Piktogram DOT adalah 50 unit piktogram yang digunakan untuk menyampaikan informasi berguna bagi pengguna jasa transportasi dan wisatawan. Ikonografi ini digunakan di bandara, stasiun kereta api, hotel, dan tempat umum lainnya untuk wisatawan mancanegara, dan diupayakan lebih mudah dikenali daripada rangkaian teks. Termasuk juga ikonografi untuk toilet dan telepon. Karena sangat diterima secara universal, publik menjulukinya "Helvetica-nya piktogram", dan karakter yang digambarkan di dalamnya dijuluki Helvetica Man.[1][2]

Piktogram DOT yang mewakili eskalator naik, penitipan anak, dan simpangan moda transportasi darat

Sebagai karya pemerintah Amerika Serikat, gambar-gambar tersebut dilepas ke domain publik, bebas digunakan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun, tanpa mengurus lisensi.

Sejarah

sunting

Pada 1970-an, Departemen Perhubungan Amerika Serikat (DOT) menemui banyak sekali kekurangan piktogram secara ad hoc di fasilitas transportasi di seluruh Amerika Serikat dan menugaskan Institut Seni Grafis Amerika Serikat untuk menghasilkan seperangkat piktogram yang lengkap.[2] Bekerja sama dengan Roger Cook dan Don Shanosky dari Cook dan Shanosky Associates, para desainer melakukan survei menyeluruh terhadap ikonografi yang pernah digunakan di seluruh dunia, yang diambil dari berbagai sumber seperti Bandara Internasional Tokyo dan Olimpiade 1972 di München. Para desainer menilai piktogram menurut kriteria: keterbacaan; pengenalan secara internasional; dan tahan terhadap vandalisme. Setelah menentukan fitur mana yang cocok, para desainer menggambar serangkaian piktogram untuk mewakili 34 makna yang diajukan oleh DOT.[2] Hasil penelitian sekaligus pedoman penggunaannya disajikan dalam sebuah laporan berjudul Symbol Signs – The development of Passenger/Pedestrian Oriented Symbols for Use in Transportation-Related Facilities pada November 1974.[2]

Pada 1979, ditambah lagi sebanyak 16 simbol, sehingga totalnya menjadi 50.[3]

Pengembangan simbol

sunting

Pengerjaan awal

sunting

Simbol-simbol tersebut dikumpulkan dari banyak sumber, termasuk stasiun kereta api, Olimpiade, bandara, dan lembaga pemerintahan dalam sebuah katalog simbol yang digunakan untuk pengujian lanjut. Tujuan utamanya adalah untuk menghindari memulai dari awal jika memungkinkan, sekaligus menciptakan desain simbol yang lebih baik daripada sistem yang sudah ada.[2]

Evaluasi

sunting

Selanjutnya, dilakukan identifikasi simbol-simbol yang akan dikembangkan untuk proyek tersebut, yang disebut sebagai 'bidang pesan'. Kantor Fasilitasi Departemen Perhubungan dan Komite AIGA merancang daftar awal berisi 34 pesan. Pesan-pesan ini dibagi ke dalam empat kategori besar: 'Pelayanan Publik': pelayanan fasilitas dan moda transportasi (telepon, toilet, PPPK); 'Konsesi': kegiatan komersial (sewa mobil, kedai kopi, pertokoan); 'Aktivitas Pemrosesan': proses yang berkaitan dengan penumpang (loket, bea cukai); 'Ketertiban': larangan dan amar (dilarang merokok, dilarang masuk).[2]

Simbol-simbol yang sudah didapat dari 24 sumber dipecah menjadi 'kelompok konsep', yakni pengelompokan simbol-simbol sederhana yang menggunakan desain umum serupa untuk menyampaikan pesan. Misalnya, simbol 'Telepon' dibagi menjadi 4 kelompok konsep: 'Gagang telepon', 'Tombol putar telepon', 'Tampilan muka telepon tombol putar', serta 'Gagang dan tombol putar'.[2]

Penilaian

sunting

Simbol dinilai berdasarkan tiga karakteristik: semants, sintaktis, pragmatis.

 

Dimensi semantis mengacu pada hubungan antara gambar visual dengan makna.

Seberapa baik simbol ini mewakili pesan? Apakah orang gagal memahami pesan yang dilambangkan oleh simbol tersebut? Apakah orang dari berbagai budaya keliru memahami simbol ini? Apakah orang dari berbagai usia gagal memahami simbol ini? Apakah sulit untuk mempelajari simbol ini? Apakah simbol ini sudah diterima secara luas? Apakah simbol ini mengandung elemen yang tidak terkait dengan pesan?

