Pengguna:Wong Langsep/Bak Pasir 4

Javasche Spoorweg Maatschappij, N.V.
Ikhtisar
Kantor pusat  Tegal, Jawa Tengah, Hindia Belanda
LokalKota dan Kabupaten Tegal
Tanggal beroperasi1886–1895
PenerusSemarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij
Kereta Api Indonesia (Tegal–Prupuk)
Teknis
Lebar sepur1.067 mm (3 ft 6 in)
Panjang jalur24 kilometer

Javasche Spoorweg Maatschappij, N.V. (JSM) adalah nama perusahaan kereta api di Hindia Belanda. Meskipun diberi nama "Java" (pulau Jawa), perusahaan ini sebenarnya hanya melayani wilayah Kabupaten dan Kota Tegal saja. Berkantor pusat di Kota Tegal, perusahaan ini mengoperasikan trem uap yang berfungsi untuk mengangkut komoditas dari daerah Tegal. Saat ini jalurnya masih aktif dan termasuk dalam Daerah Operasi V Purwokerto


Sejarah

sunting

Latar belakang

sunting

Pembangunan jaringan rel kereta api di daerah pantai utara Jawa Tengah didasarkan pada perencanaan yang diinisiasi oleh BOSM. Pada mulanya, BOSM memandang bahwa daerah Cirebon bagian timur memiliki peluang untuk dibangun jalur kereta api. Peluang ini semakin gemilang seiring dengan tumbuh dan berkembangnya aktivitas perindustrian gula.

Pasca dekade 1870-an, kebutuhan akan sarana dan prasarana transportasi darat yang aman, cepat, dan handal menjadi terasa. Pada mulanya, moda transportasi tradisional dapat mengatasinya. Namun, keadaan menjadi semakin tidak berimbang tatkala tingkat produktivitas pabrik-pabrik gula yang semakin pesat tidak diimbangi dengan fasilitas transportasi yang memadai. Akibatnya, banyak pabrik-pabrik gula yang kesulitan memasarkan produknya sebagai dampak dari keterbatasan moda transportasi yang memadai, sehingga terpaksa gulung tikar khususnya pada masa krisis gula 1885.

Tuntutan dan kebutuhan transportasi yang layak untuk kebutuhan industri gula mendapatkan respon jempol dari perusahaan-perusahaan kereta api. Dengan keberhasilan NISM mengoperasikan Jalur kereta api Semarang–Vorstentanden, perusahaan-perusahaan lain berlomba-lomba menginvestasikan modalnya untuk membangun jalur kereta api di wilayah industri gula. Salah satu lahan potensial terhadap wacana ini adalah sepanjang Pantura Jawa Tengah antara Cirebon s.d. Semarang.

Awal pembentukan

sunting

Melihat peluang investasi yang cukup besar dan meyakinkan, NV BOSM kemudian membentuk tim khusus pada Mei 1885. Tugas dari tim ini adalah melaksanakan studi kelayakan. Hasil penelitian tim, yang selanjutnya dilaporkan ke NV BOSM, melaporkan bahwa daerah Cirebon bagian timur hingga Semarang memiliki peluang besar untuk dibangun jalur kereta api. Selain dengan banyaknya pabrik gula, perusahaan kereta api negara (Staatsspoorwegen) mengarahkan jalur kereta apinya dari Cirebon ke arah selatan menuju Banyumas dan berakhir di Vorstentanden. Hasil studi ini kemudian menjadi acuan dari direksi NV BOSM sebagai dasar pengajuan permohonan hak konsesi atas Jalur kereta api Cirebon–Semarang kepada Gubernur Jenderal Van Rees.

Permohonan direksi NV BOSM direspon pemerintah dengan penyiapan sejumlah regulasi tentang dasar penentuan apakah suatu permohonan hak konsesi disetujui atau tidak. Dengan meminta pertimbangan kepada direktur Burgerlijke Openbare Werken (Pekerjaan Umum), Gubernur Jenderal Van Rees mengabulkan permohonan direksi NV BOSM, tetapi dengan syarat wajib membayarkan modal jaminan tinggi kepada pemerintah atas lahan-lahan yang telah dibebaskan oleh pemerintah.

Pada Maret 1886, seorang pengusaha bernama J. Ledeboer mengajukan permohonan hak konsesi atas rencana jalur Cirebon–Karangsambung. Namun, Gubernur Jenderal Van Rees menolaknya dengan bersandar pada Staatsblad van Nederlandsch Indië no. 114. Gubernur Jenderal Van Rees kemudian menghubungi Menteri Koloni dengan tujuan mengetahui informasi pemberian konsesi NV BOSM dan siap menerima modal jaminan dari direksi NV BOSM yang berkedudukan di Amsterdam.

