suatu organisasi tentunya harus dapat bertanggung jawab kepada pimpinannya atau kepada atasannya yang telah memberikan kewenangan, karena pelaksanaan atau implementasi kewenangan tersebut yang perlu di pertanggung jawabkan. Itulah fungsi struktur organisasi tentang kejelasan tanggung jawab.

Kejelasan kedudukan.

Yang selanjutnya yaitu kejelasan mengenai kedudukan,disini artinya anggota atau seseorang yang ada didalam struktur organisasi sebenarnya dapat mempermudah dalam melakukan koordinasi dan hubungan, sebab adanya keterkaitan penyelesaian mengenai suatu fungsi yang telah di percayakan kepada seseorang atau anggota.

Kejelasan mengenai jalur hubungan.

Fungsi selanjutnya yaitu sebagai kejelasan jalur hubungan maksudnya dalam melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawab setiap pegawai didalam sebuah organisasi maka akan dibutuhkan kejelasan hubungan yang tergambar dalam struktur sehingga dalam jalur penyelesaian suatu pekerjaan akan semakin lebih efektif dan dapat saling memberikan keuntungan.

Kejelasan uraian tugas.

Dan Fungsi lainnya yaitu kejelasan mengenai uraian tugas didalam struktur organisasi akan sangat membantu pihak atasan atau pimpinan untuk dapat melakukan pengawasan maupun pengendalian, dan juga bagi bawahan akan dapat lebih berkonsentrasi dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan karena uraian yang jelas. Itulah salah satu fungsi sebagai kejelasan uraian tugas.

Hirarki Dalam Organisasi Dan Informasi sunting

Hirarki adalah adanya hubungan antara atasan-bawahan di dalam organisasi, yang menyebabkan adanya rantai komando yang artinya adanya pelapisan atau tingkatan personil dalam suatu organisasi.

Hirarki dalam organisasi mempengaruhi sistem informasi dan struktur hirarki merupakan kerangka dasar disekitar mana sistem informasi diorganisasikan dengan beberapa perkecualian dan tanpa mempertimbangkan jenis informasi lain yang telah ada, maka sistem informasi disusun untuk mengalirkan informasi sesuai dengan hirarki.

Informasi biasanya diringkaskan untuk setiap lapisan dengan cara sbb :

Informasi yang dihasilkan oleh suatu unit organisasi digabungkan dengan informasi lain dari lapisan yang bersangkutan dan kemudian dialirkan ke lapisan yang lebih tinggi lagi dan pada lapisan yang terakhir kemudian terjadi penggabungan dengan informasi yang dihasilkan oleh lapisan yang bersangkutan dan selanjutnya dialirkan ke lapisan yang lebih tinggi lagi. Informasi juga mengalir ke arah bawah sesuai hirarki dalam bentuk pengarahan, kebijaksanaan dan pedoman tindakan, jenis informasi ini kurang tercampuri dengan komputer.

Pengertian hirarki dan tingkatan manajemen sunting

Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang kompleks dimana masalah tersebut diuraikan ke dalam elemen-elemen yang bersangkutan, menyusun elemen-elemen tersebut secara hirarkis dan akhirnya melakukan penilaian atas elemen-elemen tersebut sekaligus menentukan keputusan mana yang akan diambil. Proses penyusunan elemen-elemen secara hirarkis meliputi pengelompokan elemen-elemen dalam komponen yang sifatnya homogen dan menyusun komponen-komponen tersebut dalam level hirarki yang tepat.Hirarki juga merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antara komponen dan juga dampak-dampaknya pada sistern. Abstraksi ini mempunyai bentuk saling berkaitan, tersusun dan suatu puncak atau sasaran utama (ultimate goal) turun ke sub-sub tujuan tersebut, lain kepelaku (aktor) yang memberi dorongan, turun ketujuan-tujuan pelaku, kemudian kebijakan-kebijakan, strategi-strategi tersebut. Dengan demikian hirarki adalah sistem yang tingkatan-tingkatan (level) keputusannya berstratifikasi dengan beberapa elemen keputusan pada setiap tingkatan keputusan. Secara umum hirarki dapat dibagi dua jenis (Bambang Permadi, AHP Pusat Antar Universitas – Studi Ekonomi, Ul, Jakarta, 1992, hal.3), yaitu:

  • Hirarki Struktural, menguraikan masalah yang kompleks diuraikan menjadi bagian-bagiannya atau elemen-elemennya menurut ciri atau besaran tententu sepenti jumlah, bentuk, ukuran atau warna.
  • Hirarki Fungsional , menguraikan masalah yang kompleks menjadi bagian-bagiannya sesuai hubungan essensialnya Misalnya masalah pemilihan pemimpin dapat diuraikan menjadi tujuan utama yaitu mencari pemimpin, kriteria pemimpin yang sesuai dan alternatif pemimpin-pemimpin yang memenuhi syarat. Penyusunan hirarki atau struktur keputusan dilakukan untuk menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi.
Gambaran Umum Manajemen

Manajemen biasanya didefinisikan sebagai fungsi manajer, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Jadi dapat dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses. Proses merupakan suatu cara sistematik yang sudah ditetapkan untuk melakukan kegiatan. Dengan merujuk pada definisi diatas, maka majemen berarti suatu proses yang menekankan keterlibatan dan aktivitas yang saling terkait untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Tingkatan Manajemen
  • Manajer pada tingkat tertinggi hirarki organisasi , seperti direktur dan para wakil direktur, sering disebut berada pada tingkat perencanaan strategis. Bertanggung jawab atas pengelolaan organisasi secara keseluruhan. Menetaplan arah kebijaksanaan, membuat rencana dan sasaran jangka panjang, merumuskan strategi, menyusun prosedur operasional organisasi secara umum, serta menetapkan pedoman interaksi organisasi dengan lingkungannya. Jadi, manajer tingkat atas memerlukan informasi berupa ringkasan dari seluruh transaksi yang terjadi dalam periode waktu tertentu. Informasi dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik, yang penting berupa informasi global dari seluruh transaksi yang terjadi.
  • Manajer tingkat menengah mencakup manajer wilayah, direktur produk dan kepala divisi, berada pada tingkat pengendalian manajemen. Bertanggung jawab atas pengelolaan organisasi berdasarkan departementalisasi, wilayah, produk atau divisi. Merumuskan rencana dan sasaran operasional jangka menengah, merumuskan strategi, menyusun prosedur, melakukan pengendalian dan membuat keputusan operasional berdasarkan lingkup tanggung jawabnya. Jadi, manajer tingkat menengah memerlukan informasi berdasarkan divisinya. Khusus untuk departemen persedian barang, majer membutuhkan informasi rinci tentang produk yang laris, sehingga dapat dibuat perencanaan yang matang untuk menjamin persedian produk tersebut.
  • Manajer tingkat bawah, mencakup kepala departemen, supervisor, pimpinan proyek, berada pada manajen tingkat pengendalian operasional. Bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana dan sasaran operasional, membuat keputusan jangka pendek berdasarkan arah kebijakan, prosedur dan pedoman yang telah ditetapkan, serta mengendalikan transaksi harian. Jadi manajer tingkat ini membutuhkan informasi rinci dari pergerakan setiap transaksi agar dapat melakukan control terhadap proses tersebut.
Peran Manajemen, menurut Henry Mintzberg
  • Peran Interpersonal : peran hubungan personal dapat terdiri dari :
    • figur kepala (figur head) : manajer mewakili organisasi untuk kegiatan2 diluar organisasi.
    • pemimpin(leader) : manajer mengkoordinasi, mengendalikan, memotivasi, dan mendukung bawahan-bawahannya.
    • penghubung (liaison) : manajer menghubungkan personal2 di semua tingkatan manajemen.
  • Peran Informational : peran dari manajer sebagai pusat syaraf (nerve center) organisasi untuk menerima informasi yg paling mutakhir dan sebagai penyebar ( disseminator) informasi keseluruh personal di organisasi. Peran informasi lainnya adalah manajer sebagai juru bicara (spokesman) untuk menjawab pertanyaan2 tentang informasi yg dimilikinya.
  • Peran decisional : yang dilakukan oleh manajer adalah sebagai entreprenuer, sebagai orang yg menangani gangguan, sebagai orang yg mengalokasikan sumber2 dayaorganisasi, dan sebagai negosiator jika terjadi konflik di dalam organisasi.

Keahlian & Pengetahuan manajer •Keahlian Manajer : Seorang manajer yang berhasil harus memiliki banyak keahlian, tetapi ada dua yang mendasar yaitu komunikasi dan pemecahan masalah. Manajer berkomunikasi dengan bawahannya, atasannya, manajerlain ditingkat yang sama, dan dengan orang-orang diluar perusahaan. Mereka juga memecahkan masalah dengan membuat perubahan-perubahan pada operasi perusahan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya.

  • Komunikasi :
  • Memecahan masalah
Pengetahuan Manajer
  • Mengerti Komputer (computer literacy) : pengetahuan ini mencakup pengertian mengenai istilah-istilah computer, pemahaman mengenai keunggulan dan kelemahan computer, kemampuan menggunakan computer.
  • Mengerti Informasi (Information literacy) : meliputi pengertian bagaimana menggunakan informasi pada tiap-tiap tahap dari prosedur pemecahan masalah, dimana informasi dapat diperoleh, dan bagaimana membagikan informasi dengan orang lain.

Mengerti informasi tidak tergantung pada mengerti computer, seorang manajer dapat mengerti informasi tapi tidak mengerti computer. Kenyataannya jika seseorang diharuskan memilih, mengerti informasi lebih penting. Namun idealnya, seorang manajer harus mengerti computer dan informasi. Manajer harus dapat memandang perusahaan / organisasinya sebagai suatu sistem.

