Pinang Belarik, Ujan Mas, Muara Enim
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Pinang Belarik adalah desa di kecamatan Ujan Mas, Muara Enim, Sumatera Selatan, Indonesia.
Pinang Belarik | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sumatera Selatan | ||||
Kabupaten | Muara Enim | ||||
Kecamatan | Ujan Mas | ||||
Kode pos | 31351 | ||||
Kode Kemendagri | 16.03.11.2001 | ||||
Luas | ... km² | ||||
Jumlah penduduk | ... jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Wilayah
suntingDesa ini memiliki 5 Dusun utama yakni
1. Dusun 1 Kindau Jaya
2. Dusun 2 Singalayang
3. Dusun 3 Karang Agung
4. Dusun 4 Lubuk Bata
5. Pengawi
Desa Pinang Belarik berbatasan dengan desa muara gula lama, ujanmas lama, ujanmas baru didusun pengawi
Asal usul Desa Pinang Belarik
suntingAsal usul Desa Pinang Belarik dibagi menjadi dua teori :
1. Desa Pinang Belarik berasal dari Zaman Perjuangan Kemerdekaan
2. Desa Pinang Belarik yg berasal dari keturunan Raden Singalayang
Kedua teori itu berasal dari akar kata yang sama yaitu "pinang belarik" yang dalam bahasa Melayu lama berarti "menang berlari"
Teori pertama dan kedua diriwayatkan secara lisan namun dalam pendokumentasiannya hanya teori kedua yg terdokumentasi secara tertulis melalui tulisan bahmirudin pada tanggal 18 Juni tahun 1978 dalam bukunya "asal usul desa pinang belarik" sedangkan untuk teori pertama hanya dari riwayat tutur/ lisan saja.
Teori pertama berpendapat secara harfiah Desa Pinang Belarik itu berasal dari kata Pinang yg berarti menang dan Belarik yg berarti berlari
kalau digabungkan kedua kata menjadi "menang berlari" disebut demikian karena Desa ini adalah tempat para pejuang kemerdekaan republik Indonesia sering melakukan operasi penyerangan taktik gerilya atau taktik menyerang secara mendadak kemudian berlari kedalam wilayah hutan, dimana kebanyakan sasaran penyerangan adalah gerbong rel belanda tempat pengangkutan garnisium dan logistik , wilayah ini berada didusun lubuk bata, sebutan "menang lari atau pinang belarek" adalah istilah yg jauh lebih populer saat itu dibandingkan dengan sebutan taktik gerilya. nah nama taktik itu lah yang kemudian dinisbahkan sebagai asal usul dari nama Desa Pinang Belarik cerita ini didasarkan pada adanya monumen perjuangan di Desa Pinang Belarik tepatnya disusun 4 Lubuk Bata.
Sementara teori kedua datang dari Catatan seorang Putra Desa terpelajar yaitu Bahmirudin pada tahun 1978 dalam bukunya yang berjudul "asal usul Desa Pinang Belarik" didalam buku itu disebutkan bahwa nama Desa Pinang Belarik juga berasal dari kata Pinang yang berarti menang dan Belarik yang berarti berlari/lari , namun walaupun kedua kata memiliki arti yg sama yakni menang berlari tetapi ada perbedaan konteks baik secara historis maupun makna. jika menurut teori pertama menang berlari merujuk kepada taktik perang sedangkan teori kedua lebih menekankan pada aspek migrasi (berpindah tempat) seperti /semisal halnya hijrah yang dilakukan nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah , masyarakat Pinang Belarik melakikan Hijrah dari Sengkuang kemudian menyusuri Sungai Lematang Hingga Kemudian Menetap di Pinang Belarik
Menurut teori kedua oleh Bahmirudin 1978 Desa Pinang Belarik berasal dari ketika keturunan Raden rato singalayang (keturunan abdi kesultanan Demak ) melakukan migrasi ke hilir sungai lematang
Desa ini berasal dari dua keturunan yakni °
1. Keturunan dari Raden Rato/dato
raden dato Ia mendapat gelar dari junjungannya yaitu Singalayang karena Raden Dato pandai terbang ( kiasan) dan secara harfiah singalayang berarti singa yang terbang hal ini dapat menggambarkan sosok yang gagah berani juga lincah dan cekatan , Raden Rato berasal dari Kerajaan Demak (pulau Jawa) dan setelah keruntuhannya ia menetap disengkuang
