Proses adat dalam membangun rumah tradisional Nias

Proses adat dalam membangun rumah tradisional Nias (Omo Hada) sangatlah panjang dan tidaklah mudah. Sebagus apapun rumah yang dibangun kalau belum melalui proses adat, maka rumah tersebut belum bisa di sebut sebagai rumah adat 'Omo Hada"[1].

Tipe-tipe rumah adat tradisional Nias

sunting

Menurut Prof. Alain M. Viaro (Archipel 27/1984), ada empat macam tipe rumah adat tradisional Nias yaitu :

  1. Rumah adat Gomo, bentuknya persegi empat dan cukup rustikal.
  2. Rumah adat Nias Tengah, terdapat di daerah sungai Idanὃ Gawo dan sungai idanὃ mola,
  3. Rumah adat Nias Utara, bentuknya oval dan sering disebut Omo Laraga.
  4. Rumah adat Nias Selatan, bentuknya persegi empat memanjang ke belakang.

Sedangkan menurut P. Johannes M. Hammerle OFMCap dalam bukunya Omo sebua, membagi rumah adat Nias menjadi tiga tipe, yaitu; Omo Nifolasara, Omo Tuho dan Omo Sala.

Proses adat dalam membangun rumah

sunting

Proses ini sesuai dengan tradisi di Gidὄ ὄri Ma'u, antara lain:

  1. Otomosa zi darua niha (rencana dan kesepakatan antara suami istri),
  2. Fangombakha ba dalifusὅ faoma ba zitenga bὅ'ὅ (Pemberitahuan kepada saudara laki-laki dan pihak paman),
  3. Fogaoni tuka (memanggil tukang),
  4. Famaigi naha nomo (melihat lokasi rumah)
  5. Folobὄ eu (menebang kayu),
  6. Famaigi Silalo yawa (melihat tiang utama)
  7. Fangai mbaha tuo (pengambilan serbuk pada tiang utama rumah),
  8. Memasang kayu (memasang tiang-tiang yang lain),
  9. Mamedadao (mendirikan tiang bangunan),
  10. Fame'e boto mbumbu (pemasangan kayu pada bagian paling atas sebagai penyanggah kerangka atap),
  11. Manaba ahe mbulu zaku (pemotongan kaki atap yang terbuat dari daun rumbia),
  12. Fosaitagὄ mbawa ndruhὄ sebua (pemasangan pintu utama rumah),
  13. Manawa omo (menempati rumah).

Pada zaman sekarang sangat jarang orang yang mendirikan rumah adat. Pada umumnya mereka lebih suka mendirikan rumah bergaya melayu atau model terbaru sebagai pengaruh dari arsitektur luar.

Referensi

sunting
  1. ^ Media Warisan. 2005.