Pengguna:Thidah/Ketelanjangan

Seorang lelaki telanjang.
Seorang perempuan telanjang.

Ketelanjangan adalah perihal telanjang, yakni keadaan manusia tidak berpakaian.[1] Tidak mengenakai pakaian sama sekali sehingga menampakkan seluruh permukaan kulit termasuk kemaluan disebut telanjang bulat atau bugil. Tidak mengenakai pakaian atasan disebut telanjang dada. Secara kiasan, seseorang juga dapat dikatakan telanjang apabila tidak mengenakan perhiasan, riasan, dan lain-lain.

Ketelanjangan adalah hal yang biasa terjadi saat mandi, bertukar pakaian, berhubungan seksual, dan terkadang saat tidur, berenang, berjemur, tindakan medis, dan lain sebagainya. Ketelanjangan juga menjadi satu tema dalam seni, fotografi, dan film.

Bagi manusia, ketelanjangan dapat menimbulkan perasaan menyenangkan seperti perasaan bebas dan percaya diri, namun dapat pula menimbulkan ketidaknyamanan seperti perasaan malu. Perasaan ini bergantung pada apakah ketelanjangan itu terjadi secara sukarela atau terpaksa, juga bergantung dari didikan yang peroleh oleh seseorang sesuai dengan nilai di masyarakat.

Asal mula ketelanjangan

sunting
 
Primata dalam evolusinya kemudian berjalan dengan tegak ketika melintasi air karena keuntungan yang diperoleh sebab gaya apung. Teori monyet air menyatakan bahwa ada tahap bertalian dengan air dalam perkembangan evolusi manusia. Dalam foto terlihat seekor gorila betina berjalan melintasi air dengan membawa tongkat, mungkin untuk memeriksa kedalaman air.

Pada dasarnya, ketelanjangan adalah keadaan yang normal. Semua makhluk di muka bumi telanjang. Manusia telanjang sampai 170.000 tahun yang lalu. Kendati menjadi keadaan biologis yang normal, manusia dalam proses evolusinya banyak kehilangan rambut pada tubuhnya sehingga kebiasaan berpakaian menjadi kebutuhan pokok untuk perlindungan tubuh. Hilangnya bulu tubuh merupakan salah satu ciri fisik yang menandai evolusi biologis manusia modern dari nenek moyang hominininya. Adaptasi yang berkaitan dengan kebotakan berkontribusi pada peningkatan ukuran otak, bipedalisme, dan variasi warna kulit manusia. Sementara perkiraan bervariasi, setidaknya selama 90.000 tahun manusia modern secara anatomis tidak mengenakan pakaian, penemuan yang merupakan bagian dari transisi dari tidak hanya secara anatomi tetapi juga perilaku modern.

Pengertian tentang ketelanjangan

sunting

Sebagaimana pengertian tentang kesopanan, pengertian tentang ketelanjangan berkembang seiring waktu dan tempat.

Dalam Alkitab, ketelanjangan Adam dan Hawa merupakan perlambangan keluguan dan ketidakberdosaan. Setelah memakan buah dari Pohon Pengetahuan Tentang Yang Baik dan yang Jahat, mereka sadar akan ketelanjangannya dan menjadi malu.

 
Patung perunggu seorang atlet, Yunani Kuna, sekitar 340 sampai 330 sebelum masehi.

Di zaman Yunani Kuna, ketelanjangan lelaki merupakan hal yang sangat dihargai dalam keadaan tertentu: kata γύμνος (gymnos), yang merupakan asal kata kata gym, memiliki makna asli telanjang. Altit yang memenangkan Olimpiade seringkali digambarkan telanjang, seperti terdapat pada amfora-amfora Yunani Kuna, sebagaimana mereka memang telanjang saat bertanding di stadium.

Namun cara pikir ini kemudian berubah di Zaman Pertengahan. Ketelanjangan masih terjadi di Zaman Pertengahan itu, seperti di pemandian umum Turki, di mana laki-laki dan perempuan mandi secara terpisah.

Ketelanjangan muncul dalam karya lukisan dan fotografi.Orang-orang di abad ke-20 berkumpul untuk menikmati pergaulan telanjang (nudisme).

Ketelanjangan berdasarkan tujuan

sunting

Untuk alasan praktis

sunting

Mandi, tidur, hubungan seks, perobatan.

Masyarakat tradisional sudah biasa bertelanjang

Untuk hiburan atau gaya hidup

sunting
 
Keluarga naturis di pantai Praia do Abricó, Brazil.

Naturisme

Untuk unjuk rasa atau menarik perhatian

sunting

Untuk alasan religius

sunting
 
Naga Sadhu melakukan ritual mandi di Triveni Sangam saat Prayagraj Ardh Kumbhmela 2007

Untuk seni

sunting
 
Ketelanjangan lebih mendapat tempat dalam kesenian daripada dalam keseharian. Lukisan Tigah, Dewi Bali oleh Romualdo Locatelli.

Keberterimaan ketelanjangan

sunting

Di era kolonial budaya Kristen dan Muslim lebih sering ditemui masyarakat adat daerah tropis yang menggunakan pakaian untuk keperluan dekoratif atau seremonial tetapi sering telanjang, tidak memiliki konsep malu tentang tubuh. Selain itu, iklim hangat dan cara hidup kondusif untuk ketelanjangan fungsional. Perbedaan budaya berlanjut karena beberapa masyarakat yang sebelumnya terjajah mempertahankan atau menegaskan kembali praktik tradisional mereka dalam kehidupan sehari-hari atau untuk acara-acara khusus yang merayakan warisan mereka. Pakaian tradisional dapat mencakup ketelanjangan, atau wanita dan pria bertelanjang dada.