2. Berasal dari Puyang Riye Jerni anak dari "Mangku Gile" yang menetap diKarang Agung atau Karang Raja.
Singkat kata ketika Puyang mangku gile meninggal di Sengkuang maka Raden dato tinggal bersama Ayuk angkatnya Dayang Muni dan kemudian dia menikah dengan anak Puyang Naikak yang tinggal di daerah ladang terpencil
Dari hasil perkawinan Raden Rato Singalayang dengan anak Puyang naikal lahirlah Raden Singalayang, setelah berlalunya waktu ia jatuh sakit meninggal dan dimakamkan di Sengkuang
catatan : raden rato/dato singalayang adalah ayahnya raden singalayang
singalayang awalnya adalah sebuah julukan atau gelar dari penguasa feodal/kerajaan jaman tersebut, kemudian nama julukan tersebut
dijadikan nama orang.
raden rato/dato singalayang adalah adik angkatnya dayang muni putri penguasa karang agung
kemudian yang memerintah di Desa Sengkuang adalah Depati Abdullah yg berasal dari keturunan raja gedung agung , sayangnya ia tidak menyukai keturunan Raden singalayang yang dianggap sebagai keturunan orang asing karena berasal dari pulau Jawa (maksudnya karena Raden rato/dato ayah Raden singalayang berasal dari keturunan kerajaan Demak) walaupun dari pihak ibu yaitu anak puyang naikak sebenarnya adalah keturunan puyang sengkuang, lahat.
Keturunan dari Raden singalayang mengalami Didiskriminasi, untuk memperoleh hidup yang lebih baik dan meredakan ketegangan konflik maka seluruh anak cucu Raden Singalayang memantapkan keputusan untuk melakukan hijrah /berpindah mencari tempat tinggal yang baru, pada malam hari dimulailah perjalanan mereka menyusuri Sungai Lematang menuju ke Hilir , sudah berminggu Minggu berjalan mereka kelelahan berhenti di perkebunan kapas sebelah hulu Ujanmas.
peristirahatan mereka ini diketahui oleh Puyang Ujanmas dan setelah mendengar kisah anak cucu Raden singalayang merekapun diizinkan menetap oleh keluarga baru dari Puyang ujanmas dengan syarat mereka harus mengikuti peraturan yg Puyang ujanmas ini ,( pada masa itu pinang belarik, , ujanmas, guci, dsb masih dalam satu wilayah dalam "kepesirahan ujanmas")
Setelah beberapa lama anak cucu Raden Singalayang berkembang pesat dan kehidupan merekapun menjadi jauh lebih baik. Pada suatu hari ketika anak cucu Raden singalayang sedang mandi disungai Lematang, tiba2 terlihat batu nisan-nisan yang hanyut terapung apung dekat pemandian mereka mandi, sementara dibiarkan saja oleh masyarakat namun lama kelamaan nisan-nisan ini tidak kunjung hanyut dan berputar putar saja ditempat mereka mandi, lalu nisan-nisan tersebut diambil dan dilakukan pembacaan doa serta ramalan2 (ramalan disini bukan prediksi masa depan tetapi penyampaian doa2 serta amalan2 yg dimohonkan kemakbulan dan kemanfaatannya atas suatu peristiwa)
Dari peramalan yg dilakukan oleh masyarakat yg konon waktu itu peramalan dipimpin oleh salah seorang ulama seikh yang pernah belajar di Mekkah yg menetap di Desa Pinang Belarik untuk berdakwah.