Hirarki Organisasi dalam Keluarga sunting

Relasi antar anggota keluarga, pada dasarnya memiliki dua sisi yaitu keluarga sebagai sebuah organisasi dan keluarga sebagai ekosistem. Organisasi lebih berhubungan dengan struktur, hirarki dan birokrasi. Sedangkan ekosistem lebih berkaitan dengan penggunaan peran yang seharusnya menurut ‘kodrat’ dari setiap anggota keluarga dalam keluarga tersebut.

Hirarki dalam Keluarga

Harus diakui bahwa salah satu faktor pemicu yang bersifat pokok bagi timbulnya persoalan dalam rumah tangga adalah hirarki yang tidak jelas dan hirarki yang salah. Hirarki yang dimaksud adalah susunan atau struktur keluarga mengenai pemimpin dan pengambil keputusan tertinggi.

Setiap keluarga diharapkan memiliki hirarki yang benar, bukan hirarki yang salah. Hirarki yang salah hanya akan membuat kerancuan dan kekacauan, sebaliknya hirarki yang benar dapat membawa kejelasan dan efektivitas. Ada beberapa suasana dalam keluarga yang mencirikan suatu hirarki yang salah.

  • Ketika suami sendiri memimpin rumah tangga, dalam hal ini memimpin istri dan anak-anaknya. Kelihatannya hal ini tidak salah, namun ada potensi dimana suami menjadi otoriter dan tidak melibatkan istri dan anak-anak dalam mengambil keputusan serta kebijakan bagi kelangsungan hidup keluarga.
  • Ketika istri sendirian memimpin keluarga atas suami dan anak-anaknya. Hal ini jelas tidak baik karena selama masih ada suami, suamilah yang menjadi kepala dalam keluarga.
  • Ketika anak menjadi pemimpin dalam keluarga. Hal ini menjadi pelanggaran yang sangat serius. Anak tidak boleh menjadi kepala dalam keluarga.
  • Ketika mertua menjadi pemimpin dalam keluarga. Mertua dari suami – istri atau kakek – nenek dari anak-anak keluarga tersebut adalah pihak yang harus dihormati oleh keturunannya, namun mertua tidak boleh menjadi kepala dari keluarga anak dan menantunya.
  • Ketika ipar dari suami atau istri menjadi pemimpin dalam keluarga. Hal ini tidak boleh terjadi karena merupakan suatu pelanggaran yang bersifat sangat serius.
Kedudukan Suami dalam Keluarga

Yang menjadi kepala keluarga haruslah suami. Sekalipun demikian, suami tidak boleh bersikap otoriter dan semena-mena. Ia harus mengasihi istri dan anak-anaknya atau seisi rumahnya. Menjadi kepala rumah tangga tidak boleh ditafsirkan secara salah. Sekalipun suami merupakan kepala, namun bukan berarti dia seorang raja atau bos. Sebagai seorang kepala, suami menjadi orang yang paling bertanggung jawab dalam kelangsungan hidup rumah tangga, baik yang berkaitan dengan masalah materi/ekonomi maupun yang berhubungan dengan soal kerohanian/spiritualitas.

Di sisi lain, oleh karena berbagai tugas, tanggung jawab dan wewenang suami, maka adalah wajar jika suami mendapatkan semacam prioritas-prioritas dalam beberapa hal dalam kehidupan keluarga, antara lain:

  • Suami menjadi juru bicara keluarga kepada pihak lain.
  • Suami yang menandatangani hal-hal yang bersifat strategis dalam kepentingan administrative.
  • Suami mendapatkan fasilitas hidup.
  • Suami mendapatkan hak untuk mengetuk palu dalam mengambil keputusan dan lain-lain hal yang sama pentingnya.

Walaupun suami mendapatkan prioritas-prioritas seperti di atas, ada hal yang patut dicamkan oleh suami, yaitu bukan berarti suami harus bertindak otoriter dan sewenang-wenang terhadap istri dan anak-anak atau seisi rumah. Suami tetap berusaha untuk melibatkan istri, berdiskusi dengan seisi rumah untuk mendapatkan keputusan yang terbaik dalam mekanisme hidup rumah tangga.

Kedudukan Istri dalam Keluarga

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam banyak kelompok masyarakat, laki-laki masih dipandang sebagai ‘raja’ atau lebih tinggi level atau tingkat sosialnya jika dibandingkan dengan perempuan. Bahkan dalam kelompok, pandangan semacam itu masih dianut. Pada hal dalam perspektif tertentu, konsep humanis semacam itu tidak dapat diterima.

Jangan pernah memposisikan perempuan sebagai kelompok kelas dua (second class) dan merendahkan martabat keperempuanannya. Posisi perempuan tidak bersifat subordinatif. Akan tetapi dalam konsep, perempuan punya peran yang sangat strategis, yaitu penolong yang sepadan dengan laki-laki. Perempuan dalam posisi yang terhormat, dihargai dan mulia. Perempuan diciptakan untuk melengkapi laki-laki. Perempuan ada untuk menyempurnakan peran laki-laki dalam percaturan hidup dan rumah tangga. Perempuan hadir sebagai teman. Perempuan tercipta untuk bersama suami meneruskan keturunan di bumi ini.

Sejatinya, Tuhan menghargai dan mengasihi perempuan dengan kasih yang sempurna. Berdasarkan pemahaman semacam ini, maka tidak ada alasan bagi laki-laki untuk merendahkan apalagi bertindak kejam kepada perempuan.

Posisi perempuan atau istri seperti dikemukakan di atas, tidak juga melegalkan tindakan perempuan atau istri ‘menanduk’ atau ‘menginjak’ martabat laki-laki atau suaminya. Istri harus memiliki roh ketundukan kepada kepemimpinan suami.

Beberapa alasan kuat yang menjadi pijakan utama mengapa istri harus tunduk kepada suami, yaitu:

  • Suami adalah pemimpin (top leader) bagi istri dalam keluarga.
  • Istri tunduk kepada suami secara personal/individu/pribadi. Ini sebagai wujud dari tunduknya istri kepada Tuhan yang tidak kelihatan dan menandakan kedewasaan spiritual/rohaninya.
  • Istri memiliki contoh teladan ketundukan yang dapat diikuti, demikian jugalah istri tunduk dan menaati suaminya.
Kedudukan Anak dalam Keluarga

Yang melatarbelakangi kedudukan anak dalam keluarga ialah adanya relasi genetis dan biologis antara orang tua dengan anak. Dalam hirarki atau struktur keluarga, anak memiliki posisi yang inferior dari orang tua dan berada sepenuhnya di dalam dominasi mereka. Kendati demikian, dalam perspektif penciptaan, posisi anak dan orang tua berimbang di dalam keluarga. Artinya, di hadapan Tuhan orang tua maupun anak sama nilianya.

Di sisi lain, orang tuanya juga diperintah agar tidak membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya. Artinya, orang tua memiliki kewajiban untuk selalu menghargai anaknya dengan cara konsisten menjaga sikap, kata-kata dan perbuatannya menjadi contoh serta menyenangkan hati anak-anaknya. Jangan sampai sikap, kata-kata dan perbuatan orang tua tidak mencerminkan keteladanan bagi anak-anaknya.

Pengawasan Organisasi sunting

Pengawasan merupakan salah satu fungsi dasar manajer. Fungsi ini berguna untuk memastikan bahwa aktivitas yang sedang berjalan sesuai dengan tujuan, rencana dan standard organisasi. Proses pengawasan terdiri dari lima langkah yaitu

  • penetapan standard pelaksanaan.
  • penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan.
  • pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata.
  • pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan;
  • pengambilan tindakan koreksi bila perlu.

Perubahan dalam lingkungan organisasi, semakin rumitnya kegiatan-kegiatan organisasi dan kenyataan bahwa para anggotanya melakukan penyimpangan-penyimpangan, merupakan faktor-faktor yang membuat pengawasan itu semakin penting. Agar sistim pengawasan dapat berfungsi secara efektif, maka sistim ini harus akurat, tepat waktu, obyektif dan komprehensif, dipusatkan terhadap titik pengendalian strategis, dari segi ekonomis realistis. realistis dari segi organisasi, dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi, fleksibel, perskriptif dan operasional, dan dapat diterima oleh para anggota organisasi. Karakteristik ini dapat diaplikasikan di semua tingkat organisasi.

Individualis dan organisasi sunting

Individualis dapat diartikan bahwa individu adalah pusat dari individu tersebut, bukan orang lain, bukan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial dipandang sebagai penyokong individu. Rasa Seorang individualist yang membuat semuanya, lingkungan sosialnya sekitarnya berpusat padanya. Dan membuat dirinya sebagai pusat dirinya sendiri serta membiarkan orang-orang disekitar berpusat pada diri mereka sendiri.

Individualis yang pertama lebih dikenal dengan egoistist atau egosentris. Kedua model individualist ini mempunyai kecenderungan tidak perduli terhadap orang lain, dan mementingkan diri sendiri. Tipe pertama bukan hanya cenderung tapi memang bersifat seperti karena dia menganggap bahwa lingkungan sosialnya ada untuk dirinya sendiri dan hanya untuk dia bukan orang lain, orang lain adalah bagian dari lingkungan sosial sehingga kalau orang tersebut tidak berguna baginya maka dia adalah sampah, tidak perlu digubris. Tipe pertama akan membentuk pikiran yang memperalat orang lain dan lingkungan sosialnya untuk kepentingan pribadinya. Selain itu karena memandang bahwa dunia berpusat pada dirinya, maka yang lain dari dirinya adalah salah. Dari sifat-sifat diatas dapat disimpulkan bahwa tipe ini akan mengakibatkan pertumbuhan individu lain menjadi terhambat, dalam kata ia menghalangi pertumbuhan individu lain dengan sengaja.