Sejarah

sunting
 
Potret suatu keluarga Bali, diambil tahun 1929.
 
Potret dua pemuda Dayak Kenyah, sekitar tahun 1920-an


Mengenakan pakaian secara eksklusif merupakan karakteristik manusia, tergantung pada pertimbangan fungsional (seperti kebutuhan akan kehangatan atau perlindungan dari berbagai unsur) dan pertimbangan sosial. Dalam beberapa situasi jumlah minimum pakaian atau pakaian tidak sama sekali dapat diterima secara sosial, sementara di lain pakaian jauh lebih diharapkan.

Norma sosial modern mengenai ketelanjangan sangat bervariasi, mencerminkan ambiguitas budaya terhadap tubuh dan seksualitas, dan konsepsi yang berbeda tentang apa yang merupakan ruang publik versus ruang pribadi. Sementara sebagian besar masyarakat mengharuskan pakaian yang layak di sebagian besar situasi, yang lain mengakui ketelanjangan non-seksual sebagai hal yang pantas untuk beberapa kegiatan rekreasi dan sosial, dan menghargai ketelanjangan dalam pertunjukan dan media yang dianggap mewakili nilai-nilai positif. Beberapa masyarakat dan kelompok terus menolak ketelanjangan tidak hanya di depan umum tetapi juga secara pribadi. Norma dikodifikasi ke berbagai tingkat oleh hukum yang mendefinisikan pakaian yang pantas dan paparan yang tidak senonoh.

Masyarakat seperti di Jepang dan Finlandia mempertahankan tradisi ketelanjangan komunal yang memberikan alternatif seksualisasi berdasarkan penggunaan mandi dan sauna.

Secara umum, norma sosial yang berkaitan dengan ketelanjangan untuk pria berbeda dengan wanita. Baru pada abad ke-17 di Eropa payudara wanita menjadi bagian tubuh yang wajib ditutupi di depan umum. Hanya di era modern ketelanjangan anak-anak digambarkan sebagai kepolosan. Individu dapat dengan sengaja melanggar norma yang berkaitan dengan ketelanjangan; mereka yang tidak memiliki kekuasaan dapat menggunakan ketelanjangan sebagai bentuk protes, dan mereka yang memiliki kekuasaan dapat memaksakan ketelanjangan pada orang lain sebagai bentuk hukuman.

Adat dan kebudayaan

sunting

Pakaian adat

sunting

Pertemuan antara budaya asli Afrika, Amerika dan Oseania dengan orang Eropa memiliki pengaruh yang signifikan pada kedua budaya.[2] Ambivalensi Barat dapat diekspresikan dengan menanggapi ketelanjangan penduduk asli sebagai tanda seksualitas yang merajalela atau kepolosan yang mendahului Kejatuhan.[3]

Sejarah

sunting

Baru kemudian timbul keinginan untuk menghias diri, untuk menandai status, peran, kepemilikan, dan lain sebagainya. Dari kebiasaan berpakaian ini kemudian pandangan akan ketelanjangan menjadi beragam menurut sosial, budaya, dan etika yang berkembang dalam masyarakat.

Ketika masyarakat berkembang dari pemburu-pengumpul menjadi agraris, pakaian dan perhiasan tubuh lainnya menjadi bagian dari evolusi budaya ketika individu dan kelompok menjadi dibedakan berdasarkan status, kelas, dan identitas individu. Kebiasaan menggunakan pakaian baru dimulai dengan peradaban. Sepanjang sebagian besar sejarah sampai awal era modern, orang-orang tidak berpakaian di depan umum karena kebutuhan atau kenyamanan baik ketika terlibat dalam aktivitas berat, termasuk tenaga kerja dan atletik; atau saat mandi atau berenang. Ketelanjangan fungsional seperti itu terjadi dalam kelompok yang tidak selalu dipisahkan berdasarkan jenis kelamin.

Referensi

sunting
  1. ^ "ketelanjangan – Hasil Pencarian KBBI Daring". Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses tanggal 17 October 2009. 
  2. ^ Masquelier 2005a, Introduction.
  3. ^ Wiener 2005, hlm. 66.

Bacaan lebih lanjut

sunting
  • Brandom, Robert, "Critical Notice of Blind and Worried", Theoria 70:2–3, 2005.
  • Etymology OnLine- various lemmate & "Online Etymology Dictionary". Etymonline.com. 1 July 1929. Diakses tanggal 17 October 2009. 
  • Rouche, Michel, "Private life conquers state and society," in A History of Private Life vol I, Paul Veyne, editor, Harvard University Press 1987 ISBN 0-674-39974-9
  • Storey, Mark Social Nudity, Sexual Attraction, and Respect Nude & Natural magazine, 24.3 Spring 2005.
  • Storey, Mark Children, Social Nudity and Academic Research Nude & Natural magazine, 23.4 Summer 2004.
  • Dennis Craig Smith, The Naked Child: The Long-Range Effects of Family and Social Nudity Palo Alto: R & E Research Associates (1981) ISBN 978-0-86548-056-8
  • Dennis Craig Smith, Growing Up Without Shame, Elysium Growth Press, book, 1986
  • Smith, Dennis Craig, Naked Fear, Ultraviolet Press, 2010

Pranala luar

sunting