Penyerbuan Roma oleh Arab

Penyerbuan Roma oleh Arab terjadi pada tahun 846. Para pasukan Muslim Saracen menyerbu sekitaran kota Roma, merampas dua basilika terpenting dalam Gereja Katolik, yaitu Basilika Santo Petrus Lama dan Basilika Santo Paulus di Luar Tembok, namun terhindar dari memasuki kota tersebut sendiri oleh Tembok Aurelia.

Lukisan Klara dari Asisi Mengusir Bajak Laut Muslim ,Tahun 1630

Latar belakang

sunting

Pada tahun 820an, Aghlabiyyah dari Ifriqiya (dikenal oleh bangsa Italia pada abad pertengahan dengan sebutan Saracen) mulai menaklukkan Sisilia .

Pada tahun 842, pasukan Arab berupaya untuk menaklukkan Ponza, namun dikalahkan oleh armada kombinasi dari Napoli dan Gaeta. Namun, pada tahun yang sama, mereka merebut Messina, Sisilia. Pada waktu yang hampir bersamaan, Radelchis I dari Benevento dan Siconulf dari Salerno, terjerumus dalam perang saudara, membuat para pedagang Arab lari ke Campania.[1]

Penyerbuan ke Roma

sunting

Sejumlah besar pasukan mendarat dari Miseno, yang pasukan Saracen taklukkan pada tahun 845, dan mendarat di Porto dan Ostia pada 846, menumpas garisun Nova Ostia.[2] Pasukan Arab melewati Tiber dan jalan Ostiense dan Portuense, saat pasukan Roma melakukan retret untuk menyelamatkan tembok Roma.[1][2]

Pada saat yang bersamaan, pasukan Arab lainnya mendarat di Centumcellae, berpawai menuju Roma.[2]

Para penyerbu Arab diketahui mengincar harta karun luar biasa di Roma. Beberapa basilika seperti Basilika Santo Petrus Lama dan Basilika Santo Paulus di Luar Tembok, yang berada di luar tembok Aurelia, dengan mudahnya dijadikan target. Mereka "merampas barang-barang liturgi berharga dan relikui-relikui berhias yang ditempatkan di seluruh relik yang diletakkan". Yang paling berpengaruh adalah salib emas yang ditempatkan di atas makam yang dianggap makam Petrus, yang disebut Pharum Hadriani dan meja perak yang disumbangkan kepada gereja oleh Charlemagne, dan perwakilan dari Konstantinopel.[3] Akibatnya, para penyerbu tersebut mengelilingi kota tersebut dan dua biara kudus tersebut. Para sejarawan kontemporer meyakini bahwa para penyerbu tersebut mengetahui dimana keberadaan harta-harta paling berharga.[1]

Tak ada catatan kontemporer yang menyebut upaya Arab untuk menerobos kota tersebut, namun diyakini pasukan Roma mempertahankan tembok tersebut, meskipun para anggota Santo Petrus dari scholae Vatikan (Saxons, Lombards, Frisians dan Franks) berupaya untuk memberontak, namun dikalahkan.[4]

Seiring berjalannya waktu, pasukan dari Spoleto dan dikepalai oleh Adipati Lombard Guy, menyerang pasukan Arab di depan tembok kota tersebut, meredam sebagian dari mereka sampai Centumcellae, sampai kelompok lainnya berusaha untuk mencapai Misenum melalui darat.[5] Pasukan Saracen dapat menyelamatkan diri, namun sebuah angin ribut menghancurkan beberapa kapal, membuat beberapa jenazah terseret ke pantai dengan perhiasan-perhiasan yang dapat diselamatkan.[5] Setelah itu, tentara Lombard berjalan ke arah selatan, memergoki pasukan Arab di Gaeta, dimana pertempuran lainnya terjadi.[5] Kali ini, hanya keadatangan Cesarius, putra dari Sergius, Magister Militum dari Napoli, yang memutuskan bertempur memihak umat Kristen.[5]

Akibat

sunting

Tak lama setelah pengepungan tersebut, Paus Leo IV membangun sebuah tembok yang kokoh di tepi kanan Tiber, dalam rangka melindungi Gereja Santo Petrus. Kawasan yang dikitari, dipertahankan oleh Castel Sant'Angelo, yang mengambil nama dari Kota Leonine, dan dianggap menjadi kota terpisah, dengan pemerintahan sendiri. Wilayah tersebut digabung dengan kota tersebut pada abad keenam belas, menjadikannya rione Roma keempat belas, Borgo. Pada tahun 849, penyerbuan Arab lainnya terjadi di pelabuhan Roma, Ostia. Sejak itu, kota tersebut tak pernah lagi diserang oleh armada Arab.[1]

Lihat pula

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ a b c d Kreutz 1996, hlm. 25–28.
  2. ^ a b c Gregorovious 1988, hlm. 99.
  3. ^ Gregorovious 1988, hlm. 101.
  4. ^ Gregorovious 1988, hlm. 100.
  5. ^ a b c d Gregorovious 1988, hlm. 103.

Sumber

sunting