Pondok Pesantren Al-Manar Bener
Pondok Pesantren Al-Manar didirikan pada tahun 1913 oleh Al Mukarrom Simbah KH. Djalal Suyuthi. Nama Al-Manar secara resmi muncul pada masa kepengasuhan Kyai Fatkhurrohman, tahun 1982 yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Pesantren “As-Suyuthiyyah”. Ponpes Al-Manar beralamat di Jl.Raya Solo-Semarang, Tepatnya di Desa Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, 3 KM sebelah selatan kota Salatiga.
Sejarah
suntingDesa Petungsari adalah sebuah desa yang sekarang bernama “Bener”. Karena penjajahan yang dialaminya, kesulitan dalam mengembangkan syiar Islam dirasakan sekali oleh masyarakat desa ini. Cuma satu dua orang yang mengenal ajaran Islam, bahkan masyarakat desa ini dikenal sebagai masyarakat yang rusak dan akrab dengan mo-limo dan jauh dari agama serta banyak non muslimnya. Adalah Bapak Juwahir, salah satu warga desa Petungsari yang memimpin sebuah mushola, yang merasa tergugah untuk memperdalam ajaran Agama Islam dengan menjadi santri dari Kyai Naim, Kyai dari Desa Cabean. Semakin hari jamaah di mushola beliau semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sebuah kesepakatan antara Bapak Juwahir dengan Kyai Naim untuk mendatangkah seorang Kyai guna mengasuh jamaah yang semakin bertambah tersebut. Beberapa bulan kemudian, Kyai Na’im meminta KH. Djalal Suyuthi untuk memikul tugas tersebut.
Karena mushola sudah tidak mampu menampung jamaah, maka Bapak juwahir pun mewakafkan sebagian tanahnya untuk dijadikan Masjid. Untuk menyiarkan agama Islam, simbah KH. Djalal Suyuthi mendirikan pondok pesantren pada tahun 1926. Pada masa kepemimpinan beliau, kondisi bangsa Indonesia masih berada pada masa penjajahan. Keadaan paling tragis terjadi antara tahun 1942-1946 di masa penjajahan Jepang. Pondok pesantren mengalami kemacetan total karena tekanan Jepang. Baru pada tahun 1947 kehidupan pesantren kembali normal, dan pada tahun itu pula KH. Djalal suyuthi dipanggil oleh Allah SWT.
Sepeninggal KH. Djalal Suyuthi, kepemimpinan Pondok pesantren dipegang oleh KH. Duri (putra beliau) dan Pondok Pesantren ini diberi nama “As-Suyuthiyyah”, diambil dari nama pendirinya. KH. Duri memegang kepemimpinan hingga tahun 1963 dengan santri sekitar 50-70 orang.
Setelah KH. Duri meninggal pada tahun 1963, Pesantren dipimpin oleh adik beliau yang bernama KH. Muh. Suhudi. Pada masa kepemimpinan beliau, Pesantren banyak mengalami goncangan karena pengaruh suhu politik di Indonesia yang sedang memanas.
Sebagai puncak resesi/goncangan tersebut, pada tahun 1975 jumlah santri tinggal 23 orang. Tetapi pada tahun itu pula didirikan TK dan fasilitas pendidikan ditambah untuk mendidik anak-anak usia tersebut. Kepemimpinan KH. Muh. Suhudi berlangsung sampai tahun 1983 karena beliau meninggal dunia.
Pada tahun 1983, kepemimpinan pondok pesantren dipegang oleh K. Fatkhurrohman (putra KH. Duri). Saat itu keadaan pondok pesantren telah normal kembali. Beliau banyak mengadakan pembaharuan. Antara lain perubahan nama pondok pesantren menjadi “Al-Manar” yang diambil dari nama group orkes gambus di Desa Bener yang saat itu ketenarannya sampai ke Jawa Timur sekitar tahun 1960-1975.
Masjid lama yang dibangun oleh KH. Djalal Suyuthi dipugar, bangunan pondok ditambah dan pendidikan formal dimasukkan ke dalam kurikulum pondok pesantren. Pada tahun 1985 didirikan Madrasah Tsanawiyah, menyusul pada tahun 1989 didirikan Madrasah Aliyah. Terakhir pada tahun 1992 beliau mendirikan Yayasan Al-Manar sebagai wadah yang lebih formal dan legitimit. Namun beliau belum sempat melihat perkembangan Al-Manar lebih lanjut karena telah dipanggil oleh Allah SWT pada tanggal 28 Juli 1993.
Sepeninggal K. Fatkhurrohman pada tahun 1993, kepemimpinan beliau dilanjutkan oleh menantu beliau, K. Muhammad Imam Fauzy. Pada masa ini Madrasah Aliyah diubah menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) tepatnya pada tahun 1994/1995. Dan jumlah santri mencapai 537 orang dari Jawa dan Luar Jawa. Namun pada tanggal 11 Mei 2000/ 6 Shofar 1421 beliau meninggal dunia dalam usia 35 tahun.
Sepeninggal beliau, pesantren dipimpin oleh K. As’ad Haris Nasution Fatkhurrohman yang merupakan putra ketiga dari K. Fatkhurrohman. Sampai profil ini dibuat, kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Manar masih berada di tangan beliau.[1]