Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo
Asrama Perguruan Islam (A.P.I.) atau sering disebut Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo adalah instansi pendidikan islam yang berkedudukan di desa Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Asrama Perguruan Islam (A.P.I.) Tegalrejo | |
---|---|
Alamat | |
Jl. Magelang - Salatiga, Ngernak, Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah 56192 , | |
Koordinat | -7.46575, 110.22288 |
Informasi | |
Jenis | Pondok pesantren |
Afiliasi | Islam Nahdlatul Ulama |
Didirikan | 14 September 1944 |
Pendiri |
|
Pengasuh | KH. Abdurrohman Chudlori (m. 2011) KH. Mudrik Chudlori KH. Chanif Chudlori KH. Noor Machin Chudlori KH. Chaidar Chudlori K.H. Muhammad Yusuf Chudlori |
Kalender akademis | Hijriyah |
Lain-lain | |
Julukan | A.P.I. Tegalrejo |
Alumni | |
Moto |
Pondok pesantren ini didirikan pada 15 September 1944 oleh K.H. Chudlori. Saat ini, kepengasuhan API dipegang oleh K.H. Mudrik Chudlori dan K.H. Chanif Chudlori. Presiden ke-empat Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid merupakan salah satu alumnus dari pondok pesantren tersebut. Bulan Mei 2016, Presiden Joko Widodo mengunjungi A.P.I. dalam rangka menghadiri agenda pengajian akbar memperingati Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW dan membahas kompetensi global. Dalam pidatonya di hadapan ribuan santri, Jokowi menekankan pentingnya persiapan sumber daya manusia di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kepada para santri. Karena dengan adanya MEA, persaingan dunia tak sekadar antarindividu, antarkota, ataupun antarprovinsi saja, tetapi sudah antarnegara
Latar belakang
suntingPondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (A.P.I.) Tegalrejo didirikan pada tanggal 15 September 1944 oleh K.H. Chudlori, salah seorang ulama berasal dari desa Tegalrejo. Pada tahun 1947, ditetapkan nama pesantrennya adalah Asrama Perguruan Islam (A.P.I.) dengan tujuan agar para santrinya mampu dan mau menjadi guru yang mengajarkan dan mengembangkan syariat-syariat Islam di tengah masyarakat. Awal mula berdiri, pondok pesantren ini hanya memiliki delapan orang santri, tetapi tiga tahun kemudian mencapai sekitar 100-an. Setelah melewati zaman penjajahan Belanda yang memprihatinkan, pada tahun 1977 jumlah santri mencapai sekitar 1500-an.
Kyai Chudlori wafat pada tahun 1977, sehingga kegiatan ta’lim wa ta'alum terpaksa diambil alih oleh putra sulungnya, K.H. Abdurrohman Ch. dibantu adiknya yaitu beliau , H. Ahmad Muhammad. Asrama Perguruan Islam pada awal periode KH. Abdurrohman Ch. sempat mengalami penurunan jumlah santri, hingga pada tahun 1980 tinggal sekitar 760-an. Tetapi dari keuletan dan kegigihan K.H. Abdurrohman Ch. , pada tahun berikutnya, jumlah santri dapat kembali meningkat, yang sampai pada tahun 1992 mencapai 2.698.