Perang Belasting
Perang belasting merupakan perang bersenjata pada 15-16 Juni 1908 yang melibatkan rakyat Sumatera Barat melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda akibat penerapan pajak (bahasa Belanda: belasting) langsung kepada masyarakat. Perlawanan masyarakat atas pemberlakuan pajak langsung ini dibalas oleh pemerintah Hindia Belanda dengan reaksi keras mengirimkan marechaussee (marsose) ke daerah konflik tersebut, yang akhirnya menimbulkan korban jiwa pada masyarakat maupun tentara kolonial.
Perang belasting ini diawali di Kamang, kemudian menyebar pada kawasan lain seperti Manggopoh, Lintau Buo dan lain-lain.[1]
Perang Kamang
suntingPerang Kamang | |||||
---|---|---|---|---|---|
Salah satu Makam Pahlawan Perang Kamang | |||||
| |||||
Pihak terlibat | |||||
Rakyat Kamang | Hindia Belanda | ||||
Korban | |||||
100 orang tewas |
12 orang tewas 20 orang luka-luka |
Perang Kamang merupakan peperangan yang terjadi di Kamang, Agam tahun 1908 akibat penerapan pajak (belasting) kepada masyarakat oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Daerah Kamang berada sekitar 16 km dari Fort de Kock dan sebelumnya merupakan basis kekuatan dari Tuanku Nan Renceh pada masa Perang Padri.
Perlawanan rakyat
suntingPerang ini diawali oleh gerakan protes petani terhadap pemerintah Hindia Belanda atas pajak tanah termasuk pajak atas hewan ternak yang dibebankan kepada mereka. Masyarakat Kamang menolak pembayaran pajak tersebut dan kemudian pada 15-16 Juni 1908 puncaknya pecah perang bersenjata antara masyarakat dengan pemerintah kolonial.[2] Perang ini dipelopori oleh Syekh H. Abdul Manan, yang gugur dalam peperangan tersebut, sementara anaknya H. Ahmad Marzuki ditangkap oleh tentara Belanda.[3] Akibat peperangan ini hampir 100 orang mati tertembak, sementara korban pada pihak tentara kolonial sebanyak 12 orang mati dan lebih kurang 20 orang luka-luka.[4] Dikabarkan pula, kuda neneknya Mohammad Hatta juga ditembak sewaktu Perang ini terjadi. Si Nenek kemudian datang ke gedung residen Padang pada waktu itu, dan memarahi sang Residen. Amrin Imran mencatat Nenek Mohammad Hatta sebagai orang yang mudah marah.[5]
Perang Manggopoh
suntingPerang Manggopoh | |||||
---|---|---|---|---|---|
Kompleks Makam Pejuang Perang Manggopoh | |||||
| |||||
Pihak terlibat | |||||
Rakyat Manggopoh | Hindia Belanda | ||||
Korban | |||||
7 orang tewas 7 orang ditangkap | 53 orang tewas |
Perang Manggopoh berlangsung di Manggopoh, Sumatera Barat dipimpin oleh Siti Manggopoh.[6] Munculnya perlawanan masyarakat di Manggopoh dipengaruhi oleh perlawanan masyarakat di Kamang. Akibat peperangan ini 53 orang tentara kolonial mati terbunuh, sementara korban pada masyarakat sebanyak 7 orang mati dan 7 orang ditangkap termasuk Siti Manggopoh.[6]
Referensi
sunting- ^ St. Dt. M. Machudum, (1952), Riwajat perdjuangan bangsa Indonesia dalam masa 150 tahun, Masa Baru (dahulu A. C. Nix).
- ^ Nafis, A., (2004), Syair Perang Kamang, Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 979-3797-02-9
- ^ Djurip, (1996), Kajian naskah Pemimpin ke syurga dan Syair Perang Kamang yang kejadian dalam tahun 1908, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
- ^ Hatta, M., (2011), Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi, Penerbit Buku Kompas, ISBN 979-709-540-1.
- ^ Imran, Amrin (1991). Mohammad Hatta:Pejuang, Proklamator, Pemimpin, Manusia Biasa. hlm.9. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. OCLC 9072338
- ^ a b Abel Tasman, Nita Indrawati, Sastri Yunizarti Bakry, Mestika Zed, (2003), Siti Manggopoh, Yayasan Citra Budaya Indonesia, ISBN 979-95830-7-1
Daftar Pustaka
sunting- Amran, R., (1988), Pemberontakan pajak 1908, Sumatera Barat. Bag. ke. 1: Perang Kamang, Gita Karya
- Sjafei, S & Hamzah, T., (1964), Kamang 1908, Djakarta: Tintamas.
Pranala luar
sunting