Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman

sekolah di Indonesia


Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman adalah Pesantren Modern yang terletak di Jalan Nurul Iman 01, Desa Warujaya, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia.

Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman
Yayasan Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School
Alamat
Jalan Nurul Iman 01, Warujaya, Parung

,
Situs webwww.nuruliman.or.id
Informasi
JenisPondok pesantren
AfiliasiIslam
Didirikan16 Juni 1998
Lain-lain
Moto
MotoFree and High Quality Education Supported By Soccial Enterpreurships

Sejarah

sunting

Pada awal terjadinya krisis moneter, banyak sekali kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Terjadinya kasus semanggi pada tanggal 12 Mei 1998 menyebabkan jatuh dan terpuruknya perekonomian bangsa Indonesia. Di saat itu As Syekh Habib Saggaf Bin Mahdi Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim yang masih bertempat tinggal di kawasan perumahan Bintaro Jaya merasa prihatin dan sedih dengan hal tersebut. Semakin banyaknya para remaja yang putus sekolah serta tidak mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang disebabkan krisis moneter serta terjadinya krisis moral dimana-mana, menjadikan dia bersikeras mendirikan suatu lembaga pendidikan gratis demi meringankan beban bagi mereka yang tidak mampu, umumnya bangsa Indonesia. Sehingga dengan tekad dan kemauan dia yang mulia tersebut, dia rela meninggalkan keglamouran kota metropolitan dan mengambil keputusan untuk menetap di desa. Dia akhirnya pindah ke Desa Waru Jaya, Kecamatan Parung, Jawa Barat Desa yang penduduknya dibawah garis kemiskinan yang mayoritas penghasilan mereka hanya mengandalkan penjualan daun melinjo serta ikan air tawar.

Kemudian, mulailah Dia membangun sebuah Pondok Pesantren. Dengan disaksikan para undangan dari Pejabat Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor, para Pejabat Tinggi Negara Republik Indonesia dan juga Duta Besar Negara-Negara Arab, Brunei Darussalam, Singapura dan Malaysia, maka “Peletakkan Batu Pertama” Pendirian Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 1998 di atas lahan 17 (tujuh belas) hektare. Diawali dengan peresmian peletakkan batu pertama pendirian Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, maka dalam operasionalnya, Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman mendapatkan rekomendasi dari Kepala Desa Waru Jaya dan Camat Kecamatan Parung Kabupaten Bogor tertanggal 10 Gedung sekolah santri putri Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul ImanMaret 1999, serta telah didaftarkan pada kantor Departemen Agama Kabupaten Bogor sejak tanggal 12 Maret 1999 dengan Pada mulanya para santri menetap di asrama belakang rumah dia, namun karena makin banyaknya santri yang berminat maka dibangunkan sebuah kobong (bangunan dari bambu) yang berukuran 4 X 5 meter di areal tanah yang awalnya sebuah hutan semak belukar dan rumput ilalang. Hari ke hari semakin banyak santri yang berminat hingga kobong tersebut tidak lagi mencukupi untuk di tempati. Mulailah dia membangun gedung asrama di samping kobong tersebut, mulai dari dari pembangunan gedung H. Isya dengan luas 15x12 M2 pada tahun 2000. Asrama memberikan pandangan baru dalam pat tinggal para santri yang mayoritas hanya maklum adanya, dengan adanya bangunan baru tersebut untuk mereka, membuat penambahan kesemangatan dalam belajar mereka. Namun, perkembangan tak putus begitu saja, dari tahun ketahun prioritas perkembangan jumlah para santri begitu drastis yang pada akhirnya muncul asrama-asrama baru yang menjadi objek penampungan para santri seperti asrama Gandhi seva loka dengan luas 15x12 M2, lalu disusul dengan di bangunnya asrama jadid dengan luas 15x12 M2 masih pada tahun 2000. memang pada halnya, sebagai pengemban tugas para santri di tuntut untuk memproyektifitikan keseharian mereka antara pengembangan ilmu akhirat sebagai program utama pada bidang pendidikan pondok pesantren, dengan IPTEK sebagai pendamping projek mereka didunia, maka di bangun kembali satu tempat ibadah untuk para santri dengan luas 32.5x9.50 M2, di depan pintu gerbang pondok Mulai dari sinilah perkembangan demi perkembangan terlihat. Terbukti dari munculnya asrama-asrama baru di lingkungan perkomplekan pondok pesantren yang menjadi pemandangan baru di wilayah perkomplekan putra dan putri yaitu asrama Hanif (perkomplekan putra) dengan luas 12x6 M2, asrama H. Kosim (perkomplekan putra) dengan luas 12x6 M2, asrama Olga Fatma (perkomplekan putra) dengan luas 20x12 M2, asrama Anwariyyah (perkomplekan putra) dengan luas 56x12 M2,tiga local asrama (perkomplekan putri), asrama dengan tiga belas kamar (perkomplekan putri), gedung belajar tingkat dua (perkomplekan putri) dan dua tempat ibadah (Masjid) diarea perkomplekan putra dengan luas 36x36 M2 dan putri dengan luas30x30 M2.