Dimensi sintaktis mengacu pada hubungan antara satu gambar visual dengan gambar visual lainnya.
Bagaimana tampilan simbol ini? Seberapa baik bagian-bagian simbol ini saling berhubungan? Seberapa baik simbol ini berhubungan dengan simbol lainnya? Apakah konstruksi simbol ini konsisten dalam penggunaan figur/latar, garis tepi, tumpang tindih, transparansi, orientasi, format, skala, warna, dan tekstur? Apakah simbol ini menggunakan hierarki pengenalan? Apakah elemen yang paling penting dikenali terlebih dahulu? Apakah simbol ini benar-benar bertentangan dengan standar atau konvensi yang ada? Apakah simbol ini, beserta elemen-elemennya, mampu diaplikasikan secara sistematis untuk berbagai konsep yang saling terkait?

Dimensi pragmatis mengacu pada hubungan antara citra visual dengan pengguna.
Dapatkah seseorang melihat tanda tersebut? Apakah simbol ini sangat terpengaruh oleh kondisi pencahayaan yang buruk, sudut pandang miring, dan 'gangguan' visual lainnya? Apakah simbol ini bisa terlihat pada rentang jarak pandang jauh? Apakah simbol ini rentan terhadap vandalisme? Apakah simbol ini sulit digandakan?

Dapatkah simbol ini diperbesar dan diperkecil?

— Symbol Signs (1974)[2]

Ketiga kategori ini dinilai oleh setiap anggota komite pada skala 1 (lemah) hingga 5 (kuat). Selain penilaian individu untuk setiap simbol, 'kelompok konsep' diberi penilaian keseluruhan berdasarkan seberapa bagus konsep tersebut memenuhi tiga kategori.[2]

Rekomendasi

sunting

Komite kemudian memberikan rekomendasi dan pengamatan berdasarkan penilaian dan pembahasan atas simbol yang ditinjau. Untuk simbol 'Telepon', ikon gagang telepon umum digunakan namun bentuknya aneh dan sering kali disalahartikan, dengan misalnya kunci inggris; sementara simbol dengan tombol putar mudah dipahami namun sudah usang karena meningkatnya penggunaan telepon tombol tekan.[2]

Dengan melihat rekomendasi tersebut, diputuskan sebuah tindakan akhir yang harus diambil. Untuk "Telepon", diputuskan untuk "memodifikasi konsep Grup 1; serta mencoba dengan gambar tampak muka dari telepon modern."[c][2]

Pelaksanaan

sunting

Symbol Signs menyediakan beberapa pedoman umum tentang penerapan simbol suatu fasilitas. Pedoman tersebut memberikan petunjuk bagi tim desain, alih-alih persyaratan ketat terkait jenis huruf, ukuran, warna, pencahayaan, dsb., yang harus dipatuhi. Keputusan ini dimaksudkan untuk mencapai keseimbangan dalam menciptakan sistem yang sempurna dan mempertahankan simbol-simbol terintegrasi sesuai dengan lingkungan tempat simbol-simbol tersebut digunakan.[2]

 

...pedoman berikut ini dikembangkan untuk mencapai tujuan berikut:

Untuk memastikan keterbacaan.
Untuk membantu proses belajar 'membaca' simbol.

Untuk memberikan fleksibilitas yang memadai guna memungkinkan tanggapan yang tepat terhadap persoalan desain tertentu.

— Symbol Signs (1974)[2]

Tidak ada rekomendasi rupa huruf, untuk memberikan fleksibilitas bagi kebutuhan arsitektur dan budaya dalam fasilitas tersebut. Sebaliknya, penekanannya hanya pada uji keterbacaan dan kesesuaian untuk jenis huruf tertentu di lingkungan tertentu. Pada contoh yang diberikan pada Symbol Signs dan saat mendesain simbol, desainer akan menggunakan rupa huruf Helvetica Medium dengan huruf kapital di setiap awal kata.[d] Hal ini terutama berlaku pada desain tanda panah arah. Ukuran huruf harus diputuskan berdasarkan situasi, menggunakan pengujian, tetapi aturan umum adalah setinggi 1 inci (25 mm) pada jarak pandang 50 kaki (15 m).

Edisi Symbol Signs tahun 1974 cukup ketat: Simbol harus ditempatkan pada 'bidang simbol'[e], yakni bentuk persegi dengan sudut membulat. Gambar ikon harus berwarna hitam pada bidang simbol putih, dan tidak boleh sebaliknya, simbol putih pada bidang hitam.

Simbol-simbol tersebut harus bisa dibaca pada jarak hingga 30 kaki (9,1 m) dengan simbol seukuran 3 inci (76 mm) hingga 155 kaki (47 m) dengan simbol seukuran 12 inci (300 mm). Tinggi pemasangan rambu juga diperhatikan, karena rambu yang dipasang sedemikian rupa sehingga berada di luar 10 derajat pandangan mata[f] tidak akan lagi berada dalam garis pandang normal, dan memaksa orang mendongak agar dapat membaca rambu tersebut.

