C-pop
Pop Tionghoa (bahasa Inggris: C-pop) adalah genre musik pop yang berasal dari negara-negara berbahasa Tionghoa. Sebagian besar artis pop Tionghoa berasal dari daratan Tiongkok, Hong Kong, dan Taiwan, ditambah sebagian artis dari negara-negara yang memiliki penutur berbahasa Tionghoa yang cukup banyak seperti di Singapura dan Malaysia. Istilah "pop Tionghoa" juga sering dipakai untuk semua musik kontemporer berbahasa Tionghoa, mulai dari R&B, balada, rok Tionghoa, hip hop Tionghoa, dan ambien Tionghoa. Walaupun demikian, rok Tionghoa sudah menjadi genre tersendiri sejak awal 1990-an. Hip hop Tionghoa telah menjadi genre musik baru sejak tahun 2000-an. Sejak dimulai oleh perintis musik R&B Tionghoa bernama Alex To pada tahun 1980-an, unsur-unsur musik R&B Tionghoa sering dipakai oleh artis-artis seperti Jay Chou, David Tao, Khalil Fong, dan Lee-Hom Wang.
C-pop | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Hanzi tradisional: | 中文流行音樂 | ||||||||||
Hanzi sederhana: | 中文流行音乐 | ||||||||||
|
Artis:
R.ef
Baby Fox
Fin Kl
Pop Tionghoa berakar dari shidaiqu, dan dalam perkembangannya terpecah menjadi tiga subgenre:
- Pop Mandarin (Mandopop), pop bahasa Mandarin;
- Pop Hong Kong (Kantopop), pop Hongkong dan Guangzhou, menggunakan bahasa Kanton;
- Pop Hokkien, pop Taiwan dan Singapura dalam bahasa Hokkien yang memiliki kemiripan dengan pop Tionghoa, namun dianggap sebagai genre musik tersendiri karena berasal dari musik balada enka Jepang, dan kini berisi musik tarian pula (misalnya, penyanyi Jeannie Hsieh).
Sejarah
suntingDari 1920 hingga 1949, istilah musik populer Tiongkok mencakup semua musik kontemporer yang liriknya memakai dialek Shanghai. Li Jinhui adalah penyanyi musik pop Tiongkok paling terkenal pada masa itu. Pemusik Amerika bernama Buck Clayton berjasa membawa pengaruh jazz Amerika Serikat ke Tiongkok dan digemari di klub-klub malam dan aula dansa di kota-kota besar pada tahun 1920-an. Sejumlah radio swasta dari akhir 1920-an hingga 1950-an juga memutar C-Pop.[1]
Sekitar Invasi Manchuria dan Perang Saudara Tiongkok, musik pop dianggap sebagai musik kaum sayap kiri. Mulai Perang Tiongkok-Jepang Kedua hingga berakhirnya Perang Dunia II, rekaman musik C-Pop sudah dijadikan barang dagangan. Salah satu kebijakan yang diambil Partai Komunis Tiongkok setelah mendirikan Republik Rakyat Tiongkok (1949) adalah memberi cap musik pop Tiongkok sebagai "musik kuning" (warna kuning diasosiasikan dengan pornografi). Industri musik pop Shanghai akibatnya mengungsi ke Hong Kong, dan berkembang pada tahun 1970-an di Hong Kong sebagai pop Hong Kong (cantopop). Di Taiwan, Kuomintang melarang penggunaan bahasa Taiwan dari tahun 1950-an hingga akhir 1980-an. Sebagai akibatnya, pop Mandarin (mandopop) berkembang sebagai genre musik yang dominan di Taiwan.
Pada akhir 2007 RTHK mulai mempromosikan acara Legenda Abadi (不死傳奇) untuk menghormati para penyanyi legendaris pop Tiongkok yang sudah wafat. Penghormatan diberikan kepada Roman Tam, Anita Mui, Teresa Teng, Leslie Cheung, Wong Ka Kui, dan Danny Chan.[2] Mereka berperan penting dalam perkembangan industri musik di Hong Kong dan Taiwan.
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Miller, Toby (2003). Television: Critical Concepts in Media and Cultural Studies. Routledge Publishing. ISBN 0-415-25502-3
- ^ RTHK. "RTHK immortal legends Diarsipkan 2016-03-03 di Wayback Machine.." RTHK program archive. Diakses pada 2007-12-31.