Dengan menyingkirkan pemohon lainnya, sikap ini menunjukkan dukungan pemerintah kepada NV BOSM sangat nampak. Bahkan sebulan setelahnya, Gubernur Jenderal Van Rees membuat keputusan yang memuat instruksi kepada para residen yang wilayahnya dilintasi rel (Cirebon, Tegal, Pekalongan, dan Semarang) agar turut membantu dan mengawasi pelaksanaan proyek, termasuk dalam hal penyediaan tenaga kerja. Instruksi ini segera dilaksanakan oleh para residen, khususnya dengan prioritas pada konstruksi jembatan. Daerah Cirebon yang dipilih sebagai lokasi awal proyek ternyata memiliki sejumlah masalah, beberapa jembatan yang telah dibangun ternyata menggunakan konstruksi kayu dan bambu, akibatnya kondisinya akan rawan bila dilintasi kereta api. Sementara itu, residen Tegal menerima mandat pengambilalihan pekerjaan penimbunan Kali Gaung dan menyediakan lahan untuk keperluan stasiun dan halte.

Selama masa konstruksi berlangsung, direksi NV BOSM membuat keputusan untuk mendirikan perusahaan kereta api baru, yang khusus menangani Jalur kereta api Cirebon–Semarang. Pembentukan perusahaan baru dilatarbelakangi sebagai bentuk konsekuensi akibat adanya regulasi dari pemerintah, yang mengatur bahwa setiap perusahaan hanya bisa menerima satu hak konsesi di daerah tertentu, dalam hal ini NV BOSM telah ditetapkan hanya di Kawasan Batavia. Perusahaan baru bentukan NV BOSM ini bernama NV Java Spoorweg Maatschappij, selanjutnya disingkat menjadi JSM.

Masa pembangunan

sunting

Sebagai modal awal, pada tahun 1885 dibangunlah jalur trem Tegal–Slawi (14 Km) yang diresmikan pada 25 Agustus 1885 dan jalur trem Slawi–Balapulang (10 Km) yang diresmikan pada 17 November 1886.[1] Karena JSM tidak mampu bertahan lama mengingat biaya operasional dan utang yang membengkak, maka pada tanggal 16 September 1895, Semarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) resmi mengakusisi saham, jalur, dan seluruh layanan JSM. Setelah diakuisisi, Stasiun Tegal kemudian diperbesar dengan atap besar yang berbahan kayu yang mengatapi tiga sepur (jalur).[2] Pada tahun 1918, sebagian dari bangunan direnovasi berdasarkan karya arsitek Henri Maclaine Pont (1885-1971) tetapi atap buatan tahun 1897 tidak diubah banyak.

Operasional

sunting

Situasi masa kini

sunting

Satu-satunya jalur JSM adalah Tegal–Balapulang yang saat ini menjadi segmen Prupuk–Tegal. Perpanjangannya dilakukan oleh Staatsspoorwegen sampai Margasari, diresmikan bersamaan dengan segmen Cirebon–Prupuk.

Seri Nomor versi JSM Pemberian nama oleh JSM Nomor versi SCS Nomor versi SJS Nomor versi KAI Produksi Tanggal Produksi Keterangan
- JSM 1 Hertog van Sutherland SCS 1 SJS 91 - Hohenzollern Oktober 1884

Telah diakuisisi oleh SCS pada tahun 1898 dan dibesituakan sekitar tahun 1937 - 1940

- JSM 2 SCS 2 SJS 92 -
- JSM 3 SCS 3 SJS 93 -
- JSM 4 James Brand SCS 4 SJS 94 -

Referensi

sunting
  1. ^ Anonim (1897). Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indië. Batavia: Landsdrukkerij. 
  2. ^ Semarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij (1916). Verslag der SCS. Den Haag: SCS. 
  3. ^ "Java Spoorweg Maatschappij". www.searail.malayanrailways.com. Diakses tanggal 2018-07-08. 
  4. ^ "Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij". www.searail.malayanrailways.com. Diakses tanggal 2018-07-08. 

Studi perkeretaapian di luar Jawa

sunting

Studi perkeretaapian Kalimantan oleh SS

sunting

Pontianak–Sambas

sunting

Banjarmasin–Amuntai

sunting

Studi Perkeretaapian Sulawesi Utara oleh SS

sunting

Manado–Kema

sunting

Manado–Tomohon–Kawangkoan

sunting

Kawangkoan–Amurang

sunting

Kawangkoan–Tondano

sunting