Simbol

sunting

Set asli (1974)

sunting

Aslinya berupa 34 simbol, yang banyak ditujukan untuk fasilitas transportasi. Warna merah untuk Pertolongan Pertama, Dilarang Merokok, Dilarang Parkir dan Dilarang Masuk menggunakan "Ostwald No. 6 1/2 pa".[g]

Penambahan tahun 1979

sunting

Pada tahun 1979, Departemen Perhubungan mengajukan 16 simbol baru, untuk mengisi kekurangan pada ikonografi. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan, Dilarang Merokok, Dilarang Parkir, Dilarang Membawa Anjing, dan Dilarang Masuk menggunakan Pantone Red 032 C dan Pintu Keluar menggunakan Pantone Green 340 C.

2000-an

sunting

Terdapat perubahan tak resmi yang muncul setelah Palang Merah Amerika Serikat untuk mencegah penggunaan simbol 'palang merah' sebagai simbol umum pertolongan pertama pada kecelakaan dan pelayanan medis. Misalnya, pada tahun 1999 Palang Merah memberitahukan kepada Ultimate Symbol bahwa publikasi mereka tahun 1996, Official Signs & Icons, yang menampilkan berbagai koleksi simbol AIGA, melanggar Konvensi Jenewa dan undang-undang merek dagang Amerika Serikat, dan meminta agar publikasi tersebut ditiadakan dari edisi mendatang. Pada tahun 2005, edisi kedua dari Official Signs & Icons, palang merah diganti dengan palang hijau dari ANSI Z535.1–2002.[4] Penggunaan palang hijau atau putih pada latar belakang hijau merupakan penggantian yang umum, karena kesamaan visual dan penggunaan yang luas, sedangkan palang putih pada latar belakang hijau digunakan dalam ISO 7010 untuk mewakili pertolongan pertama.

Lihat pula

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Sweden, Claes Tottie. Designed for Kooperative Fobundet, Sektor D.[2]
  2. ^ Paul Arthur & Associates. Kumpulan simbol untuk membuat rambu-rambu.[2]
  3. ^ Grup 1 adalah "gagang telepon."
  4. ^ Huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf kapital. (Contoh: Klaim Bagasi, Dilarang Merokok)
  5. ^ Kecuali rambu Dilarang Merokok, Dilarang Parkir, dan Dilarang Masuk, dapat digunakan tanpa bidang simbol.
  6. ^ Di sinilah sudut pandangan mata secara alami akan berujung jika mereka berdiri dan melihat lurus ke depan.
  7. ^ Sistem warna Ostwald adalah sistem lama yang sudah tidak digunakan lagi sejak tahun 1970-an. Mengubah informasi ini menjadi sistem warna modern sulit dilakukan, sehingga Pantone Red 032 C, yang ditentukan dalam Symbol Signs yang direvisi tahun 1982 adalah gantinya.[5]
  8. ^ AIGA belum secara resmi menetapkan perubahan resmi pada simbol atau warnanya. Simbol ini menggunakan Pantone 340 C, yang merupakan warna hijau yang ditetapkan untuk simbol Pintu Keluar pada penambahan simbol tahun 1979.

Referensi

sunting

  Artikel ini memuat karya domain publik dari Departemen Perhubungan Amerika Serikat: Symbol Signs: The Development of Passenger/Pedestrian Oriented Symbols for Use in Transportation-Related Facilities

  1. ^ Ellen Lupton and J. Abbott Miller. Design Writing Research: Writing About Graphic Design. New York: Kiosk, 1996.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o American Institute of Graphic Arts (November 1974). "Symbol Signs. The Development of Passenger/Pedestrian Oriented Symbols for Use in Transportation-Related Facilities". National Technical Reports Library (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 12 July 2020.  A PDF copy of this report is for download.
  3. ^ American Institute of Graphic Arts (December 1982). Symbol signs : The system of passenger/pedestrian oriented symbols developed for the U.S. Department of Transportation (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-2nd). Hastings House. ISBN 0-8038-6777-8. 
  4. ^ Hora, Miles (2005). Official signs & icons 2 by Ultimate Symbol (edisi ke-2nd). Ultimate Symbol. hlm. 71. ISBN 0-9769513-0-4. 
  5. ^ American Institute of Graphic Arts (December 1982). Symbol signs : The system of passenger/pedestrian oriented symbols developed for the U.S. Department of Transportation (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-2nd). Hastings House. hlm. 193. ISBN 0-8038-6777-8. Standardized red and Green paint chips for certain symbol signs are included..." "If an offset printing ink is being used...the closest colors in the Pantone Matching System are 032 (red) and 340 (green). 

Pranala luar

sunting