Penyergapan adalah taktik militer yang telah lama ada, yaitu kombatan mengambil keuntungan dari tempat persembunyian dan memberikan elemen kejutan kepada para kombatan musuh yang tidak curiga dengan posisi penyembunyiannya, seperti di antara semak-semak yang lebat atau di belakang puncak bukit. Penyergapan telah digunakan secara konsisten sepanjang sejarah, dari perang kuno hingga perang modern. Pada abad ke-20, penyergapan dapat melibatkan ribuan tentara dalam skala besar, seperti pada lokasi yang sempit di celah gunung atau kelompok tentara tidak tetap kecil maupun kelompok pemberontak yang menyerang patroli angkatan bersenjata yang terdiri dari tentara tetap. Secara teoritis, seorang prajurit yang bersenjata lengkap dan tersembunyi dapat menyergap pasukan lain dalam serangan mendadak.

Penyergapan Bắc Lệ: Pasukan infanteri laut Prancis menyebar di bawah tebing Nui Nng Nai pada tahun 1884.
Pembantaian Pasukan Elphinstone dalam Perang Britania Raya-Afgan Pertama pada tahun 1842
Penyergapan partisan Polandia dalam Pemberontakan Januari
Strategi penyergapan berbentuk-L yang ideal dari Tentara Amerika Serikat

Sejarah sunting

Penyergapan telah dilakukan oleh manusia purba sekitar dua juta tahun lalu dan para antropolog baru-baru ini menyampaikan bahwa teknik penyergapan digunakan untuk berburu binatang buruan yang besar.[1]

Salah satu contoh dari zaman kuno adalah Pertempuran Trebia. Hannibal berkemah dalam jarak yang sangat dekat dengan tentara Romawi, dengan hanya dibatasi oleh Sungai Trebia, dia menempatkan pasukan kavaleri dan infanteri yang kuat di tempat penyembunyian, di dekat zona pertempuran. Polybius berkata bahwa Hannibal telah mengamati sebuah "tempat di antara kedua kubu, memang datar dan tanpa pohon, namun sangat sesuai untuk melakukan aksi penyergapan, karena tempat itu dilintasi oleh aliran air dengan tepian yang curam, ditumbuhi semak-semak dan tanaman berduri lainnya, dan di tempat ini ia mengusulkan agar menyusun siasat guna mengejutkan musuh". Ketika infanteri Romawi terjerat dalam pertempuran dengan pasukannya, maka pasukan penyergap yang bersembunyi menyerang legiun Romawi yang ada di bagian belakang. Hasilnya adalah pembantaian dan kekalahan bagi bangsa Romawi. Namun demikian, dalam pertempuran itu pihak legiun Romawi menampilkan disiplin taktis yang baik. Meskipun sebagian besar anggota legiun Romawi hilang, sekitar 10.000 anggotanya berhasil memotong jalan ke tempat yang aman dan mempertahankan kesatuan unit. Kemampuan untuk mempertahankan disiplin dan berhasil keluar atau bermanuver menjauhi zona pembunuhan adalah ciri khas pasukan yang sudah terlatih dengan baik dalam menghadapi situasi disergap.

Prosedur sunting

Dalam perang modern, penyergapan paling sering dilakukan oleh pasukan darat hingga seukuran peleton terhadap target musuh, bisa bersama dengan pasukan darat lainnya, atau mungkin juga dilengkapi dengan kendaraan. Namun, dalam beberapa situasi, terutama ketika berada jauh di belakang garis pertahanan musuh, serangan yang sebenarnya akan dilakukan oleh satu peleton, unit yang berukuran kompi akan dikerahkan untuk mendukung kelompok penyerang, menyiapkan dan mempertahankan patroli di garis depan, tempat kelompok penyerang akan dikerahkan nantinya, dan mereka akan berhenti setelah serangan terjadi.

Referensi sunting

  1. ^ Bunn, Henry T.; Alia N. Gurtov (February 16, 2014). "Prey Mortality Profiles Indicate That Early Pleistocene Homo at Olduvai Was an Ambush Predator". Quaternary International. 322–323: 44–53. doi:10.1016/j.quaint.2013.11.002.