Dari waktu ke waktu mulailah tersebar nama Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman dengan seluruh pembiayaan pendidikan, pengobatan, makan dan minum serta sarana dan pra-sarana ditanggung oleh pihak yayasan (gratis), maka mulai dari sinilah berdatangan parasantri-santri yang berminat belajar di pondok pesantren tidak hanya dari daerah Desa Waru Jaya saja, melainkan hingga daerah-daerah jauh di dataran bumi Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke, bahkan dari luar negeri. nama Al-Ashriyyah Nurul Iman dinukil dari bahasa Arab, Al-Ashriyyah bermakna modern, yang tujuannya “menjadi pusat pembinaan pendidikan agama dan pengetahuan umum secara terpadu dan modern. Nurul Iman berawal dari kosakata bahasa Arab, Nuur yang bermakna cahaya, dan Al-Iman bermakna keimanan.

Oleh karena itu Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman di harapkan mampu menciptakan ulama-ulama yang memiliki ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum yang terpadu dan modern dengan diselimuti cahaya keimanan yang tinggi. Kini walaupun semakinbertambahnya jumlah santri, tetapi Yayasan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman tetap senantiasa menjadi lembaga Pendidikan yang seluruh biaya pendidikannya, makan dan minumnya, pengobatannya serta sarana dan pra sarana lainnya ditanggung oleh Yayasan. Dengan kata lain gratis untuk seluruh lapisan masyarakat,terutama bagi mereka dari golongan yang tidak mampu, fakir miskin, anak yatim serta anak-anak telantar.

Program Pengembangan Seperti layaknya lembaga pendidikan lainnya, pesantren ini juga memiliki program pengembangan untuk masa datang baik dalam bidang pendidikan maupun dalam pengembangan bangunan di lingkungan Pondok Pesantren. Untuk pendidikan, pesantren ini memiliki program untuk mewujudkan SDM yang berkualitas tinggi dalam keimanan dan ketakwaan, menguasai IPTEK yang menjadi tumpangan hidup didunia, oleh sebab itu diadakannya kursusu-kursus di luar pendidikan formal dalam pembelajaran keseharian para santri seperti diadakannya kursus bahasa, kursus komputer, kursus menjahit, pelatihan pertanian, pemanfaatan sampah-sampah menjadi bahan bangunan, peternakan ikan dan lain-lain. Para santri-pun di tuntut untuk mampu menguasai minimal empat bahasa yaitu bahasa arab, inggeris dan mandarin untuk bekal panduan pelepasan mereka kelak. Dengan modal awal seperti inilah yang terektur pada dirimereka agar mampu memproyeksikan ilmu dunia dan ilmu akhirat, serta mampu mengaktualisasikannya dalam masyarakat dengan menyiapkan calon pemimpin masa depan yang menguasai IPTEK, mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inofatif dan tetap di landasan iman dan takwa yang kuat, karena itu yayasan berusahamengembangkan kreativitas serta meningkatkan pengetahuan dan profesional tenaga kependidikan sesuai perkembangan dunia pendidikan yang menjadikan pondok pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman sebagai pondok percontohan di seluruh indonesia dalam pengembangan pengajaran IPTEK dan IMTAK bagipendidikan lembaga lainnya.

Dan untuk program pengembangan pembangunan, pesantren ini memiliki program untuk menambah asrama untuk anak-anak tinggal, karena anak- anak tidur di masjid dan tempat - tempat yang terbuka baik anak laki -laki maupun perempuan mengingat belum cukupnya asrama-asrama sebagai tempat yang layak untuk tempat tinggal. Di samping itu karena pendidikan ini pendidikan padat karya, Dia (Al Syekh Habib Saggaf bin Mahdi) mendidik anak-anak untuk belajar cara membuat roti, tahu, tempe, kecap, sabun dan tata cara jahit-menjahit. Dia sangat membutuhkan sarana-sarana yang memudahkan terlaksananya pendidikan tersebut.Mudah-mudahan cita-cita ini mengantar anak-anak didiknya di jalan kesuksesan.

