Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan

kelurahan di Kota Jakarta Selatan, Jakarta

6°18′23″S 106°47′55″E / 6.306311°S 106.798577°E / -6.306311; 106.798577

Pondok Labu

Patung "Tugu Tokoh Betawi" yang terletak di Jalan Haji Ipin, Pondok Labu.
Negara Indonesia
ProvinsiDKI Jakarta
Kota AdministrasiJakarta Selatan
KecamatanCilandak
Kodepos
12450
Kode Kemendagri31.74.06.1003 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3171030002 Edit nilai pada Wikidata
Luas3,91 km²[1]
Jumlah penduduk45,407 jiwa (2018)[1]
Kepadatan11,613 jiwa/km² (2018)[1]
Jumlah RT98[1]
Jumlah RW10[1]
Jumlah KK15,684 [1]
Peta
PetaKoordinat: 6°18′31.32″S 106°47′53.16″E / 6.3087000°S 106.7981000°E / -6.3087000; 106.7981000

Pondok Labu adalah salah satu kelurahan di Cilandak, Jakarta Selatan. Kelurahan ini memiliki kode pos 12450 dengan kode wilayah 31.71.030.002. Pada tahun 2018, kelurahan ini memiliki penduduk sebesar 45.407 jiwa dan luas 39,1 km².[1]

Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Cilandak Barat di sebelah utara, Kelurahan Lebak Bulus di sebelah barat, Kelurahan Cilandak Timur di sebelah timur, dan Kota Depok di sebelah selatan.

Etimologi

sunting

Nama Pondok Labu atau dalam penggunaaan kata lain disebut Pondoklaboe berasal dari kata majemuk, yakni "Pondok" dan "Labuh". Kata "Pondok" bermakna tempat bersinggah, sedangkan "Labuh" berarti berlabuh.[butuh rujukan] Sehingga, kedua kata tersebut memiliki arti sebagai tempat bersinggah sementara bagi pendatang. Pada mulanya, masyarakat mengenal "Pondok Labu" dikarenakan ketika itu mereka beristirahat atau berlabuh di dekat daerah aliran sungai yang menghubungkan antara Sungai Pesanggrahan dan Kali Krukut. Penamaan wilayah ini seharusnya ditulis "Pondok Labuh".

Akan tetapi, ketika Batavia diduduki oleh Belanda, mereka menamai kawasan ini sebagai "Pondoklaboe".

Sejarah

sunting

Pada 1803, daerah Pondok Labu mulai disebut-sebut dan dimiliki oleh tuan tanah bernama Pieter Walbeck. Saat itu, Pondok Labu merupakan bagian dari Pasar Simplicitas bersama dengan Lebakboeloes dan Pasar Djoemahat.[2] Pieter sebagai penguasa kawasan Pondok Labu memiliki penggilingan padi dan rumah peristirahatan yang diberi nama Simplicitas.[3] Pada peta yang dibuat oleh Biro Topografi (bahasa Belanda: Topographisch Bureau), Batavia 1900, penggilingan padi dan rumah peristirahatan itu terletak tidak begitu jauh dari Kali Pesanggrahan sebelah utara Rempoa.

Pada masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, kawasan pertanian dan perkebunan di Pondok Labu mulai beralih menjadi lahan pemukiman.[4] Selain itu, Gubernur Ali juga membangun Jalan Pondok Labu yang menghubungkan antara Kabupaten Bogor, tepatnya Desa Pangkalan Jati dan Desa Gandul di Limo dengan Jakarta. Arus urbanisasi yang meningkat mengharuskan Pondok Labu memiliki akses pendidikan. Oleh karenanya, salah satu tokoh masyarakat, yakni Haji Saleh menyerahkan lahan yang tidak jauh dari rumahnya untuk dibangunkan sekolah dasar. Sekolah dasar tersebut adalah SD Negeri Pondok Labu 03, 04, 09, dan 010 Pagi yang saat ini telah digabungkan dengan SD Negeri Pondok Labu 03.

