Penyelundupan telur ulat sutra ke Kekaisaran Romawi Timur
Pada pertengahan abad ke-6 Masehi, dua orang rahib Persia (atau dua orang Persia yang menyamar sebagai rahib), dengan dukungan Kaisar Romawi Timur Yustinianus I, berhasil menyelundupkan telur ulat sutra ke wilayah Kekaisaran Romawi Timur, sehingga Romawi Timur dapat menumbuhkan industri sutra dalam negeri. Bermodalkan ulat sutra selundupan dari Tiongkok ini, Romawi Timur mampu memonopoli usaha sutra di Eropa.[1]
Penyelundupan telur ulat sutra ke Kekaisaran Romawi Timur | |
---|---|
Tanggal | Pertengahan abad ke-6 (552/563 M) |
Lokasi | Asia Tengah |
Partisipan | Dua orang rahib |
Hasil | Pendirian industri sutra Romawi Timur |
Latar belakang
suntingSutra, yang mula-mula diproduksi orang Tionghoa pada milenium ke-4 SM, adalah salah satu barang dagangan bernilai tinggi di sepanjang Jalur Sutra.[2] Pada abad pertama tarikh Masehi, sutra sudah masuk secara teratur ke wilayah wilayah Kekaisaran Romawi.[2] Bangkitnya kemaharajaan wangsa Sasan yang disusul perang-perang Romawi-Persia membuat usaha impor sutra ke Eropa kian sulit dan makan biaya. Bangsa Persia mengendalikan perdagangan di wilayahnya secara ketat, dan akan membekukan kegiatan perdagangan pada masa perang.[3] Akibatnya, Kaisar Romawi Timur Yustinianus I berusaha menciptakan jalur-jalur dagang alternatif ke Sogdiana, salah satu pusat industri sutra yang besar pada masa itu.[4] Satu jalur melalui Krimea, dan yang satu jalur lagi di selatan melalui Etiopia.[5] Karena usaha ini gagal, Yustinianus I berusaha mencari cara lain untuk mendapatkan sutra.
Ekspedisi
suntingDua orang rahib yang tidak diketahui namanya (kemungkinan besar rahib Nestorian[2][6]) yang pernah berdakwah di India (Gereja Persia di India), berhasil masuk ke Tiongkok pada tahun 551 M.[7] Selama berada di Tiongkok, mereka mengamati cara-cara budidaya ulat sutra dan pembuatan sutra yang rumit.[7] Hal ini merupakan suatu kemajuan penting, karena sebelumnya bangsa Romawi Timur menyangka bahwa sutra diproduksi di India.[8] Pada tahun 552 M, kedua rahib tersebut menghadap Yustinianus I.[6] Sebagai balasan atas janji-janji anugerah berlimpah dari kaisar yang tidak diketahui bentuknya, keduanya menyatakan kesediaan untuk mendatangkan ulat sutra dari Tiongkok.[9] Mungin sekali keduanya menempuh jalur utara di pesisir Laut Hitam, melewati Transkaukasus dan Laut Kaspia.[1] Karena ulat sutra dewasa membutuhkan suhu yang ideal untuk bertahan hidup,[10] kedua rahib tersebut meminta bantuan kenalan-kenalan mereka di Sogdiana untuk menyelundupkan telur atau larva ulat sutra saja, disembunyikan di dalam tabung bambu.[1][6] Tumbuhan perdu bebesaran, yang merupakan pakan ulat sutra, mungkin diberikan kepada kedua rahib tersebut atau mungkin pula sudah diimpor ke Romawi Timur.[1] Diperkirakan keseluruhan ekspedisi ini memakan waktu dua tahun.[11]
Dampak
suntingTidak lama seusai ekspedisi tersebut, muncul pabrik-pabrik sutra di Konstantinopel, Beirut, Antiokhia, Tirus, dan Tebai.[5] Bermodalkan ulat sutra selundupan dari Tiongkok, Kekaisaran Romawi Timur mampu memonopoli bidang usaha sutra di Eropa, sekaligus mematahkan monopoli Tiongkok dan Persia di bidang yang sama.[1] Monopoli usaha sutra menjadi menopang ekonomi Romawi Timur selama 650 tahun kemudian, sampai ambruk pada tahun 1204.[12] Di Romawi Timur, pakaian-pakaian sutra, teristimewa yang berwarna ungu-kaisar, hampir selalu dikhususkan bagi kalangan elit, dan pengenaan pakaian sutra diatur di dalam undang-undang belanja.[2] Produksi sutra di kawasan sekitar Konstantinopel, terutama di Trakia, Yunani Utara, masih berjalan sampai sekarang (baca artikel Museum Sutra Soufli).
Dalam budaya populer
suntingDi dalam serial Marco Polo produksi Netflix, Musim 1, Episode 4,[13] yang dirilis pada tahun 2014, dua orang pria tertangkap basah menyelundupkan ulat sutra di dalam tongkat mereka. Sang Khan harus memutuskan, perlu tidaknya mereka dibunuh atas kejahatan mereka, yang memang diancam dengan hukuman mati, tetapi akhirnya ia berbelas kasihan dan mengizinkan Marco Polo untuk memutuskan nasib mereka.
Sumber
sunting- ^ a b c d e Patrick Hunt. "Late Roman Silk: Smuggling and Espionage in the 6th Century CE". Stanford University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-26. Diakses tanggal 20 April 2013.
- ^ a b c d "Silk". University of Washington. Diakses tanggal 20 April 2013.
- ^ Norwich, John (1988), Byzantium: The Early Centuries hlm. 265
- ^ Clare, Israel (1906), Library of Universal History: Mediaeval History hlm. 1590
- ^ a b Norwich, hlm. 266
- ^ a b c Norwich 1988, hlm. 266.
- ^ a b Clare 1906, hlm. 1589.
- ^ Clare 1906, hlm. 1587.
- ^ Clare 1906, hlm. 1590.
- ^ Peter Ross Range (Juli 2008). "Spin Cycle". The Smithsonian. Diakses tanggal 12 September 2019.
- ^ "Museum Sutra Libanon". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-30. Diakses tanggal 2013-06-30.
- ^ Muthesius, Anna (2003), Silk in the Medieval World hlm. 326
- ^ ""Marco Polo" The Fourth Step (TV Episode 2014) - IMDb" – via www.imdb.com.