Seperti dibilang diatas tipe kedua (secara pribadi lebih senang menyebutnya dengan individualis saja) juga mempunyai kecenderungan tersebut. Tetapi tidak akan membentuk pikiran untuk memperalat orang lain dan lingkungan sosialnya untuk kepentingan pribadinya. Kenapa? Karena tipe ke dua sadar bahwa orang lain adalah individu juga, individu yang berpusat pada diri mereka sendiri dan sebegai individu yang berdiri sendiri mereka mempunyai pendirian sendiri dan kepentingan sendiri. Karena sadar bahwa orang lain mempunyai pendapat mereka sendiri2 maka dia ga akan memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Karena juga sadar bahwa orang lain mempunyai kepentingan sendiri maka dia akan berusaha memenuhi kepentingan dirinya sendiri tanpa berbentrokkan dengan kepentingan orang lain atau jika memang harus berbentrokkan dengan kepentingan orang maka dia akan berusaha meminimalkan bentrokkan itu dengan cara berunding dengan orang yang berkepentingan tersebut dan ia tidak akan memaksakan kepentingannya kepada orang lain. Karena lingkungan sosial terbentuk dari individu-individu lain maka dia akan memandang lingkungan sosial sebagai tempat dia hidup tempat dia mengembangkan dirinya tanpa berniat untuk mengharuskan lingkungan sosialnya sama dengan dirinya, bagi tipe ini lingkungan sosial adalah sebagai penyokong, tidak untuk dikuasai. Dari sifat-sifatnya maka tipe ke dua akan membiarkan setiap individu lain berkembang dengan cara mereka sendiri menuju kesempurnaan mereka sendiri. Karena kita hidup tidak hanya didukung oleh lingkungan sosial saja tapi juga oleh lingkungan alam kita. Dengan menjadi keduanya kita bisa menyeimbangkan antara alam dan manusia dan menyelaraskan hubungan alam dengan manusia.

Individualis merupakan satu filsafah yang mempunyai pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. Seorang individualis akan melanjutkan percapaian dan kehendak pribadi. Mereka menentang campur tangan dari pihak luar seperti masyarakat, negara dan segala badan atau komunitas yang lain. Oleh karena itu, individualis menentang segala pendapat yang meletakkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Falsafah ini juga kurang senang pada segala standard moral yang dikenakan ke atas seseorang karena peraturan-peraturan itu menghalang kebebasan seseorang. Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg, 1967). Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.

Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan,nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain. Branca (1965) mengemukakan: Perceptions are orientative reactions to stimuli. They have in past been determined by the past history and the present attitude of the perceiver. Sedangkan menurut Wagito (1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.

Teori individualisme dari Spencer : Hubungan individu dan masyarakat berdasarkan kolektivisme. Menurut pandangan kolektif masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Segala sesuatu kepentingan individu ditentukan oleh masyarakat. Masyarakat mengatur secara seragam untuk kepentingan kolektif. Konsep individualisme memiliki pengertian (terms) ganda. (1) Sebagai doktrin yang berkaitan dengan liberalisme yang menekankan pada kemandirian (autonomy), kepentingan (importance), dan kebebasan (freedom) individu dalam hubungan dengan masyarakat dan negara. (2) individualisme juga dipahami sebagai budaya dalam masyarakat modern yang berkaitan dengan kepemilikan pribadi (private property), konsumsi, dan subjektivitas.

Gagasan individualisme merupakan suatu hubungan interconnected dengan suatu rentang (range) istilah yang mendasar dalam teori politik dan sosial. Oleh karena itu, ia perlu dibedakan dalam beberapa penekanan berikut ini:

  • ‘the individual’ sebagai seorang agen mandiri (autonomous agent) dengan suatu identitas tersendiri;
  • individualisme sebagai suatu ideologi sosial dan politik dengan berbagai tradisi nasional;
  • individualitas sebagai suatu tinjauan romantik dari keunikan seseorang memperoleh pendidikan dan perkembangan; dan
  • individualis sebagai suatu proses dengan jalan mana orang distandardisasikan oleh suatu proses birokratis.

Hubungan di antara individualisme dan egoisme telah menghasilkan satu perdebatan yang hebat. Walaupun sesetengah individualis adalah juga egois, mereka tidak menyatakan bahwa sifat mementingkan diri sendiri adalah sesuatu sifat yang terpuji dengan sendirinya. Disebaliknya, mereka percaya yang seseorang individualis tidak terikat kepada taat moral yang diguna pakai oleh masyarakat dan individualis adalah bebas untuk mementingkan diri sendiri, hidup dengan altruisme atau apa-apapun cara hidup yang mereka gemar. Yang lain pula mengatakan bahwa individualisme tidak mementingkan diri sendiri jika mereka tidak mengancam orang lain. Ada pula seperti Ayn Rand yang menekankan relatifisme moral dan yang sifat mementingkan diri sendiri adalah satu sifat terpuji.

Pertanyaannya sekarang mengapa orang yang cenderung individualis? Ada beberapa alasan diantaranya:

  • Orang yang cenderung individualis tidak terbiasa dengan hal-hal yang ramai atau melibatkan banyak orang ( bergaul) perlu adanya pendekatan yang lebih intensif.
  • Orang yang individualis dan kaku sering merasa bahwa dirinya tidak dibutuhkan oleh orang lain dan selalu mendapat respon yang berbeda dari lingkungannya sehingga ia lebih nyaman untuk mengasingkan diri.
  • Orang individualis terkadang muncul akibat krisis kepercayaan kepada oranglain, sehingga selalu merasa apa yang dia lakukan selalu benar dan apa yang dilakukan oranglain dianggap salah.
  • Kebanyakkan orang individualis masih belum sadar tentang tidak pentingnya sikap individual dan juga belum sadar bahwa mereka hidup ditengah-tengah komunitas sosial dan tidak lain mereka adalah sebagai makhluk sosial (sosial animal) yang selalu membutuhkan orang lain kapanpun dan dimanapun mereka berada.

Seseorang yang individualis tidak dapat melihat dan menilai segala apa yang ada disekitarnya, yang ada hanya bagaimana dia melakukan segala aktivitasnya dengan baik dan selalu menjadi yang terbaik tanpa orang lain. Pasa dasarnya, sikap individualis ini bisa muncul akibat beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor lingkungan, lingkungan yang individu tempati menjadi salah satu konstribusi munculnya sikap ini, lingkungan yang saling tertutup dan sedikitnya reaksi sosial yang terjalin memberikan dampak buruk pada perkembangan seorang anak. Ketika anak yang seharusnya diajarkan untuk saling berinteraksi kepada orang lain namun pada keadaannya lingkungan tersebutu tidak mendukung adanya interaksi, maka anak merasa baik-baik saja dan dapat melakukan segala sesuatu tanpa adanya orang lain.

Menjadi orang yang bersifat individualis terkadang adalah suatu aib di dalam organisasi yang menuntut kerja sama tim. Para individualis ini cenderung tertutup dan mengerjakan sesuatunya seperti apa yang mereka inginkan. Tak jarang mereka ini menerobos anggota tim lainnya dan/atau segala prosedur standar organisasi apabila hal tersebut dirasa menganggu kinerja mereka. Alhasil, mereka cenderung dijauhi dan dicela oleh anggota tim lainnya. Namun demikian, perlu diketahui semua bahwa Tidak semua orang terlahir dengan kemampuan sosial yang sama. Mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa semua orang tidak terlahir dengan kemampuan sosial yang sama. Fakta lainnya adalah setiap orang memiliki apa yang disebut sebagai private room (ruang pribadi) masing-masing. Ruang pribadi ini adalah waktu bagi seorang individu untuk melakukan segala sesuatunya bagi diri mereka sendiri tanpa mengindahkan lainnya. Hanya saja, beberapa orang memiliki ruang pribadi yang lebih besar dibanding lainnya sehingga mereka sering tampak 'individualis'. Ketika kita berbicara dengan para individualis ini, sebaiknya kita menempatkan posisi kita di sepatu mereka. Para individualis telah mengalami sejumlah peperangan selama hidup mereka, cukup untuk menyadari bahwa mereka 'berbeda' dan tidak semua orang mau menerima cara pandang mereka apa adanya jadi umumnya mereka ini memiliki pembawaan curiga, dingin, dan tidak bersahabat. Apa pun itu, ikuti dulu apa yang mereka bicarakan. Baru utarakan pendapat anda secara baik-baik dan sopan kepada mereka.

Ketidaktahuan organisasi sunting

Kebutaan atau ketidaktahuan kader suatu organisasi terhadap banyak hal tentang organisasinya merupakan masalah yang tidak dapat dianggap remeh. Bahkan, hal itu bila dibiarkan berlarut-larut akan dapat membahayakan organisasi tersebut. Beberapa ancaman yang mungkin akan terjadi misalnya;

pertama, kader tersebut akan sulit mengikuti laju kereta organisasi. Kenapa? Karena dia tidak tahu arah dan tujuannya ke mana, dan jalurnya lewat mana. Arah kereta dianalogikan sebagai arah kebijakan organisasi, sedang jalurnya dianalogikan sebagai strategi pencapaiannya. Apabila kader buta terhadap hal tersebut, akibatnya kader bersangkutan akan gagap terhadap perkembangan kekinian dan manuver yang sedang dilakukan organisasi. Apabila tidak bisa memahami, dan berlawanan dengan idealismenya, maka hasilnya rasa kecewa dan kemudian keluar dari organisasi, bahkan bisa jadi mengambil posisi melawan (memusuhi) organisasi.