Tak hanya sekolah dasar, Pondok Labu juga memiliki universitas yang lahannya tersebut sebelumnya telah dijual dengan setengah harga oleh Haji Saleh, yaitu Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Saleh Al-Habsyi, keturunan Ali bin Abdurrahman Alhabsyi, juga tinggal di perumahan Andara Raya, Pondok Labu.[5]

Transportasi

sunting

Angkutan umum

sunting

Demografi

sunting

Pada tahun 2018, Kelurahan ini dihuni oleh 45.407 penduduk yang terbagi dari 22.123 laki-laki dan 23.284 perempuan dengan seks rasio 95 dan 15.684 kepala keluarga.[1]

Pemerintahan

sunting

Daftar Lurah

sunting

Berikut merupakan daftar Lurah Pondok Labu dari masa ke masa.

Potret Lurah Mulai menjabat Akhir menjabat Referensi
  Safri Djani
2013
Siti Fauziah Ghozali
2013
2019
[6]
Nurul Baiti
2019
2021
Nachnoer Vernier Atom Arss
September 2021
Petahana

Kebudayaan

sunting

Kebudayaan di Pondok Labu didominasi oleh etnis Betawi. Meski demikian, Pondok Labu memiliki warisan budaya tersendiri. Salah satunya Cacag Lembang, yakni seni bela diri khas Betawi yang diperkenalkan pertama kali oleh salah satu tokoh masyarakat bernama Ki Kunto pada 1813.[7] Aksi dalam Cacag Lembang terinspirasi dari keseharian Ki Kunto sebagai seorang petani. Seiring berjalannya waktu, aksi bela diri ini dikembangkan oleh Ki Ijo pada tahun 1879, hingga akhirnya kembali dikembangkan pada 1955 oleh Ki Haji Kepleh bin Jamirin.

Tiga nama tokoh masyarakat Pondok Labu, di antaranya Haji Ipin, Haji Lihun, dan Ki Haji Kepleh diabadikan dalam bentuk seni rupa benda di Jalan Haji Ipin.[8] Ketiga patung tersebut dikenal sebagai Tugu Tokoh Betawi yang menjadi ikon resmi Pondok Labu.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h "Kecamatan Cilandak dalam Angka 2019". Badan Pusat Statistik Indonesia. 2019. Diakses tanggal 23-04-2020. 
  2. ^ Abdullah, Nurudin (2016-01-05). "JAKARTA TEMPO DOELOE: Ini Asal Usul Nama Pondok Labu Jakarta Selatan". Bisnis.com. Jakarta. Diakses tanggal 2023-01-23. 
  3. ^ De Haan 1910, hlm. 103.
  4. ^ "Wakaf Haji Soleh di Pondok Labu". Merdeka.com. Jakarta. 2012-10-03. Diakses tanggal 2023-01-23. 
  5. ^ "Rumah Saleh Al Habsyi · Jl. Andara Raya No.1, RT.1/RW.3, Pondok Labu, Cilandak, South Jakarta City, Jakarta 12450, Indonesia". Rumah Saleh Al Habsyi · Jl. Andara Raya No.1, RT.1/RW.3, Pondok Labu, Cilandak, South Jakarta City, Jakarta 12450, Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-06-24. 
  6. ^ "Ini Daftar Lurah dan Camat yang Lolos Lelang Jabatan". Detik.com. Jakarta. 2013-06-27. Diakses tanggal 2023-01-23. 
  7. ^ Sandiputra, Rio, ed. (2019-04-16). "Cacag Lembang, Silat Asli Pondok Labu". Jakarta: Berita Jakarta. Diakses tanggal 2023-01-23. 
  8. ^ Manalu, Selamat (2022-11-28). "Marullah Matalli Resmikan Tugu Tokoh Betawi Pada Acara Jam Lurah". Jakarta: Bahana Rakyat. Diakses tanggal 2023-01-23. 

Pranala luar

sunting