Sahrul hasan
Kemaharajaan Majapahit (Jawa: ꦤꦒꦫꦶꦏꦫꦗꦤ꧀ꦩꦗꦥꦻꦠ꧀; Nagari Karajan Mɔjɔpait, Sanskerta: विल्व तिक्त; Wilwatikta) adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kemaharajaan Majapahit ꦤꦒꦫꦶꦏꦫꦗꦤ꧀ꦩꦗꦥꦻꦠ꧀ (Jawa) विल्व तिक्त (Sanskerta) मजापहित साम्राज्य (Hindi) ᬧ᭄ᬭᬚᬫᬚᬧᬳᬶᬢ᭄ (Bali) ᮊᮛᮏᮃᮔ᮪ᮙᮏᮕᮠᮤᮒ᮪ (Sunda) 满者伯夷王国 (Mandarin) อาณาจักรมัชปาหิต (Thai) 1293–1527
Bendera Surya Majapahit Semboyan Mitreka Satata ꦩꦶꦠꦿꦺꦏꦱꦠꦠ
(Jawa Kuno: "Persaudaraan yang satu dengan dasar persamaan derajat")
Peta wilayah kekuasaan Majapahit berdasarkan Nagarakertagama; keakuratan wilayah kekuasaan Majapahit menurut penggambaran orang Jawa masih diperdebatkan.[1]
Ibu kota
Mojokerto (masa Raden Wijaya) Trowulan (masa Jayanagara) Kediri (masa Brawijaya III)
Bahasa Jawa Kuno (utama), Kawi (alternatif), Sanskerta Agama Siwa-Buddha (Hindu dan Buddha), Kejawen, Animisme Bentuk pemerintahan Monarki Sri Maharaja
-
1293-1309 Kertarajasa Jayawardhana
-
1309-1328 Sri Jayanagara
-
1328-1350 Sri Tribhuwanottunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani
-
1350-1389 Sri Rajasanagara
-
1389-1429 Bhra Hyang Wisesa Aji Wikrama
-
1429-1447 Dyah Ayu Kencana Wungu
-
1447-1451 Brawijaya I
-
1451-1453 Brawijaya II
-
1453-1466 Brawijaya III
-
1466-1468 Brawijaya IV
-
1468-1478 Brawijaya V Rakryan Mantri ri Pakira-kiran
-
1294 – 1316 Mahapatih Nambi
-
1316 – 1323 Mahapatih Dyah Halayudha
-
1323 – 1334 Mahapatih Arya Tadah
-
1334 – 1364 Mahapatih Gajah Mada
-
1367 – 1394 Mahapatih Gajah Enggon
-
1394 – 1398 Mahapatih Gajah Manguri Sejarah
-
Penobatan Raden Wijaya 10 November 1293
-
Invasi Kesultanan Demak 1527 Mata uang Koin emas, koin perak, koin kepeng (koin perunggu yang diimpor dari Tiongkok), koin gobog Pendahulu Pengganti Kerajaan Singasari Kesultanan Demak Sekarang bagian dari
Indonesia Malaysia Singapura Brunei Darussalam Thailand Timor Leste Filipina
Sumber frasa Mitreka Satata berasal dari Kakawin Nagarakretagama karangan Empu Prapañca pada zaman keemasan kerajaan Majapahit. Semboyan Mitreka Satata dipakai oleh Mahapatih Gajah Mada. Sebagai landasan dalam menjalankan politik luar negeri Majapahit yang bersifat kekerabatan, hidup berdampingan secara damai dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia.[2] Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang dari Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.[3]