Dari hasil Ramalan diketahui jika nisan yang mengapung dan berputar-putar itu adalah nisan dari Raden Rato singalayang dan Raden Singalayang yang hanyut dari Sengkuang yg ingin mengikuti anak cucunya pindah (hijrah) meninggalkan Penguasa Sengkuang yang tiran dan kejam, kemudian nisan2 itu dimakamkan diseberang Desa Pinang Belarik, daerah tempat pemakaman itu yang sekarang dinamakan "keramat"
Kemudian karena telah lama tinggal di daerah itu namun wilayah ini belum dinamai juga maka pada mulanya disebutlah dengan nama Karang Agung namun karena penduduknya lebih banyak dari keturunan Raden singalayang atas kesepakatan bersama, mereka mengganti nama tadi yakni karang agung menjadi "pinang belarik" yang artinya menang berlari karena dengan mereka melakukan migrasi/hijrah akhirnya mereka mendapatkan kemenangan yaitu mendapatkan kesempatan dan kehidupan yang lebih baik. bahkan leluhur mereka dipercayai mengikuti dan merestui kepergian mereka (menurut ramalan) dan inilah kemenangan yang sesungguhnya menurut masyarakat pinang belarik. pinang belarik pun akhirnya menjadi tempat tinggal dari berbagai suku yang hidup harmonis dan penuh toleransi
Demografi
suntingKependudukan
suntingDesa Pinang Belarik pada 2019 memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.045 jiwa dengan luas wilayah 69 km2
Desa Pinang Belarik Berbatasan dengan desa Muara Gula lama, Ujanmas Lama, Ujanmas Batu, PTPN VII
Etnis
suntingetnis dan suku yang mendiami desa ini adalah etnis Melayu, jawa dan campuran (karena secara Historis Raden Singalayang ayahnya berasal dari demak, jawa dan ibunya berasal dari sengkuang, lahat) dan sebagian kecil bugis
Agama
suntinghampir 100% masyarakat menganut agama islam dengan basis Nu,Muhammadiah,LDII dan lainnya
Bahasa
suntingBahasa dominan yang digunakan adalah bahasa melayu merinem-lahat, ciri utamanya adalah kata yang berakhiran huruf vokal A diganti dengan huruf E contohnya kata Apa menjadi Ape, kata kemana menjadi Kemane, Keluarga menjadi Keluarge
Bahasa jawa juga digunakan oleh penduduk setempat terutama di dusun Pengawi
Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam keadaan formal saja
geografi
suntingwilayah Desa Pinang Belarik sumuanya berupa dataran rendah dengan ketinggian 60-100 Dpl
Kuliner
suntingbanyak kuliner yang dapat dijumpai dari desa pinang belarik seperti
pindang dehian, pais dehian, jehok, kasam, lepat pisang, asinan belimbing, apam , sop ijat balam, tempoyak, dodol sumatra, dodol dehian, lemang, putu
Buah-buahan
suntingjika sudah masuk musim duku-durian maka pinang belarik adalah sentranya buah duku dan durian yang berasal dari kabupaten muara enim . Hampir setiap keluarga didesa ini memiliki kebun duku dan durian jadi tidak heran jika sudah masuk musimnya lapak penjual buah-buahan berbaris disepanjang jalan melake desa pinang belarik, buah buahan dari desa ini selain untuk memenuhi kebutuhan lokal juga setiap tahunnya dijual ke luar wilayah seperti jakarta, depok, bogor, bandung
sudah menjadi sebuah kebiasaan masyarakat sekitar untuk menanam pohon buah hal in dapat dijumpai dalam nasihat yang umum digunakan oleh masyarakat "betanam duku na betanam dehian ni buka perenti kite (lah tue ni) tapi peranri anak cucongku kele mangke keruan die na nikok, lulok aku makan duku dehian hasel tanama nineng puyangku" artinya "menanam pohon duku dan durian itu bukan supaya kita (yg sudah tua) bisa menikmati hasil buahnya tetapi agar anak cucu nanti mengetahui leluhurnya sebagaimana buah yang aku makan saat ini berasal dari tanaman kakek/nenek buyutku (leluhurnya)
selain buah duku dan durian , desa ini juga senta buah manggis, sawo, dan pisang.