Manaqib Singkat Abah Saggaf As-syekh Habib Saggaf bin Mahdi bin Assyekh Abi Bakar bin Salim, yang lebih akrab dengan panggilan “Abah” di kalangan santri PP Al-Ashriyyah Nurul Iman dan masyarakat sekitarnya adalah sosok ulama, guru dan pendidik yang penuh inspirasi, memiliki integritas keilmuan lahir dan bathin, dan pandangan modern tentang bagaimana mewujudkan masyarakat yang sejahtera, yang lepas dari belenggu kebodohan dan kemiskinan. Jauh sebelum para politisi bangsa kita menggembor-gemborkan sekolah gratis sebagai slogan kampanyenya, ulama keturunan Yaman kelahiran Dompu, Nusa Tenggara Barat ini sudah memulai gerakan pendidikan bebas biaya. Saat ini tercatat lebih dari 18.000 santri belajar secara gratis di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman yang didirikanya. Dilahirkan dua hari menjelang hari proklamasi kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 15 Agustus 1945, beliau menghabiskan masa mudanya dengan menuntut ilmu di Pesantren Daarul Hadits Malang. Di Pondok Pesantren Daarul Hadits, Malang, beliau diterima oleh sang pengasuh pesantren, Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih al-Alawy. Beliau nyantri di pesantren ini dengan sangat cemerlang selama dua tahun tujuh bulan. Setelah itu beliau melanjutkan mengajar Fiqh dan Nahwu selama kurang lebih tiga belas tahun. Setelah mengabdikan diri di Pondok Pesantren Daarul Hadits Malang, beliau berguru ke Masjid Sayyidina Abbas di Aljazair selama lima tahun dan i'tikaf di Makkah selama lima tahun. Kemudian beliau melanjutkan pendalaman ilmu agama berturut-turut di Bahrain. Sebelum kembali ke tanah air, beliau juga pernah mengajar di beberapa negara seperti Italia, Taiwan, Singapura, Malaysia dan Brunei Daarussalam. Beliau juga sempat memperdalam ilmu tariqat di Irak. Setelah beberapa lama di Irak, beliau memutuskan untuk kembali ke tanah air. Sang guru tariqatnya yang beraliran Syadziliyah, merekomendasikan agar beliau memperdalam tariqat di Mranggen, Setelah beberapa lama di Irak, beliau memutuskan untuk kembali ke tanah air. Sang guru tariqatnya yang beraliran Syadziliyah, merekomendasikan agar beliau memperdalam tariqat di Mranggen, Demak. Setelah beberapa lama, beliau pulang ke kampung halaman dan mengamalkan ilmunya dengan mendirikan pesantren Ar Rahman yang hingga saat ini masih berdiri. Berbekal keilmuan dan pengalaman yang beliau miliki, sesampainya di tanah air beliau kembali mendirikan Pesantren Daarul Ulum di Surabaya yang banyak menerima murid dari Singapura, Malaysia, Brunei Daarussalam serta Afrika, sebelum akhirnya pindah ke Jakarta dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman di Desa Warujaya, Parung hingga saat ini. Sosok yang senantiasa berjubah putih ini memiliki komitmen yang kuat untuk kemajuan dunia pendidikan. Cita-citanya dalam mewujudkan pendidikan gratis adalah mimpi yang menjadi kenyataan di tengah kondisi bangsa yang terpuruk akibat krisis moneter pada tahun 1998. Bagi Abah, jawaban tepat atas semua kekacauan yang terjadi pada bangsa ini adalah pendidikan. Pendidikan yang baik akan melahirkan SDM yang tangguh, profesional dan berkualitas, sehingga ke depan masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mengelola secara baik dan bertanggung jawab atas setiap potensi yang Allah karuniakan pada bangsa ini. Seluruh hidupnya adalah pengabdian untuk dunia pendidikan. Komitmennya yang kuat terhadap pendidikan mencerminkan integritas antara ilmu dan amal. Begitulah seharusnya sosok seorang pendidik, Abah mengamalkan betul apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah, “khoiru man yamsyi fauqal ardli al mualim”, sebaik-baik orang yang berjalan di muka bumi ini adalah guru. Menurut Abah kata “mualim” memiliki makna yang lebih luas dari guru yaitu pendidik, karena seorang pendidik tidak hanya bertanggung jawab pada pengembangan intelektualitas muridnya namun juga bertanggung jawab pada perkembangan seluruh aspek kehidupan muridnySeluruh hidupnya adalah pengabdian untuk dunia pendidikan. Komitmennya yang kuat terhadap pendidikan mencerminkan integritas antara ilmu dan amal. Begitulah seharusnya sosok seorang pendidik, Abah mengamalkan betul apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah, “khoiru man yamsyi fauqal ardli al mualim”, sebaik-baik orang yang berjalan di muka bumi ini adalah guru. Menurut Abah kata “mualim” memiliki makna yang lebih luas dari guru yaitu pendidik, karena seorang pendidik tidak hanya bertanggung jawab pada pengembangan intelektualitas muridnya namun juga bertanggung jawab pada