Kedua, kader akan kesulitan dalam membantu organisasi menyelesaikan permasalahan organisasi. Kenapa? Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan organisasi yang ada, hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami masalah-masalah itu sendiri. Apa latar belakangnya, apa penyebabnya, siapa saja yang terlibat, siapa saja yang bersangkutan, apa dampak permasalahannya, dan sebagainya. Semua permasalahan yang ada harus diinventarisir, kemudian dikelompok-kelompokkan berdasarkan keterkaitannya dan kedekatannya, dirangkai apabila ada hubungan sebab akibat, dicari akar permasalahannya, kemudian mulai menyelesaikan dari akar-akarnya. Nah, bila permasalahannya saja tidak tahu, bagaimana bisa menyelesaikannya? Maka kader akan gagal menjadi bagian dari solusi masalah. Dan bila mereka bukan bagian dari solusi masalah, maka biasanya mereka adalah bagian dari masalah itu sendiri. Hehehe…

Ketiga, kader akan kesulitan dalam melakukan positioning. Suatu organisasi itu bagai sebuah bangunan. Tidak hanya terdiri atas satu komponen saja, namun berbagai komponen yang berbeda seperti batu, pasir, semen, air, bata dan lain-lain bergabung saling melengkapi membentuk suatu bangunan kokoh. Komponen-komponen itulah analogi dari berbagai macam karakter, potensi, keahlian kader yang semuanya dibutuhkan dan saling melengkapi. Positioning dilakukan kader manakala dia memetakan dirinya, di bagian manakah dia bisa berperan bagi organisasi. Peran yang diambil tentunya sesuai dengan keahlian dan potensinya. Nah, apabila kader tidak tahu kondisi aktual organisasi, maka akan terjadi kebingungan di kalangan kader akan apa yang harus dia lakukan. Akibatnya banyak potensi akan tersia-siakan dengan menganggurnya kader-kader tersebut. Mereka akan stagnan, tak bergerak, tidak haroki. Kita jadi teringat analogi air, bagaimana kondisi air yang diam, tergenang, tak mengalir. Mungkin seperti itulah yang terjadi pada kader yang diam, tidak mengikuti dinamisnya laju kereta organisasi ini.

Keempat, ketidaktahuan dan ketidakpahaman akan kondisi organisasi, akan mendatangkan keraguan apabila mendengar sesuatu dari pihak luar. Mungkin ada pihak-pihak yang ingin mendiskreditkan organisasi kita dengan melontarkan isu-isu tak sedap bahkan fitnah mengenai organisasi maupun beberapa tokoh organisasi. Tidak hanya perorangan, namun juga kelompok orang dan termasuk media-media. Dan kenyataanya tidak jarang, kader menelan mentah informasi dari luar tanpa terlebih dahulu melakukan tabayyun ke internal organisasi dan akhirnya ikut-ikutan menuntut atau menghujat. Padahal seharusnya dia lebih percaya kepada sumber yang valid, yakni organisasinya sendiri. Hal ini sangat disayangkan.

Mungkin tidak hanya empat hal seperti yang dikemukakan di atas yang akan terjadi sebagai akibat dari ketidaktahuan kader. Masing-masing bukanlah hal remeh, dan satu sama lain dapat saling berkaitan. Faktor penyebab ketidakmengertian kader ada beberapa kemungkinan, yakni kurang lancarnya jalur informasi dari organisasi ke kader, informasi putus di tengah jalan, kurangnya sosialisasi, juga kepasifan kader dalam mencari informasi perkembangan terbaru mengenai organisasi atau bahkan keapatisan (kecuekan) kader terhadap perkembangan organisasi.

Keluarga dan masyarakat sebagai Organisasi informal sunting

Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks:

  • Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu.
  • Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.

Keluarga sunting

“Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu” (Narwoko dan Suyanto, 2004, p. 14).

Keluarga dapat dibedakan menjadi dua, yakni keluarga batih atau keluarga inti (conjugal family) dan keluarga kerabat (consanguine family). Conjugal Family atau keluarga batih didasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari seorang suami, istri, dan anak-anak mereka yang belum kawin. Lain halnya dengan consanguine family. Keluarga hubungan kerabat sedarah atau consanguine family tidak didasarkan pada pertalian kehidupan suami istri, melainkan pada pertalian darah atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat. Keluarga kerabat terdiri dari hubungan darah dari beberapa generasi yang mungkin berdiam pada satu rumah atau mungkin pula berdiam pada tempat lain yang berjauhan. “Kesatuan keluarga consanguine ini disebut juga sebagai extended family atau keluarga luas” (Narwoko dan Suyanto, 2004, p. 14).

Secara historis, keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak–pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Keluarga sebagai organisasi mempunyai perbedaan dengan organisasi–organisasi lainnya Salah satu perbedaan yang cukup penting terlihat dari bentuk hubungan anggota –anggotanya yang lebih bersifat lebih mendalam dan merupakan ciri –ciri kelompok primer antara lain:

  • mempunyai hubungan yang lebih intim
  • kooperatif
  • face to face
  • masing –masing anggota memperlakukan anggota lainnya sebagai tujuan bukannya sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Ciri-ciri lain juga dikemukakan oleh Paul H. Landis, adalah:

  • intimate
  • face to face
  • warm hearted relationship

Fungsi Keluarga sunting

Beberapa fungsi keluarga adalah (Narwoko dan Suyanto, 2004, p. 214-217) :

Fungsi Pengaturan Keturunan

Dalam masyarakat orang telah terbiasa dengan fakta bahwa kebutuhan seks dapat dipuaskan tanpa adanya prekreasi (mendapatkan anak) dengan berbagai cara, misalnya kontrasepsi, abortus, dan teknik lainnya. Meskipun sebagian masyarakat tidak membatasi kehidupan seks pada situasi perkawinan, tetapi semua masyarakat setuju bahwa keluarga akan menjamin reproduksi. Karena fungsi reproduksi ini merupakan hakikat untuk kelangsungan hidup manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial manusia dan bukan hanya sekadar kebutuhan biologis saja. Fungsi ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sosial, misalnya dapat melanjutkan keturunan, dapat mewariskan harta kekayaan, serta pemeliharaan pada hari tuanya.

Pada umumnya masyarakat mengatakan bahwa perkawinan tanpa menghasilkan anak merupakan suatu kemalangan karena dapat menimbulkan hal-hal yang negatif. Bahkan ada yang berpendapat bahwa semakin banyak anak semakin banyak mendapatkan rezeki, terutama hal ini dianut oleh orang-orang Cina dan dihubungkan dengan keagamaan, karena semakin banyak anak semakin banyak yang memuja arwah nenek moyangnya.

Fungsi Sosialisasi atau Pendidikan

Fungsi ini untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga terbentuk personality-nya. Anak-anak lahir tanpa bekal sosial, agar si anak dapat berpartisipasi maka harus disosialisasi oleh orang tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Jadi, dengan kata lain, anak-anak harus belajar norma-norma mengenai apa yang senyatanya baik dan tidak layak dalam masyarakat. Berdasarkan hal ini, maka anak-anak harus memperoleh standar tentang nilai-nilai apa yang diperbolehkan dan tidak, apa yang baik, yang indah, yang patut, dsb. Mereka harus dapat berkomunikasi dengan anggota masyarakat lainnya dengan menguasai sarana-sarananya.

Dalam keluarga, anak-anak mendapatkan segi-segi utama dari kepribadiannya, tingkah lakunya, tingkah pekertinya, sikapnya, dan reaksi emosionalnya. Karena itulah keluarga merupakan perantara antara masyarakat luas dan individu. Perlu diketahui bahwa kepribadian seseorang itu diletakkan pada waktu yang sangat muda dan yang berpengaruh besar sekali terhadap kepribadian seseorang adalah keluarga, khususnya seorang ibu.

Fungsi Ekonomi atau Unit Produksi

Urusan-urusan pokok untuk mendapatkan suatu kehidupan dilaksanakan keluarga sebagai unit-unit produksi yang seringkali dengan mengadakan pembagian kerja di antara anggota-anggotanya. Jadi, keluarga bertindak sebagai unit yang terkoordinir dalam produksi ekonomi. Ini dapat menimbulkan adanya industri-industri rumah dimana semua anggota keluarga terlibat di dalam kegiatan pekerjaan atau mata pencaharian yang sama. Dengan adanya fungsi ekonomi maka hubungan di antara anggota keluarga bukan hanya sekadar hubungan yang dilandasi kepentingan untuk melanjutkan keturunan, akan tetapi juga memandang keluarga sebagai sistem hubungan kerja. Suami tidak hanya sebagai kepala rumah tangga, tetapi juga sebagai kepala dalam bekerja. Jadi, hubungan suami-istri dan anak-anak dapat dipandang sebagai teman sekerja yang sedikit banyak juga dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan dalam kerja sama. Fungsi ini jarang sekali terlihat pada keluarga di kota dan bahkan fungsi ini dapat dikatakan berkurang atau hilang sama sekali.

Fungsi Pelindung

Fungsi ini adalah melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai bahaya yang dialami oleh suatu keluarga. Dengan adanya negara, maka fungsi ini banyak diambil alih oleh instansi negara.

Fungsi Penentuan Status

Jika dalam masyarakat terdapat perbedaan status yang besar, maka keluarga akan mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu sehingga tiap-tiap anggota keluarga mempunyai hak-hak istimewa. Perubahan status ini biasanya melalui perkawinan. Hak-hak istimewa keluarga, misalnya menggunakan hak milik tertentu, dan lain sebagainya. Jadi, status dapat diperoleh melalui assign status maupun ascribed status. Assign Status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dsb. Sedangkan Ascribed Status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya. (http://organisasi.org/jenis-jenis-macam-mac am-status-sosialstratifikasi-sosial-dalam-masyarakat-sosiologi).

