Pengguna:Xn00bit/Kotak pasir/Amang Rahman Jubair

Mohon jangan gunakan templat "{{Infobox Person}}" di ruang nama pengguna Anda. Gunakan {{Infobox pengguna}}.

Amang Rahman Jubair (nama asli Abdul Rahman bin Awad bin Jubair, 20 November 1931 – 15 Januari 2001)[1] adalah seorang seniman lukis Indonesia. Ia dikenal atas karya-karya surealisnya yang bersifat sufistik serta karya kaligrafi.

Amang juga dikenal pernah menerbitkan satu buku kumpulan puisi berjudul Sajak Putih.[2]

Kehidupan pribadi

sunting

Kelahiran dan masa kecil

sunting

Tanggal lahir Amang tidak diketahui dengan jelas. Menurut Henri Nurcahyo, seorang wartawan Surabaya Post yang dikenal dekat dengan Amang, tanggal lahir yang umumnya dikenal (20 November 1931) adalah rekayasa Amang sendiri.[1] Beberapa dokumen menunjukkan tanggal dan bulan yang berbeda-beda, meskipun tahunnya tetap sama. Rangkaian tanggal tersebut antara lain: 21 Oktober, 21 November[3], 21 Desember, dan 30 November. Tanggal 20 November sendiri digunakan dalam buku Ambang Cakrawala serta banyak dipakai dalam penerbitan ketika Amang masih hidup.[1] Dalam biografinya mengenai Amang, Galeri Nasional Indonesia mencatat bahwa tanggal kelahirannya adalah 21 November 1931.[4] Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DI Yogyakarta dan Jawa Timur mencatat bahwa Amang lahir di Kampung Ampel, Surabaya, pada 20 November 1931.[5][6]

Ia lahir kepada pasangan suami istri Awad Jubair, seorang walayiti (imigran generasi pertama kelahiran Hadramaut yang datang dari Yaman), yang menikah dengan Siti Rahman, seorang wanita kelahiran Sidoarjo, Jawa Timur. Ia lahir di daerah Ampel Tebasan di kota Surabaya, sebuah daerah yang dikenal ramai dengan imigran Arab. Ayahnya bekerja sebagai pedagang buku yang berkeliling menjual buku sambil berdakwah. Amang sering menemani ayahnya berkeliling daerah menjajakan buku. Salah satu daerah yang sering disinggahinya adalah Pulau Madura, terutama daerah di sekitar Kabupaten Bangkalan. Di daerah itu, ia berkenalan dengan banyak kiai ternama, seperti Kiai Cholil Bangkalan, Kiai Imran, Kiai Badri Ketapang, dan Kiai M. Tayib.[1]

Selain menjadi tempat singgah untuk berjualan, Pulau Madura juga sempat menjadi tempat tinggal Amang sewaktu kecil. Bangkalan menjadi tempat yang sangat berkesan baginya, juga membentuk karya-karyanya di masa depan. Kepada teman-temannya, Amang sering bercerita tentang berbagai cerita masa kecil yang ia dapatkan. Kakeknya dari pihak ibu, misalnya, sering bercerita bahwa surga berwarna kebiru-biruan atau biru kehijau-hijauan.[1]

Karier

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e Hajriansyah, Hajriansyah (2017-04-05). "Nilai-nilai Spiritualitas dalam Seni Lukis Amang Rahman Jubair: Tinjauan Estetika Sufi". Pascasarjana. 
  2. ^ Jubair, H. Amang Rahman (2001). Sajak putih / H. Amang Rahman Jubair. Pustaka Adiba. 
  3. ^ "Bentara Budaya". www.bentarabudaya.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-10-03. 
  4. ^ "Galeri Nasional Indonesia - Website resmi Galeri Nasional Indonesia (GALNAS)". galeri-nasional.or.id. Diakses tanggal 2020-02-28. 
  5. ^ "Amang Rahman Jubair". Pusaka Jawatimuran. Dinukil Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: editor Setyo Yuwono Sudikan: Apa & Siapa Orang Jawa Timur Edisi 1995-1996., Semarang: Citra Almamater 1996. hlm. 56 (CB-D13/1996-…). 2015-03-09. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-10-03. 
  6. ^ "Amang Rahman Jubair | Center Of Excellence". Center of Excellence, DPAD DI Yogyakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-10-03.