Pertempuran Chiayi
Pertempuran Chiayi (9 Oktober 1895; Hanzi: 嘉義之役 ) adalah peristiwa penting yang terjadi selama invasi Jepang ke Taiwan pada tahun 1895. Pertempuran ini dimenangkan oleh pasukan Jepang.
Pertempuran Chiayi | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Invasi Jepang ke Taiwan 1895 | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kekaisaran Jepang | Pasukan Qing dan milisi Formosa | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Pangeran Kitashirakawa Yoshihisa | Li Weiyi | ||||||
Kekuatan | |||||||
9,000 pasukan | ~ 3,600 orang | ||||||
Korban | |||||||
14 tewas, 54 terluka | 200+ tewas |
Latar belakang
suntingPada 27 Agustus 1895, setelah kekalahan telak pemberontak Formosa dalam pertempuran di Baguashan, Jepang merebut Changhua yang diikuti dengan jeda kampanye invasinya untuk konsolidasi posisi sambil menunggu kedatangan bala bantuan dari Jepang. Satu-satunya aksi militer yang signifikan di Formosa Tengah selama berminggu-minggu setelah pendudukan Changhua adalah rangkaian pertempuran pada awal September 1895 di sekitar Yunlin yang diawali dengan serangan pemberontak Formosa atas garnisun kecil Jepang di Desa Toapona, di sebelah selatan Changhua pada 3 September. Pemberontak berhasil dikalahkan dan dipukul mundur menuju Yunlin. Pasukan pemberontak ini kemudian diserang oleh satu kompi pasukan Jepang yang berada di sekitar dan berhasil mengejar hingga ke batas tembok kota Talibu. Pasukan Jepang kembali tiga hari kemudian dengan melakukan serangan tiba-tiba pada malam 5 September, lalu memanjat tembok kota dan membuka gerbang bagi pasukan Jepang lainnya, kemudian dilanjutkan dengan serangan berondongan senjata. Orang-orang Formosa melarikan diri dalam kebingungan dan pada pagi hari 6 September, Talibu telah diduduki oleh Jepang. Dalam beberapa hari pertempuran, Formosa menderita kerugian 130 orang tewas, sementara Jepang hanya 8 orang tewas dan terluka.[1]
Meskipun orang-orang Formosa tidak dapat menghadapi kekuatan pasukan Jepang di Formosa Tengah, serangan pasukan gerilya Formosa yang terus berlanjut membuat Jepang kekurangan pasokan. Kondisi iklim di pulau tersebut yang kurang menguntungkan bagi pasukan Jepang, juga menelan korban. Wabah malaria parah yang terjadi pada awal tahun, bahkan lebih buruk dari wabah kolera di Pescadores lima bulan sebelumnya, memporak-porandakan pasukan Jepang dan menewaskan lebih dari 2.000 orang.
Pertempuran Chiayi
suntingPasukan Jepang melanjutkan pergerakannya di ibu kota republik Tainan ketika bala bantuan dari Jepang datang pada awal Oktober. Di bawah komando Pangeran Kitashirakawa Yoshihisa, pasukan Divisi Pengawal Kekaisaran, memulai perjalanannya dari Changhua bergerak ke arah selatan pada 3 Oktober. Kemudian pada tanggal 6 Oktober, garda terdepan divisi tersebut mengalahkan kekuatan 3.000 pemberontak di Talibu. Kemudian hari berikutnya, divisi tersebut melakukan aksi melawan kekuatan pemberontak di Yunlin, menghalau mereka dari serangkaian posisi pertahanan. Pada tanggal 9 Oktober divisi tersebut melakukan pertempuran terbesar kedua dalam kampanye invasinya setelah Pertempuran Baguashan, untuk menyerbu kota Chiayi yang dikelilingi benteng, di mana para pemberontak telah memutuskan untuk membuat posisi bertahan.
Menurut laporan, orang-orang Tiongkok dan Formosa termasuk unit reguler dan sukarelawan, berjumlah 10.000 orang. Angka sesungguhnya mungkin berkisar 3.000 orang, tetapi para pemberontak dikuatkan oleh kekuatan 600 Pasukan Bendera Hitam, yang berperang melawan Jepang untuk pertama kalinya selama kampanye, juga mengerahkan meriam dan senapan mesin di benteng kota. Setelah melakukan pengeboman awal dengan artilerinya, pasukan Jepang memanjat dinding benteng dan masuk ke dalam kota. Para pemberontak berhasil dikalahkan dengan meninggalkan lebih dari 200 orang tewas di medan pertempuran. Total korban di Divisi Pengawal Kekaisaran dalam pertempuran yang berlangsung antara 3 – 9 Oktober, berjumlah 14 orang tewas dan 54 terluka. Divisi tersebut diperintahkan untuk bertahan di Chiayi dan menunggu hingga ekspedisi Pangeran Fushimi di bagian utara berhasil mencapai Pa-te-chui sebelum melanjutkan perjalanannya.[2]
Referensi
sunting- ^ Davidson (1903), hlm. 338–344.
- ^ Davidson (1903), hlm. 358–359.
Pustaka
sunting- Davidson, James W. (1903). The Island of Formosa, Past and Present : history, people, resources, and commercial prospects : tea, camphor, sugar, gold, coal, sulphur, economical plants, and other productions (dalam bahasa Inggris). London and New York: Macmillan & co. OL 6931635M.
- McAleavy, Henry (1968). Black Flags in Vietnam : The Story of a Chinese Intervention (dalam bahasa Inggris). London, England: Allen & Unwin. ISBN 978-0049510142.
- Takekoshi, Yosaburō (1907). Japanese rule in Formosa (dalam bahasa Inggris). London, New York, Bombay and Calcutta: Longmans, Green, and Co. OCLC 753129. OL 6986981M.