Fungsi Pemeliharaan

Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggotanya yang sakit, menderita, dan tua. Fungsi pemeliharaan ini pada setiap masyarakat berbeda-beda, tetapi sebagian masyarakat membebani keluarga dengan pertanggungjawaban khusus terhadap anggotanya bila mereka tergantung pada masyarakat. Seiring dengan perkembangan masyarakat yang makin modern dan kompleks, sebagian dari pelaksanaan fungsi pemeliharaan ini mulai banyak diambil alih dan dilayani oleh lembaga-lembaga masyarakat, misalnya rumah sakit, rumah-rumah yang khusus melayani orang-orang jompo.

Fungsi Afeksi

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan kasih sayang atau rasa dicintai. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang serius adalah salah satu ciri khas dari anak yang sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian atau merasakan kasih sayang. Di sisi lain, ketiadaan afeksi juga akan menggerogoti kemampuan seorang bayi untuk bertahan hidup (Horton dan Hunt, 1987, p. 227 dalam Narwoko dan Suyanto, 2004, p. 217).

Masyarakat sunting

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.

Beberapa pengertian tentang masyarakat :

  • Menurut Drs. JBAF Mayor Polak, masyarakat adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas sub kelompok.
  • Menurut Prof. M.M Djoyodiguno, adalah suatu kebulatan dari segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia.
  • Menurut Hasan sadily, masyarakat adalah suatu keadaan badan atau kumpulan manusia yang hidup bersama.

Jelasnya masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki tersebut menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk kelompok masyarakat yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas.

Faktor-Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :

  • Berangotakan minimal dua orang.
  • Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
  • Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
  • Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik

Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.

  • Ada sistem tindakan utama.
  • Saling setia pada sistem tindakan utama.
  • Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
  • Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia.

Organisasi dan Idealisme sunting

Dalam tatanan suatu negara, mahasiswa merupakan aset yang sangat penting dan berharga. Disamping didengung-dengungkan sebagai agen peruhanan, mahasiswa juga merupakan penopang moral bangsa. Mahasiswa juga diharapkan menjadi pemimpin masa depan yang masih bisa menjaga idealisme dalam menjalankan pemerintahan.dari segi akademik, mahasiswa dituntut dapat melakukan riset-riset, kajian-kajian ilmiah yang dapat menambah dan memperkaya khasanah keilmuan mereka. Disamping itu, mahasiswa juga dituntut peka terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul dan berkemabang di masyarakat baik dari segi sosial maupun politik. Menjaga moral dan idealisme harus tetap dilakukan demi tegaknya tiang perdamaian di negara ini

Gerakan mahasiswa (GM) adalah gerakan idealis. idealismenya sebagaimana yang sering kita dengar adalah sebagai agen perubahan (agent of change) dan agen kontrol sosial (agent of social control). Kedua fungsi ini pada hakekatnya belumlah memadai. Gerakan Mahasiswa, mengutip dari Rama Pratama (1999), mantan ketua Senat Mahasiswa UI (kini BEM-UI) dalam tulisannya "Gerakan Mahasiswa dan Civil Society", haruslah berfungsi sebagai director of change (pengarah perubahan). Kedua hal di atas harus dilakoni oleh gerakan mahasiswa. GM harus berperan aktif dalam kelangsungan nasib bangsa ini. Peran mahasiswa jika kita telusuri sangatlah banyak. Bisa dengan kajian intensif, diskusi kontemporer serta demonstrasi menentang pemerintah yang kebijakannya tidak populis. Setelah aksi yang dilakukan berhasil, misalkan penjatuhan rezim, maka setidaknya sudah ada gambaran format kenegaraan yang ideal untuk diimplementasikan. GM tidak bisa lagi memberikan blank check (cek kosong) pada pemerintah.

Salah satu mitos yang perlu dtinjau kembali adalah mitos mahasiswa yang diumpakan seperti film koboi Shane. Cerita ini diangkat oleh Arief Budiman, saudaranya Soe Hok Gie, penulis buku Catatan Seorang Demonstran, karena ada kemiripan secara fungsional. Dalam cerita itu, Shane—yang diperankan Alan Ladd—berduel dengan kepala bandit yang diperankan oleh Jack Palance. Dalam pertarungan yang seru itu Shane menang. Setelah menghabisi sang bandit serta kroni-kroninya, kota menjadi tenang. Melihat aksiShane yang hebat, masyarakat memintanya untuk menjadi pemimpin di kota yang malang itu. Namun, sang pahlawan tidak menggubrisnya. Ia memacu kudanya kian kencang. Pergi, karena menolak mendapatkan jabatan dan balas jasa dari masyarakat. Cerita ini relevan jika kita kaitkan dengan aksi mahasiswa 1966. Ketika itu banyak aktifis mahasiswa yang dulunya orator ulung serta jagoan lapangan ditawari jabatan. Jelas ada yang mengambilnya! Tapi sayang, idealisme mantan mahasiswa itu ada juga yang kendor. Bahkan tercerabut oleh kekuasaan yang hegemonik. Seharusnya idealisme itu tetap dijaga, jangan pupus di tengah jalan!

Gerakan mahasiswa tidak selamanya harus mengikut pada konsep koboi di atas. Sebagai contoh, jika rezim tiran runtuh, maka menurut frame koboi Shane, mahasiswa harus kembali ke kampus. Nah bagaimana dengan implementasi agenda reformasi? Olehnya itu, gerakan mahasiswa harus menjaga dan mengarahkan arah reformasi. Orientasi mahasiswa selain sebagai moral force, juga sebagai political force. GM tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan kekuatan moral. Harus juga dengan kekuatan politik. “Gerakan mahasiswa harus menjadi gerakan politik!” Demikian kata Andi Rahmat, ketua umum KAMMI Pusat saat berkuasanya Gus Dur dalam wawancaranya dengan Majalah IslamSabili.

Gerakan politik mahasiswa tentu beda dengan gerakan politik oportunis. Bagi mahasiswa, kekuasaan itu hanyalah sarana dan konsekuensi logis untuk perubahan ke depan. Tapi kaum oportunis, biasanya menggunakan banyak “topeng” untuk meraih kepentingan sesaat. Masih ingat kasus Jacob Nuwawea, orang dekatnya Presiden Mega yang juga Menakertrans yang bagi-bagi duit ke beberapa mahasiswa untuk aksi anti-militer? Jika itu betul, maka sesungguhnya, itulah sikap oportunistik sesaat yang memalukan telah dilakukan segelintir “aktivis gadungan”, mengutip bahasanya teman-teman LMND (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi).

Politik mahasiswa harus tetap independen, menjadi oposisi ekstra-parlementer. Tentunya oposisinya yang konstruktif. Selama ini memang ada image bahwa oposisi itu acuh tak acuh terhadap pemerintahan. Paradigma ini harus diubah, bahwa oposisi adalah keniscayaan di era demokrasi. Segala kegiatan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan negara terkait dengan politik. Misalnya saja demonstrasi mahasiswa. Selain sebagai kekuatan moral, juga sebagai kekuatan politik yang diperhitungkan. Karena dalam realitanya aksi mahasiswa bersama bersama elemen masyarakat bisa menurunkan Bung Karno, Soeharto hingga Gus Dur. Ini salah satu gerakan politik mahasiswa. Artinya bahwa aksi yang lakukan turut berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.

Dengan demikian, selain agent of change dan agent of social control, gerakan mahasiswa juga sebagai director of change. Mendapat beban itu, ada sebuah pertanyaan untuk aktivis mahasiswa. Mampukah gelaran moral yang berat itu dipikul?

Diskusi dan debat sebagai sarana komunikasi organisasi sunting

Meeting atau rapat sangat diperlukan setiap organisasi untuk mencapai suatu kesepakatan dalam organisasi yang umumnya dilakukan oleh lebih dari tiga orang, dengan background job function dan divisi yang berbeda-beda. Meeting dimaksudkan agar kita bisa berdiskusi tentang segala hal dan berusaha untuk memperoleh pendapat dari berbagai pihak, sehingga keputusan yang diambil pun akan lebih matang.

Ada diskusi ada perbedaan pendapat. Hal ini biasa terjadi dalam setiap organisasi. Konflik atau debate (debat) sangat mungkin terjadi dalam sebuah pertemuan atau meeting. Wajar saja ini terjadi karena tidak semua peserta meeting mempunyai pemikiran dan persepsi yang sama satu sama lainnya. Akibat dari debate yang terjadi di ruang meeting pun akan berpotensi memecah belah karyawan menjadi kelompok-kelompok yang saling bermusuhan. Sehingga akan berakibat terhadap lingkungan kerja yang tidak nyaman. Anda sebagai seorang pemimipin harus bisa menetralkan keadaan yang sudah mulai memanas dalam ruang meeting sehingga tidak akan berlanjut di luar ruang meeting.

Dalam forum formal, debat merupakan bentuk diskusi dalam komunikasi antar personal atau antar kelompok untuk membahas tema tertentu yang dipimpin seorang moderator. Bisa berlangsung seru dan bisa biasa-biasa saja alias tenang. Disitu terjadi perbantahan tentang sesuatu dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat-pendapat dari mereka yang berdebat (pendebat). Boleh setuju dan tidak setuju dengan alasan-alasan yang bisa diterima. Di dunia organisasi debat biasa saja terjadi. Proses, intensitas, dan hasil debat sangat berkait dengan tema pengam bilan keputusan, tingkatan organisasinya, dan manajemen kepemimpinan. Mulai dari tema keorganisasian, program, personalia hingga pada masalah-masalah umum yang berkait dengan organisasi.