perkembangan seluruh aspek kehidupan muridnya. Di kalangan santri Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Abah dikenal sebagai sosok yang tegas dalam menerapkan kedisiplinan. Bagi Abah, tugas santri hanyalah belajar dan belajar, tidak perlu memikirkan biaya pendidikan, makan, listrik, tempat tinggal dan lain sebagainya, semuanya telah difasilitasi oleh Pesantren, tidak ada uang sekolah, uang buku, uang makan, uang asrama ataupun lainnya, semua kebutuhan pokok yang diperlukan santri sudah disiapkan oleh pesantren. Sungguh merupakan model pendidikan yang mensejahterakan, model pendidikan masa depan untuk bangsa, semua itu lahir dari sentuhan emas sosok kharismatik Abah yang betul-betul menjiwai pendidikDi kalangan santri Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Abah dikenal sebagai sosok yang tegas dalam menerapkan kedisiplinan. Bagi Abah, tugas santri hanyalah belajar dan belajar, tidak perlu memikirkan biaya pendidikan, makan, listrik, tempat tinggal dan lain sebagainya, semuanya telah difasilitasi oleh Pesantren, tidak ada uang sekolah, uang buku, uang makan, uang asrama ataupun lainnya, semua kebutuhan pokok yang diperlukan santri sudah disiapkan oleh pesantren. Sungguh merupakan model pendidikan yang mensejahterakan, model pendidikan masa depan untuk bangsa, semua itu lahir dari sentuhan emas sosok kharismatik Abah yang betul-betul menjiwai pendidikan. Menurut Abah, seorang manager pendidikan harus tahu betul apa yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pendidikan. Bangsa kita masih lemah dalam mengatur dan melaksanakan pendidikan, padahal kalau kita mau mengacu pada al-Qur’an dan meneladani ajaran Rasulullah Saw, maka semuanya akan berjalan dengan baik. Berdasarkan keilmuan dan pengalaman serta pengamatan Abah yang memiliki kecintaan yang sangat tinggi terhadap al-Qur’an, perpaduaan antara model pendidikan dalam negeri dan model pendidikan luar negeri, antara keilmuan umum dan keilmuan agama yang saling melengkapi saat ini diterapkan di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman. Selain itu, sarana dan prasarana pendukungpun dilengkapi sedemikian rupa, mulai dari ruang kelas laboratorium, dan program-program pengembangan ekstra dan intra kurikuler yang lengkap, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan harus dilakukan secara menyeluruh dalam dunia pendidikan. Sebagai sistem, pendidikan harus diselenggarakan secara utuh agar tidak terjadi kesenjangan yang bisa mengabaikan tujuan dan fungsi pendidikan. Setiap pagi ba’da subuh, Abah memberikan pengajian umum kepada seluruh santri dan masyarakat sekitar. Dengan kepandaiannya pula dalam menguasai Qiraah Sab’ah (bacaan al-Qur’an dengan riwayat tujuh imam, Red), beliau selalu dinantikan oleh para jamaahnya di Singapura. Sementara Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman yang menekankan kedisiplinan, meningkatkan kekuatan pribadi dengan ilmu agama dan umum serta life skills berbasis kompetensi, pesantren ini juga memadukan sistem madrasah dan sekolah umum serta pengajian kitab-kitab klasik. Saat ini, Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman semakin pesat berkembang dan sudah memiliki unit-unit usaha mandiri yang bisa mencukupi kebutuhan warga pesantren, seperti pabrik roti, produksi air minum hexagonal, peternakan dan pertanian. Tak ada kata berhenti dan tak ada kata menyerah dengan ketaqwaan kepada Allah dan kepasrahan diri sepenuhnya segala ikhtiar terus dilakukan untuk mewujudkan cita-citanya dalam membangun dunia pendidikan yang baik bagi agama dan bangsa ini. Target Abah dari jumlah santri yang ada saat ini diharapkan ke depan bisa mencapai 40.000 santri. Karena Allah memilih satu orang di setiap 40.000 orang sebagai wali majelis, yaitu orang yang dikasihi oleh Allah dan dikabulkan doa-doanya.

Pendidikan

sunting

Jenjang pendidikan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman sistem pembelajaran yang memadukan antara sistem pembelajaran salafiyyah yang merujuk pada pembahasan kitab-kitab klasik ( Tafsir Jalalain, Nahwu Al-Jurumiyah, I’mrithi, Alfiyah, Fiqih Safinatun Najah, Ghoyah wataqrib, Fathul Mu’in dll ). Serta system pendidikan modern yang merujuk pada kurikulum yang ditetapkan oleh DEPDIKNAS.

pendidikan formal yang ada di pondok ini antara lain:

  • Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
  • Sekolah Dasar (SD)
  • Sekolah Menengah pertama (SMP)
  • Sekolah Menengah Atas (SMA)
  • Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman ( STAI Nurul Iman )

Pranala luar

sunting