Pola di alam adalah keteraturan bentuk yang terlihat di dunia yang alami. Pola ini berulang dalam konteks yang berbeda dan kadang-kadang dapat dimodelkan secara matematis. Pola alami meliputi simetri, pohon, spiral, berkelok-kelok, gelombang, busa, teselasi,celah dan garis-garis.[1] Para filsuf Yunani awal seperti Plato, Pythagoras dan Empedokles telah mempelajari pola dan berusaha untuk menjelaskan ketertiban yang ada di alam ini. Pemahaman modern tentang pola yang terlihat berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu.

Pola alami terbentuk saat angin menghembuskan pasir di bukit Gurun Namib. bukit berbentuk bulan sabit dan riak pada permukaannya terulang kembali apabila kondisinya cocok.
Pola bunglon terselubung, Chamaeleo calyptratus, sebagai kamuflase sekaligus sebagai isyarat suasana hati dan untuk berkembang biak.

Pada abad ke-19, fisikawan Belgia Joseph Plateau menguji film sabun yang menuntunnya merumuskan konsep permukaan minimal. Ahli biologi dan seniman Jerman Ernst Haeckel melukis ratusan organisme laut untuk menunjukkan soal simetri mereka. Ahli biologi Skotlandia D'Arcy Thompson memelopori studi pola pertumbuhan pada tumbuhan dan hewan yang menunjukkan bahwa persamaan sederhana dapat menjelaskan pertumbuhan spiral. Pada abad ke-20, ahli matematika Inggris Alan Turing meramalkan mekanisme morfogenesis yang menimbulkan pola bintik-bintik dan garis-garis. Ahli biologi Hungaria Aristid Lindenmayer dan ahli matematika Amerika-Prancis Benoît Mandelbrot menunjukkan bagaimana matematika fraktal dapat menciptakan pola pertumbuhan tanaman.

Matematika, fisika dan kimia dapat menjelaskan pola di alam pada level yang berbeda. Pola dalam makhluk hidup dijelaskan oleh proses biologi dari seleksi alam dan seleksi seksual. Studi formasi pola memanfaatkan model komputer untuk mensimulasikan berbagai pola.

Referensi

sunting

Kutipan

  1. ^ Stevens 1974, hlm. 3.

Daftar pustaka

sunting