Bergantung pada derajad tema atau topik masalahnya, debat bisa dilakukan ditingkat manajemen (puncak dan menengah) dan juga di tingkat unit kerja operasional. Di tingkat manajemen puncak, debat dilakukan dalam pengambilan keputusan keputusan strategis. Selain itu debat dilakukan dalam keadaan darurat yang membutuhkan keputusan manajemen segera. Sementara di tingkat manajemen menengah debat berkisar pada pengambilan keputusan kebijakan dan program operasional. Intensitasnya relative cukup tinggi karena menyangkut beragam aspek masalah yang cukup rumit. Lalu intensitas debat di tingkat unit kerja lebih ringan karena lebih berfokus pada rencana tindakan-tindakan operasional.

Dalam prakteknya, tidak seperti debat politik, maka debat di dunia organisasi kental dengan ikatan prosedur operasi standar. Keputusan suatu debat sangat bergantung pada hirarki jabatan seseorang mulai dari tingkat manajemen puncak, direktur, manajer, sampai koordinator tim kerja. Namun bukan berarti dalam pengambilan keputusan itu tidak ada perbedaan pendapat sama sekali. Orgnaisasi yang semakin menerapkan manajemen kepemimpinan partisipatif dan kemitraan cenderung menunjukkan intensitas debat yang semakin demokratis ketimbang yang menerapkan manajemen sentralistik atau otoriter. Suasana atau intensitas perdebatan dalam institusi yang sejenis organisasi pembelajaran pun dibangun. Perdebatan dimaksudkan sebagai proses pembelajaran yang tidak harus selalu dilakukan di dalam kelas tetapi bisa dalam bentuk seminar dan lolakarya. Setiap individu bebas menyatakan pendapatnya. Dengan cara ini mereka dilatih untuk berpikir kritis, analitis dan logis yang idealnya didukung data dan fakta atau informasi.

Debat tidak selalu berlangsung dalam suasana rapat-rapat formal. Tidak jarang debat-debat ringan dilakukan di ruang kantin atau ketika ada kegiatan social. Disitu tak ada yang memimpin debat karena berlangsung serba spontan. Walau dalam suasana rileks, debat lewat suasana informal ini sangat menguntungkan sebagai wahana loby. Tiap individu dapat menyerap setiap ide yang berkembang dalam debat itu tanpa ikatan kaku. Juga tak ada suatu kesimpulan mengikat. Yang ada hanya kebebasan setiap individu untuk menafsirkannya. Kemudian itu dijadikan bahan baru untuk memperkuat gagasan-gagasan yang sudah ada untuk disampaikan dalam debat formal.

Pembudayaan tentang debat di masyarakat Indonesia seharusnya sudah mulai diterapkan di tingkat sistem sosial terkecil yakni di dalam keluarga. Setiap anggota keluarga diajak untuk membahas sesuatu dimulai dari tema yang paling sederhana sampai yang rumit. Karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan maka anggota yang diajak berdebat pun akan berbeda sesuai dengan kadar tema yang diajukan. Tentunya debat yang tidak keluar dari norma-norma keluarga. Selain di keluarga, debat di sekolah dan perguruan tinggi pun seharusnya dapat dibudayakan. Misalnya pendekatan pembelajaran berpusat pada murid atau mahasiswa (student centered learning) dalam perkuliahan, praktikum, dan seminar tentang bisnis dapat dijadikan sebagai salah satu model pembudayaan debat. Lambat laun akumulasi dari pengkondisian tentang pentingnya debat di berbagai elemen masyarakat akan merupakan kesepakatan kolektif suatu masyarakat. Tetapi tentunya bukan mendidik masyarakat untuk berbudaya debat kusir dimana masing-masing pendebat selalu mempertahankan pendapatnya masing-masing. Tidak peduli pendapatnya apakah memiliki alasan kuat atau lemah; logis atau ngawur. Tanpa ada yang mau mengalah demi keegoan sentris dan harga diri semata serta kepuasan sesaat.

Organisasi Statis dan Organisasi Dinamis sunting

Pada dasarnya pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu organisasi dalam arti statis dan organisasi dalam arti dinamis. Organisasi statis adalah gambaran secara skematis tentang hubungan kerjasama antara orang-orang yang terdapat dalam suatu usaha untuk mencapai sesuatu tujuan. Organisasi dinamis adalah setiap kegiatan yang berhubungan dengan usaha merencanakan skema organis, mengadakan departemenisasi, menetapkan wewenang, tugas, dan tanggung jawab dari orang-orang di dalam suatu badan/organisasi. Atau di singkat sebagai kegiatan-kegiatan mengorganisir yaitu kegiatan menetapkan susunan organisasi suatu usaha.

Organisasi Statis adalah sebuah wadah untuk berorganisasi dan adanya hubungan kerjasama antara kelompok atau suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu, namun dalam organisasi ini hanya untuk membuat kerangka saja dalam sebuah manajemen. Belum ada perincian dari kegiatan atau perincian yang jelas didalamnya.

Organisasi Dinamis adalah proses atau yang dilakukan dalam berorganisasi untuk menetapkan dan mengorganisir susunan organisasi suatu usaha dan sebagai suatu sistem dalam proses berinteraksi antara orang-orang yang bekerjasama baik dalam lingkungan formal maupun informal. Dalam organisasi dinamis, setiap individu yang ada didalamnya sudah mendapatkan pembagian kerja yang jelas dan disertai dengan kegiatan-kegiatan atau perincian yang telah direncanakan dengan baik dalam mencapai suatu tujuan tertentu yang telah disepakati bersama.

Dinamika Organisasi sunting

Jika dilihat dari asal katanya, dinamika memiliki arti tenaga/kekuatan yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap setiap keadaan keadaan. Sedangkan organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama.

Dengan demikian dinamika organisasi merupakan sebuah konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Selain itu dinamika organisasi dapat juga diartikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu, memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama.

Berdasarkan pernyataan diatas maka dinamika organisasi pada dasarnya merupakan proses-proses kelompok yang menggambarkan semua hal yang terjadi dalam kelompok akibat adanya interaksi individu-individu yang ada dalam kelompok itu.

Fungsi Dinamika Organisasi sunting

Dinamika organisasi merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika organisasi itu antara lain:

  • Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup. (Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.)
  • Memudahkan segala pekerjaan. (Banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)
  • Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efesian.(pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian)
  • Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat (setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat)

Semakin besar ukuran suatu organisasi semakin cenderung menjadi kompleks keadaannya. Kompleksitas ini menyangkut berbagai hal seperti kompleksitas alur informasi, kompleksitas komunikasi, kompleksitas pembuat keputusan, kompleksitas pendelegasian wewenang dan sebagainya. Sebagai contoh, seorang pimpinan yang ingin memajukan organisasinya, harus memahami factor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan dan konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok.

Organisasi profesional sunting

Organisasi profesional adalah suatu organisasi, yang biasanya bersifat nirlaba, yang ditujukan untuk suatu profesi tertentu dan bertujuan melindungi kepentingan publik maupun profesional pada bidang tersebut. Organisasi profesional dapat memelihara atau menerapkan suatu standar pelatihan dan etika pada profesi mereka untuk melindungi kepentingan publik. Banyak organisasi memberikan sertifikasi profesional untuk menunjukkan bahwa seseorang memiliki kualifikasi pada suatu bidang tertentu. Kadang, walaupun tidak selalu, keanggotaan pada suatu organisasi sinonim dengan sertifikasi.

Organisasi mahasiswa sunting

Organisasi mahasiswa adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa untuk mewadahi bakat, minat dan potensi mahasiswa yang dilaksanakan di dalam kegiatan ko dan ekstra kurikuler.

Organisasi ini dapat berupa organisasi kemahasiswaan intra kampus, organisasi kemahasiswaan antar kampus, organisasi ekstra kampus maupun semacam ikatan mahasiswa kedaerahan yang pada umumnya beranggotakan lintas atau antar kampus. Salah satu bentuk organisasi mahasiswa adalah Ikatan Organisasi Mahasiswa Sejenis (IOMS) baik di tingkat perguruan tinggi, antar perguruan tinggi maupun tingkat nasional sebagai wadah kerja sama dan berjejaring untuk mengembangkan potensi serta partisipasi aktif terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan kemajuan Indonesia sesuai disiplin ilmunya. Kedudukan IOMS berada di Fakultas, Jurusan atau Program Studi.

Bentuk berikutnya adalah Unit Kegiatan Mahasiswa yang biasanya disingkat UKM yaitu organisasi mahasiswa yang dibentuk berdasarkan kesamaan minat, baik di bidang olahraga, seni atau lainnya serta Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang bentuk dan atau strukturnya berbeda di setiap perguruan tinggi. Kedudukan UKM, karena beranggotakan berbagai disiplin ilmu, maka kedudukannya ada di Universitas/Rektorat. Demikian juga BEM.

Beberapa IOMS tingkat nasional memiliki legalitas berupa SK dari Dirjen DIKTI (tidak ada keharusan) dan hanya ada satu IOMS yang mewakili setiap organisasi/ikatan/himpunan di setiap disiplin ilmu di tingkat nasional. Mahasiswa Indonesia di luar negeri juga membentuk organisasi mahasiswa berupa Perhimpunan Pelajar Indonesia, atau PPI yang beranggotakan pelajar dan mahasiswa Indonesia.

Organisasi ekstra kampus walaupun anggotanya mahasiswa, para pengurus atau pimpinannya adalah alumni. Contohnya HMI, dll.

