Pulau Kundur
Kundur merupakan sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Pulau Kundur terdiri dari 3 kecamatan dari 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten Karimun yaitu Kecamatan Kundur yang beribukota di Tanjungbatu, Kecamatan Kundur Barat yang beribukota di Sawang dan Kecamatan Kundur Utara beribukota di Tanjungberlian. Sebelah barat Pulau Kundur berbatasan langsung dengan Provinsi Riau tepatnya dengan Pulau Mendol (Penyalai) Kabupaten Pelalawan.
Geografi | |
---|---|
Lokasi | Indonesia |
Koordinat | 0°45′N 103°40′E / 0.750°N 103.667°E |
Kepulauan | Kepulauan Riau |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Kepulauan Riau |
Kabupaten | Karimun |
Kota terbesar | Tanjung Batu |
Kependudukan | |
Kelompok etnik | Suku Melayu |
Info lainnya | |
Zona waktu | |
Demografi
suntingPulau Kundur merupakan salah satu pemasok Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal di Provinsi Kepri. Banyak tokoh di Kepri yang dilahirkan di Pulau Kundur. Beberapa di antaranya sangat dikenal oleh masyarakat Kepri seperti Huzrin Hood dan Gubernur H. ANSAR AHMAD, S.E., MM
Sejarah
suntingA. Sejarah Pulau Kundur (Asal Usul Nama Pulau Kundur)
Ada beberapa versi tentang asal usul nama Pulau Kundur. Di antaranya adalah nama Kundur berasal dari nama sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah barat dan berdekatan dengan Pulau Timun. Kedua pulau ini mempunyai legenda tersendiri. Diceritakan dahulu hidup seorang petani yang sangat berhasil dalam bercocok tanam. Suatu hari sekembali dari kebunnya ia memikul hasil dari kebunnya yang berupa buah kundur dan buah timun. Dalam perjalanan, pikulannya patah sehingga bawaannya jatuh berserakan. Karena kesal, buah kundur dan timun itu dilempar ke laut. Dari kedua buah tersebut muncullah Pulau Kundur dan Pulau Timun. Di wilayah Kecamatan Kundur ini juga terdapat desa yang bernama Desa Kundur.
Versi lainnya adalah sebagian masyarakat percaya bahwa pulau tersebut dahulu sangat banyak ditanami buah kundur. Penanaman buah kundur sangat dimungkinkan untuk perdagangan, sehingga diperlukan lahan yang besar hingga menghabiskan satu pulau untuk penanaman buah ini. Menurut cerita, dari sinilah asal usul nama Kundur terbentuk.
Versi yang terakhir adalah karena bentuk Pulau Kundur yang menyerupai buah kundur. Hal ini diyakini karena para nelayan yang mengelilingi pulau ini mengatakan bahwa bentuk pulau ini menyerupai buah kundur.
Sebagai salah satu pulau yang berada di perbatasan dan memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti timah, batu granit dan lain sebagainya serta dahulu merupakan wilayah dari kekuasaan kesultanan Riau-Lingga, Pulau Kundur sejak dahulu telah menjadi pusat perhatian yang diperhitungkan oleh pihak kesultanan maupun penjajah. Di dalam buku Sulalatus Salatin karangan Raja Ali Haji, dikatakan timah di Pulau Kundur telah dibuka sejak tahun 1800an.
Pusat perekonomian Pulau Kundur berada di Tanjungbatu. Tanjungbatu sebagai ibu kota kecamatan yang paling ramai tentunya memiliki sejarah cukup panjang.
B. Sejarah Tanjungbatu
1. Masa penjajahan Belanda
Pada abad ke-16, kekuasaan asing mulai masuk ke Indonesia dimulai dari Portugis, Spanyol lalu Belanda. Di sebagian wilayah Indonesia, semua kebun dikuasai oleh Belanda. Tetapi hal itu tidak terjadi di Tanjungbatu. Pada awal abad ke-19, berdirilah sebuah pabrik yang dipegang oleh seorang yang berkebangsaan Jepang bernama Yamamoto. Dengan diberi nama Nan Koko Gngu Kaisa. Kebun Yamamoto sangat luas, kebun karetnya hingga 6 hektar, kebun pinangnya sebesar kebun pinang dan tanjung sari (sekarang). Dalam satu bulan, karet dan pinang yang didapat mencapai 80 ton. Oleh karena itu, untuk mempermudah angkutan maka dibangunlah sebuah parit yang sekarang bernama parit jepon.
Pada waktu itu, penduduk pribumi diperbolehkan sekolah. Sekolahnya hanya 3 kelas dan berada di depan sebuah masjid (sekarang Masjid Nurussalam). Kemudian dipindahkan ke kawasan pabrik (sekarang Hotel Pelangi dan Prima), tepatnya di belakangnya. (sekarang kantor pos). Gurunya waktu itu bernama Bakar, Simon dan Sinaga.
