Petrus Gratian Grimm
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (November 2020) |
Mgr. Petrus Gratian Grimm, O.F.M. Cap., adalah seorang misionaris Katolik Jerman di Keuskupan Tianshui (Propinsi Gansu), China (1933-1952), yang pada bulan 25 Juli 1949 ditahbiskan menjadi uskup Tianshui sebelum diusir oleh pemerintah komunis China. Setelah tiga tahun di Jerman dia berangkat lagi ke daerah misi, kali ini ke Nias dan Sibolga, Indonesia (1955-1968). Ketika misi Sibolga/Nias ditingkatkan menjadi sebuah Prefektur Apostolik pada tanggal 17 November 1959 Mgr. Grimm pun diangkat menjadi Prefek Apostolik Sibolga dan menunaikan tugas ini sampai ia resmi mengundurkan diri karena alasan kesehatan pada tahun 1971.
Riwayat hidup
suntingPetrus Joseph (mana kecil uskup Gratian Grimm) yang lahir di Jügesheim, Hessen, Jerman, pada tanggal 28 Juli 1901, memiliki kisah panggilan unik. Pada usia 20 tahun ketika ia masih seorang karyawan pabrik kulit di kampung halamannya, dia bertemu dengan para kapusin. Pertemuan ini membangkitkan keinginan dalam hatinya untuk menjadi kapusin dan imam. Maka ia pun masuk Ordo Kapusin pada tanggal 16 September 1924 dan mengucapkan kaul perdananya pada tanggal 17 September 1925. Tiga tahun kemudian, pada tanggal 17 September 1928, dia mengucapkan kaul kekal dan ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 10 Juli 1930.
Setelah menjadi imam ia lalu berkeinginan menjadi misionaris ke China. Maka pada tahun 1933 dia pun berangkat ke Gansu, China, yang kala itu masuk daerah Keuskupan Tianshui. Setelah uskup Tianshui, Salvatore Walleser, meninggal dunia, Gratian Grimm ditunjuk oleh Paus Pius XII menjadi pengganti pada tahun 1949. Pada tahun yang sama pula Tentara Merah komunis masuk Tianshui dan pemerintah China menutup sekolah katolik di situ dan menghalangi para misionaris berkarya sampai akhirnya mengusir mereka pada tahun 1952.
Melalui Hongkong, Uskup Grimm berangkat pulang ke Jerman dan tinggal di Frankfurt di mana dia membantu para uskup di Mainz dan Limburg. Setelah tiga tahun di sana ia ingin pergi ke daerah misi lagi. Maka pada tahun 1955 ia berangkat ke Indonesia dan membangun kembali misi Gereja Katolik di Pulau Nias. Namun karena keterisolasian Nias dari Sumatra kala itu, Uskup Grimm dan para misionaris lainnya memutuskan Sibolga menjadi kedudukan misi.
Dalam laporannya di empat sesi Konsili Vatikan II yang dia ikuti, Mgr. Gratian Grimm memberitakan betapa gereja pribumi bertumbuh menggembirakan dan karena itu pula pada tahun 1959 daerah misi Sibolga dan Nias dipisahkan dari Vikariat Apostolik Medan dan diangkat menjadi satu Prefektur Apostolik, di mana Mgr. Grimm diangkat menjadi Prefek Apostolik.
Dia berkarya selama 13 tahun di Sibolga/Nias sampai kesehatannya tidak memungkinkan lagi untuk tinggal lebih lama di daerah tropis. Maka pada tahun 1968 ia kembali ke Jerman dan tinggal di Lindenfels. Dia menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 24 November 1972 di sana, tetapi dimakamkan di kota kelahirannya Jügesheim, yang sebelumnya telah menjadikannya sebagai warga kehormatan dan menawarinya makam khusus untuk peristirahatan terakhir. Namanya bahkan diabadikan juga menjadi nama sebuah jalan Gratian-Grimm-Straße.
Tulisan
sunting- Erste Missionarskonferenz in Gunung Sitoli, Familien-Nachrichten 42 (1960) 80-88.
- Mitteilungen für die Präfektur Sibolga, Familien-Nachrichten 47 (1965) 111-117
- Firmungsreise längs des Äquators, Familien-Nachrichten 49 (1967) 79-95.
Bibliografi
sunting- Nias, ein neues Missionsfeld der Kapuziner. Bericht über die Vorgeschichte und den Beginn der neuen Mission der Rheinisch-Westfälischen Kapuzinerprovinz in Indonesien, Münster 1955.
- Zwischen Heimat und Mission, Familien-Nachrichten 47 (1965) 84-92.
- Heinrich Demming, Missionsbischof Petrus Gratian Grimm OFMCap, in memoriam, Familien-Nachrichten 55 (1973) 12-21
- Martin Booz, Bischof Gratian Grimm, dalam buku Werft die Netze aus, Münster 1979, 13-19
- Lexicon Cappucinorum, 703.
Referensi
sunting- R. Streit, J. Dindinger, Bibliotheca Missionum, Vol. XIV/2, Freiburg 1960, 10.