Organisasi Massa sunting

Organisasi Kemasyarakatan atau disingkat Orkemas adalah suatu istilah yang digunakan di Indonesia untuk bentuk organisasi berbasis kemasyarakatan yang tidak bertujuan politis, istilah semula adalah "organisasi Massa" yang disingkat "Ormas". Namun sejak dikeluarkannya Permendagri nomor 33 tahun 2012 istilahnya diganti menjadi "organisasi Kemasyarakatan" dan disingkan "Orkemas", lihat BAB I pasal 1 ayat 1. Bentuk organisasi ini digunakan sebagai lawan dari istilah partai politik. Orkemas dapat dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan atau tujuan, misalnya: agama, pendidikan, sosial.

Organisasi sosial sunting

Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia sunting

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia disingkat YLKI adalah organisasi non-pemerintah dan nirlaba yang didirikan di Jakarta pada tanggal 11 Mei 1973. Tujuan berdirinya YLKI adalah untuk meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga dapat melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya.

Gerakan Buruh dan Partai Politik sunting

Gerakan politik tak berarti harus mendirikan parpol, menjadi anggota badan legislatif atau kepala daerah. Namun, gerakan buruh memiliki kemampuan memengaruhi kebijakan politik negara, khususnya terkait nasib buruh. Bung Karno pernah mengatakan, gerakan buruh harus melakukan machtsvorming, proses pembangunan atau pengakumulasian kekuatan, melalui pewadahan setiap aksi dan perlawanan kaum buruh dalam serikat buruh, menggelar kursus politik, mencetak dan menyebarluaskan terbitan, mendirikan koperasi buruh, dan sebagainya.

Terlepas dari kesalahan gerakan buruh di masa Orde Lama yang terlalu fokus ke dalam urusan politik ketimbang kesejahteraan buruh, satu hal yang membuat gerakan buruh dulu kuat: mereka memiliki pemahaman ideologis jernih dan pengaruh politik yang kuat. Ini terjadi karena ada pendidikan politik buruh yang diajarkan dalam organisasi buruh. Seseorang yang telah memiliki pemahaman ideologi akan militan: tak mau jadi kutu loncat, berpindah-pindah ke organisasi lain. Jadi, sekalipun serikat buruh dulu terpecah dalam berbagai faksi, perpecahan didasarkan karena perbedaan ideologis. Itu bedanya dengan gerakan buruh era Reformasi.

Ratusan serikat buruh nasional saat ini kebanyakan lahir akibat perpecahan yang dilatari masalah personal: karena kalah dalam perebutan suara saat kongres, marah dan mendirikan organisasi baru. Banyak dari gerakan buruh ini akhirnya terjebak pada kepentingan personal dan perjuangannya terbatas pada tuntutan normatif. Minimnya kemampuan finansial akibat minimnya anggota yang membayar iuran membuat aktivis buruh memilih jalur yang dirasa akan memberikan hasil tercepat dengan cara instan.

Gerakan buruh Indonesia harus segera berefleksi, mengapa kebebasan berserikat yang luas ini belum mampu menunjukkan efek terhadap pengaruh politik buruh? Jawabannya berkisar pada absennya tiga hal pokok. Pertama, serikat buruh tidak bersatu dalam sebuah wadah nasional. Dalam kondisi saat ini, ide penyatuan semua serikat buruh hanya bagus di tingkat wacana, tetapi sulit di tingkat operasional karena persaingan, saling curiga, dan ego personal masih pekat.

Ini hanya rekomendasi wacana untuk jangka panjang. Serikat buruh Jepang, AS, Jerman, dan Pakistan butuh lebih dari 50 tahun untuk bersatu. Karena serikat buruh Indonesia tak memiliki ideologi berbeda, penyatuan gerakan buruh dalam satu wadah tak perlu melewati rute panjang seperti empat negara itu.

Kedua, belum ada kekuatan serikat buruh dominan, atau absennya koalisi gerak- an buruh sebagai kekuatan penyeimbang atas sistem kapitalis. Di banyak negara yang mengizinkan lahirnya banyak serikat, sebuah serikat buruh sulit memiliki pengaruh politik yang kuat akibat tingginya fragmentasi dan konflik horizontal antar serikat dalam rebutan anggota. Jadi, pilihan yang tersedia untuk menguatkan gerakan buruh: menyatukan beberapa serikat buruh yang sehaluan dalam satu koalisi.

Ide koalisi tiga konfederasi buruh besar Indonesia (KSBSI, KSPSI, KSPI yang disebut Majelis Pekerja/Buruh Indonesia [MPBI]) adalah sebuah inisiatif bagus mengatasi kerumitan di atas. Yang harus dijaga adalah MPBI jangan tergoda jadi alat tunggangan politik personal atau dimanfaatkan untuk tujuan politik praktis, khususnya menjelang Pemilu 2014, sebab akan menciptakan trauma jangka panjang buat buruh mendirikan koalisi di masa datang.

Ketiga, masih lemahnya kapasitas pemimpin buruh dalam memperkenalkan solusi alternatif. Yang tampak menonjol masih dalam bentuk menyuarakan tuntutan dan kritik. Serikat buruh pada hakikatnya bukan gerakan oposisi karena ada peran khas yang diembannya dan terikat dalam prinsip bipartitisme dan tripartisme. Dalam relasinya dengan pengusaha dan pemerintah, serikat buruh tidak bisa berperan sebagai oposan murni atas kedua mitranya. Prinsip oposisi tak dikenal dalam prinsip bipartit dan tripartit; yang ada adalah kesediaan merundingkan tuntutan, mendiskusikan pilihan, tanpa keinginan menjatuhkan lawan.

Serikat buruh tidak bisa bergaya seperti partai oposisi, LSM, atau gerakan mahasiswa yang bisa melakukan negasi, kritik, tanpa alternatif operasional. Sebagai salah satu konstituen yang bernegosiasi dalam wadah bipartit dan tripartit, serikat buruh bahkan dituntut ikut menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan untuk menyelamatkan anggotanya dari PHK. Dalam kamus ILO diistilahkan sebagai social dialogue, menggantikan ide klasik Marx dalam bentuk pertentangan kelas melalui jalur social confrontation. Serikat buruh tidak lagi diarahkan merebut alat produksi dari kaum borjuis, tetapi memperjuangkan pembagian keuntungan yang adil.

Hanya saja, syarat utama ide social dialogue: ada jaminan kebebasan berserikat bagi buruh. Tanpa jaminan ini, jalur perjuangan buruh akan tetap berbau konfrontasi. Pengalaman internasional, kian tinggi cakupan buruh diwadahi serikat buruh, semakin harmonis hubungan industri di negara itu. Teori ini juga berlaku sebaliknya. Jadi, kunci utama terciptanya hubungan industri yang harmonis adalah mempertinggi kondisi yang nyaman buat buruh bebas berserikat dan berunding.

Dari tuntutan normatif ke politik sunting

Akibat kurangnya pengaruh politik, aksi gerakan buruh cenderung pada perjuangan ekonomi: menuntut upah, bonus, jaminan sosial, dan hubungan kerja. Mayoritas buruh masih belum paham akar penindasan yang dialaminya saat ini bersumber dari sistem kapitalisme. Untuk memahami ini, buruh harus mengetahui soal ekonomi politik. Tanpa paham ini, aksi buruh akan reaktif dan sporadis. Program aksi harus dipandu sebuah ideologi dan agenda politik jangka panjang. Jangan sampai rezim berganti, nasib buruh tak berubah. Di era Soeharto, buruh direpresi dengan pengekangan kebebasan berserikat.

Di era Habibie, di bawah tekanan reformasi, kebijakan perburuhan sedikit lebih baik karena Indonesia meratifikasi delapan konvensi dasar ILO (salah satunya kebebasan buruh berserikat). Di era Megawati, buruh justru mendapat UU kontroversial (No 13/2013) tentang liberalisasi sistem alih daya dan privatisasi BUMN. Di masa SBY, buruh menghadapi maraknya pelanggaran UU ketenagakerjaan dan ketimpangan pendapatan terparah dalam sejarah Indonesia (rasio Gini). Gerakan buruh tak boleh membiarkan momentum tahun politik berlalu tanpa arti. Masih ada waktu menyatukan suara dan aksi bersama menegosiasikan agenda politik buruh. Jangan lagi buruh hanya tempat mendulang suara partai tanpa komitmen atas aspirasi buruh.

Panitia sunting

Istilah panitia sering disamakan dengan istilah komite, komisi, gugus tugas ( task force atau task group ). Telepas dari istilah itu mengandung pengertian yang sama, yaitu sekelompok orang kepada siapa sejumlah persoalan dibeban kan. Jadi yang dimaksud dengan panitia atau komite adalah sekelompok orang yang ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan khusus yang tidak dapat diselesaikan seseorang (pejabat/pimpinan) atau boleh beberapa orang(dewan).

Namun suatu panitia ada bermacam-macam, tergantung dari jenis dan sifat tugas atau kegiatan yang dijalankan. Ada yang mempergunakan nama panitia kerja(panja), panitia khusus(pansus), panitia perumus, panitia penyelesaian perburuhan pusat atau daerah (P4P/P4D), komisi APBN DPR. Ada pula yang mempergunakan nama dari pejabat ketua dari panitia tersebut, misalnya panitia Daryatmo. Nama suatu panitia dapat juga diambilkan dari jumlah anggota yang duduk dalam panitia, misalnya panitia 9, karena jumlah anggota yang duduk dalam panitia berjumlah 9 orang.