Mata uang yang digunakan adalah dollar singapura. Oleh karena Yamamoto hanya sendiri yang bukan penduduk pribumi maka keadaan pada waktu itu sangat aman.
2. Penjajahan Jepang
Tapi ketentraman tidak berlangsunglama. Pada tahun 1941, pangkalan AL Amerika di bom oleh Jepang. Akibatnya Yamamoto kembali ke Jepang dengan alasan ketentaraan dan Nan Koko Gungu Kaisa ditutup. Pada tanggal 8 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Hal ini awal dari penjajahan Jepang di Indonesia. Kemenangan Jepang ini membuat Yamamoto kembali ke Tanjungbatu. Ia mendirikan pabrik lagi dengan nama baru, NAN YO KABU KUSI KAISA. Pada waktu itu, tentara Jepang banyak yang datang ke Tanjungbatu. Mereka datang dengan menggunakan kapal yang bernama MAYANG BETAWI.
Sewaktu tentara Jepang berada di Tanjungbatu, mereka mendirikan markas (sekarang kantor polisi). Para tentara Jepang sangat kejam. Mereka memancung dan mencambuk penduduk yang tidak mau tunduk kepada mereka. Mereka juga menutup sekolah, tetapi para guru tetap berusaha untuk terus mengajar. Akhirnya berdirilah sekolah baru yang diberi nama SEKOLAH RAKYAT (sekarang di belakang Hotel Gembira). Keturunan Tionghoa diperbolehkan oleh tentara Jepang untuk mendirikan sekolah yang diberi nama SEKOLAH VAIVEN (sekarang SD 003 dan 004).
Kebengisan tentara Jepang tidak berlangsung lama karena pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Hingga pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia diproklamirkan. Kekalahan Jepang membuat Yamamoto kembali ke Jepang dan pabriknya diteruskan oleh seorang keturunan Tionghoa.
3. Agresi Militer Belanda
Pada tanggal 29 September 1945, terjadi pendaratan tentara sekutu di Indonesia. Tak lama dari itu, tentara Belanda sudah sampai di Tanjungbatu. Mereka juga mendirikan markas seperti Jepang dengan lokasi yang berbeda dari markas Jepang, yaitu di sebuah bukit (sekarang sebuah klenteng). Dengan dibangunnya markas Belanda di bukit itu, maka sekolah rakyat yang berada di bawah bukit itu dipindahkan ketempat lain (SMEA lama/ sekarang di depan BRI).
Belajar dari pengalam pahit kekejaman tentara Jepang, kali ini perlawanan rakyat mulai terjadi dengan dikomandani oleh Abdul Manaf dan Abdul Latif. Mereka berjuang mengusir penjajah Belanda dari Tanjungbatu. Tetapi Abdul Manaf gugur ditembak Belanda di Sungai Buluh, Kelurahan Alai. Ia lalu dimandikan dan disalatkan di masjid (Masjid Nurussalam lama) dan dimakamkan di antara kebun karet (sekarang Pusara Bakti).
Pertempuran antara Belanda dan rakyat terus terjadi, hingga akhirnya pada tanggal 23 Agustus 1949 di Deenhaag, diselenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB), dan pada tahun 1950 Belanda keluar dari Tanjungbatu. Keluarnya Belanda ini disambut gembira oleh penduduk dan diadakan upacara kedaulatan di lapangan (sekarang Balai Pemuda dan Olahraga) menyambut kebebasan Tanjungbatu dari penjajah.
C. Tokoh-tokoh dan/atau yang telah mengharumkan nama Pulau Kundur
- Huzrin Hood (mantan Bupati Kabupaten Kepulauan Riau, pejuang pembentukan Provinsi Kepulauan Riau)
- Muhammad Sani (mantan Bupati Karimun, mantan Gubernur Kepulauan Riau)
- Hardi Selamat Hood (anggota DPD RI)
- Husnizar Hood (Wakil Ketua DPRD Kepulauan Riau)
- Suhajar Diantoro (mantan Sekda Kepulauan Riau, mantan rektor IPDN, mantan Pejabat Gubernur Bengkulu)
- Amat Tantoso / Tan Sui Hai (pengusaha sukses di Batam, Kepulauan Riau)
- Aunur Rafiq (mantan Wakil Bupati Karimun, sekarang Bupati Karimun)
- Arifin Zainudin (tokoh masyarakat)
- Megalina (Finalis Miss Indonesia 2015 perwakilan Kepulauan Riau)
- Oki Supriadi Koto (seniman, sejarawan dan aktivis muda Budaya Melayu di Yogyakarta)
- Hakas Prayuda (Dosen termuda Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, menjadi dosen di usia 23 tahun)
- Zulfa Hendri (aktivis muda dan mantan Ketua BEM Unri 2014/2015)
- Fikri Arif Fadilah (Hafidz Quran Cilik, Juara II Lomba Hafiz Qur'an 2015 Trans 7)