Portal:Minangkabau/Artikel pilihan/2

Ilustrasi berlangsungnya perang Padri

Perang Padri adalah peperangan yang berlangsung dari tahun 1803 hingga 1838 di kawasan Kerajaan Pagaruyung, yang meliputi wilayah Sumatera Barat sekarang dan sekitarnya. Perang ini merupakan peperangan yang pada awalnya pecah akibat pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan. Perang Padri dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama—yang belakangan disebut sebagai Kaum Padri—terhadap kebiasaan-kebiasaan yang marak dilakukan oleh kalangan masyarakat tradisionalis atau Kaum Adat. Hingga tahun 1833, perang ini dapat dikatakan sebagai perang saudara yang melibatkan sesama Minang dan Mandailing. Dalam peperangan ini, Kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan sedangkan Kaum Adat dipimpinan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Arifin Muningsyah. Kaum Adat yang mulai terdesak, meminta bantuan kepada Belanda pada tahun 1821. Namun keterlibatan Belanda ini justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833 Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri, walaupun pada akhirnya peperangan ini dapat dimenangkan Belanda. Perjuangan beberapa tokoh dalam Perang Padri ini, mendorong pemerintah Indonesia kemudian menetapkan Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusai sebagai Pahlawan Nasional.

(selengkapnya)

Artikel pilihan sebelumnya: Kerajaan Pagaruyung – ? – ?