Peta seismotektonik


Peta seismotektonik adalah suatu peta yang menggambarkan hubungan struktur geologi atau tektonik dengan gempa di suatu daerah yang juga memperlihatkan pengaruh-pengaruh bencana gempa bumi seperti pergeseran tanah, goncangan tanah beserta bencana ikutannya seperti gerakan tanah dan pelulukan, serta bencana tsunami, yang mencerminkan tingkat kerusakan.

Kajian

sunting

Persebaran titik gempa bumi dalam skala waktu tertentu

sunting

Banyak atau sedikitnya titik gempa bumi yang terplotkan dalam peta seismotektonik dapat menunjukkan tingkat kerawanan wilayah tersebut terhadap gempabumi maupun tsunami. Pada umumnya, frekuensi kemunculan gempabumi pada satu rentang waktu tertentu akan terpusat pada sekitar zona trench subduksi, gunungapi, serta daerah sesar tertentu.[butuh rujukan]

Zona celah seismik

sunting

Logika dalam sebuah sistem subduksi menyatakan bahwa persebaran gempa bumi seharusnya merata di sepanjang jalur trench-nya. Akan tetapi, dalam kenyataannya terdapat suatu keadaan pada peta seismotektonik, dimana pada suatu jalur subduksi, terdapat beberapa zona tertentu yang seharusnya memiliki kemenerusan jejak gempa bumi dengan daerah di kiri dan kanannya, namun ternyata hanya sedikit sekali gempa yang terplot di daerah tersebut. Zona tersebut dinamakan zona celah seismik.[butuh rujukan]

Celah seismik pertama kali diperkenalkan oleh Fedotov pada tahun 1965 dan Mogi pada tahun 1969 ketika mereka memetakan kejadian-kejadian gempa di zona subduksi Alaska-Aleutian. Celah seismik adalah istilah yang digunakan untuk kawasan aktif secara tektonik namun jarang terjadi gempa dalam jangka waktu yang lama. Di bagian selatan pulau Sumatra dan Jawa, terdapat zona subduksi antara lempeng Indo-Australia dengan Eurasia. Di sepanjang zona ini adalah zona aktif secara tektonik dan harusnya sering terjadi gempa sepanjang tahunnya, namun apabila ada kawasan-kawasan yang tidak pernah terjadi gempa selama kurun waktu yang lama maka daerah ini harus kita waspadai.[butuh rujukan]

Kawasan-kawasan yang jarang terjadi gempa bumi sehingga terbentuk celah seismik, dapat diketahui dengan memetakan titik episentrum gempa dari 30-100 tahun yang lalu.[butuh rujukan]

Zona aseismik

sunting

Selain potensi gempa bumi, zona subduksi erat kaitannya pula dengan keberadaan getaran tremor. Getaran tremor berupa getaran yang terus menerus, tidak dijumpai dimana awal dari getarannya secara jelas. Tremor akibat tektonik yang sering disebut juga aseismik (tidak menyebabkan gelombang seismik atau gempa) sering diikuti oleh pergeseran patahan secara lambat, slow slip. Adapun zona aseismics merupakan zona yang mengalami akumulasi stress secara terus menerus oleh gaya tektonik di sekitarnya, akan tetapi pelepasannya tidak dalam bentuk gempabumi. Hal tersebut dapat disebabkan karena litologi lokal yang sifat elastisitasnya tinggi.[1]

Manifestasi dari zona aseismik pada umumnya adalah terbentuknya lipatan, maupun terdorongnya magma ke permukaan bumi yang tentunya berhubungan dengan aktivitas vulkanisme.[butuh rujukan]

Referensi

sunting
  • Lubis, Subaktian. 2009. Bentuk Geomorfologi Dasar Laut pada Tepian Lempeng Aktif di Lepas Pantai Barat Sumatera dan Selatan Jawa, Indonesia. Bandung: Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Departemen ESDM.
  • Romano, Fabrizio. 2009. The Rupture Process of Recent Tsunamigenic Earthquakes by Geophysical Data Inversion. Thesis PhD of Università Degli Studi Di Bologna.
  1. ^ Nandi Haerudin, N. H.; ALAMI, FIKRI; Rustadi, Rustadi (2019-10). "Mikroseismik, Mikrotremor dan Microearthquake Dalam Ilmu Kebumian". www.pusakamedia.com. Diakses tanggal 2023-05-20.