Polikristalin adalah salah satu jenis sel surya yang berbentuk persegi yang terbuat dari beberapa kristal silikon berbentuk batang yang disatukan melalui proses peleburan. Bahan pembuatan dari polikristalin tidak menggunakan silikon murni. Kemurnian silikon pada polikristalin lebih rendah dibandingkan dengan monokristalin. Bentuk sel surya yang dihasilkannya tidak identik satu sama lain sehingga efisiensi energi yang dihasilkannya hanya sekitar 13–16%. Tampilan fisiknya terlihat seperti memilik pecahan kaca. Kelebihan dari polikristalin adalah tidak menyisakan ruang kosong pada panel surya karena bentuknya yang persegi. Selain itu, proses pembuatannya lebih mudah dibandingkan monokristalin sehingga harganya lebih murah. Polikristalin merupakan jenis sel surya yang paling umum digunakan di dunia. Panel surya yang paling awal dibuat dari susunan polikristalin mulai diperkenalkan di pasar mancanegara pada tahun 1981 dengan nama dagang silikon polikristalin, polisilikon atau multikristal silikon. Pembuatan panel surya dari susunan polikristalin tidak memerlukan proses Czochralski. Bahan mentah berupa silikon hanya melalui proses pencairan dan kemudian dituangkan ke dalam cetakan persegi hingga dingin untuk kemudian dipotong seperti wafer.[1]

Kinerja sunting

Polikristalin menghasilkan kinerja yang tahan lama sebagai sel surya. Daya listrik yang dihasilkannya memiliki nilai yang stabil di setiap waktu.[2]

Referensi sunting

  1. ^ Safitri, dkk. (2019). Putri, Kiki Yolanda, ed. Buku Teknologi Photovoltaic (PDF). Banda Aceh: Yayasan Puga Aceh Riset. hlm. 15. ISBN 978-623-91323-0-9. 
  2. ^ Iskandar, C. S., dan Latief, N. (2018). Sistem Listrik Tenaga Surya Disain, dan Operasi Instalasi: Ikhtisar untuk Membangun Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Sleman: Deepublish. hlm. 9. ISBN 978-602-475-497-6.