Ad hoc sunting

Ad hoc adalah sebuah istilah dari bahasa Latin yang populer dipakai dalam bidang keorganisasian atau penelitian. Istilah ini memiliki arti "dibentuk atau dimaksudkan untuk salah satu tujuan saja" atau sesuatu yang "diimprovisasi". Contoh: "Komisi ad hoc DPR".

Ad hoc adalah menerangkan suatu panitia yang dibentuk untuk maksud khusus. Panitia ad hoc biasanya dibentuk untuk mempersiapkan pendirian suatu badan atau organisasi yang sangat memerlukan penanganan panitia khusus tadi. Mungkin juga panitia khusus ini dibentuk untuk segera menyelesaikan suatu masalah yang ada dalam suatu organisasi atau suatu persidangan. Misalnya, sebeium terbentuknya ASEAN (1967), dibentuk panitia khusus yang tugasnya antara lain mempersiapkan dan merencanakan suatu bentuk kerja sama antar negara di kawasan Asia Tenggara non- komunis dibidang ekonomi dan kebudayaan.

Semangat Organisasi: Pantang menyerah dan Rela berkorban sunting

Fenomena baru pada abad XX banyak diwarnai dengan munculnya berbagai organisasi kepemudaan. Timbulnya pergerakan pemuda jelas menunjukkan adanya kaderisasi kepemimpinan yang seawaktu-waktu dibutuhkan sehingga tidak terjadi kekosongan pimpinan dan organisasi dapat berjalan terus. Perkumpulan pemuda mengikuti jejak organisasi politik yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pemuda dengan semagtnya yang tinggi tidak ragu lagi dalam memperjuangkan nasib bangsanya dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Menurut Onghokham gerakan-gerakan pemuda pada abad XX di Indonesia tidaklah unik, sebab hal itu juga terjadi di negara-negara Asia lainnyaa seperti india dengan May Fourth (Gerakan 4 Mei), India, Burma ,Jepang dan sebagainya. Ia menilai bahwa negara-negara Asia itu juga memiliki kesamaan sifat agraris tradisional menempatkan golongan tua pada puncak hierarki. Munculnya gerakan-gerakan pemuda itu juga sama-sama mengalami struktur perubahan yang sama.

Meskipun menurut argumen Onghokham, gerakan-gerakan pemuda pada abad XX di Indonesia tidaklah unik. Perlu kita ketahui mungkin yang dikatakan unik itu yang memiliki kekhasan Indonesia. Nah, disini jika kita lihat gerakan-gerakan pemuda Indonesia itu berkembang dengan pesatnya yang kemudian muncullah suatu kesepakatan nasional dalam bentuk sumaph bersama untuk nusa bangsa, tanah air, dan bahasa yang sama yaitu Indonesia. Mungkin inilah fenomena gerakan-gerakan pemuda Indonesia pada abad XX yang tidak terjadi di negara manapun. Pergerakan pemuda yang pertama didirikan ialah Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Akan tetapi pada kongresnya yang pertama yaitu pada 5 Oktober 1908 di Yogyakarta, perkumpulan tersebut bukan lagi perkumpulan pemuda melainkan perkumpulan kaum tua. Semangat kongres bukan semangat pemuda dan yang memegang pimpinan semua kaum tua. Lama kelamaan golongan pemuda merasa tidak puas terhadao Boedi Oetomo yang condong menjadi perkumpulan kaum tua. Makin disadari bahwa pemuda harus mempunyai perkumpulan sendiri, dimana pemuda dapat dididik secara pemuda untuk memenuhi kewajibannya kelak dikemudian hari.

Kemerdekaan ini tidaklah didapat dengan mudah, tidaklah didapat dengan sendirinya melainkan karena kesatuan rasa bersatu yang terhimpun dalam organisai yang menggerakkan tujuan itu semakin dekat untuk dicapai. Dan bukanlah perihal yang mudah berjuang dalam organisasi yang ikhwalnya pada masa oraganisasi kita berdiri tersebut mendapat pertentengan dari pemerintah kita. Tetapi tidak ada yang tidak mungkin selagi kita bersama, berusaha dan berjuang untuk tujuan mulia, hingga apapun usaha kita tetap akan berbuah, jika tidak dipetik dimasa kita mungkin dimasa setelah kita.

Semangat pantang menyerah dan rela berkorban yang dilakukan para pemuda demi kepentingan bangsa yang lebih besar. Kesadaran politik yang muncul dalam semangat perjuangan mereka, telah menjauhkan pikiran, sikap dan tindakan mereka dari kepentingan-kepentingan yang bersifat kepentingan golongan, kelompok apalagi individu.

Pengalaman Organisasi sunting

Setiap orang pasti mempunyai pengalaman organisasi dalam hidupnya. Dan itu dimulai ketika seseorang sudah mengenal lingkungan hidupnya. Biasanya seseorang berinteraksi dengan sebuah organisasi dimulai pertama kali pada saat menginjak bangku sekolah, yaitu pada masa SD. Dilanjutkan di SMP, SMA, dan sampai menginjak kuliah. Bahkan ada yang sampai akhir hayatnya selalu ikut sebagai anggota di organisasi. Dan itu sampai akhir-akhir ini masih ada yang melakukan seperti itu.

Untuk bisa berkecimpung di dunia organisasi harus dimulai dari organisasi yang terbilang masih mudah dan ketika seseorang sudah mantap serta mempunyai banyak pengalaman di berbagai organisasi. Ia akan berusaha untuk ikut serta dalam sebuah organisasi yang dibilang sudah mempunyai nama atau sudah populer sebelumnya. Namun ada yang berusaha untuk membuat organisasi sendiri, karena dia sangat percaya diri atas pengalaman dan ketekunan dia.

Agar organisasi yang dibuat nanti bisa bermanfaat bagi orang lain. Tetapi hal semua itu tidak akan terjadi apabila seseorang tidak melakukannya dari organisasi yang paling kecil. Karena dengan hal itu akan membuat seseorang mempunyai pengalaman atau jam terbang yang tinggi. Jadi ketika dia memasuki sebuah organisasi yang baru, dia tidak akan kaget akan segala sesuatu yang dihadapi pada masa yang akan datang.

Jenis aktivis organisasi sunting

Stereotip aktivis itu penuh keringat dan daki, ngotot mau menang sendiri, selalu kekurangan uang, senantiasa bersedih, dan sejumlah hal lain yang mendekati hal itu, mestinya segera dibuang jauh. Dunia aktivis bisa kebalikan dari itu semua: wangi, necis, berdompet tebal, dan berhahahihi dengan kaum selebritas. Mojok Institute menggolongkan mereka yang serba ‘wah’ itu sebagai aktivis anti-mainstream. Setidaknya mereka dibagi menjadi lima golongan.

Aktivis Pramuka

Maksud aktivis Pramuka ini bukan aktivis yang memakai seragam coklat Praja Muda Karana itu. Melainkan diambil dari salah satu lagu Pramuka yang terkenal, yang dinyanyikan dari mulai golongan Siaga sampai Pandega: Di sini senang, di sana senang. Maksudnya, aktivis jenis ini adalah aktivis yang gaul. Bisa diterima semua kelompok, mau yang kiri mentok sampai kanan pol. Mulai dari yang minum lapen sampai minum wine. Mau ngumpul di sevel oke, di kafe mahal juga oye. Mereka ada di mana-mana asal di tengah situasi yang menggembirakan.

Di sini senang, di sana senang.

Aktivis Adalah

Aktivis jenis ini adalah aktivis yang menyembunyikan identitas sesungguhnya. Banyak orang tidak tahu di mana mereka tinggal, dari mana mendapat uang, dan pekerjaan sesungguhnya apa. Mobil mereka gonta-ganti, sering berada di berbagai kota, jam terbang tinggi.

Kalau ditanya, mereka bisnis apa, jawaban mereka selalu: “Adalah pokoknya…” atau “Adalah yang penting cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarga…” atau “Adalah asal ada yang bisa disisihkan untuk organisasi…”. Begitulah yang sering terjadi, maka memang mereka layak disebut ‘Aktivis Adalah’.

Aktivis Impor

Aktivis impor ini maksudnya sekelompok aktivis Indonesia yang kerja atau tinggal atau kuliah di luar negeri. Biasanya aktivis model begini ini galaknya minta ampun. Semua yang terjadi di Indonesia salah, jelek, buruk, hancur, seakan tanpa masa depan. Mereka juga menganggap semua aktivis yang tinggal di Indonesia kalau tidak brengsek ya penakut, kalau tidak ya bodoh.

Ketika pulang ke Indonesia, mereka selalu membanding-bandingkan dengan negeri tempat tinggal sementara mereka yang aduhai, tertib, bersih, beradab, dan demokratis. Mereka menghujat semua hal yang terjadi di Indonesia lewat hape atau laptop sambil makan donat.

Aktivis Palugada

Palugada adalah akronim dari ‘apa lu mau, gua ada’, aktivis bergerak berdasarkan orderan isu. Kalau hari ini ada yang ngorder nyikat KPK, mereka akan dengan keras mengkritik KPK. Kalau besok dapat orderan sebaliknya, mereka segera berbalik membela KPK. Kalau dapat orderan menjelekkan Jokowi mereka akan melakukannya. Kalau orderan datang sebaliknya, mereka juga melakukannya. Tinggal soal ‘ketemu di angka berapa’.

Biasanya aktivis model ini punya banyak kartu nama.

Aktivis Jempol Perkasa

Ini jenis aktivis yang mengikuti semua isu. Semua hal seakan menjadi beres kalau mereka berkomentar lewat Facebook atau Twitter. Mereka tidak perlu berorganisasi, tidak butuh rapat, tidak mau turun di dunia nyata—mengorganisir, misalnya. Mereka hanya butuh tiga hal: sinyal, pulsa, dan kedua jempol yang makin perkasa.