Pulau Kurudu
Pulau Kurudu adalah sebuah pulau kecil di Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua. Letaknya berada di perairan utara pulau Papua, paling timur dari gugusan pulau-pulau di Teluk Cenderawasih berdekatan dengan Pulau Yapen, Pulau Biak, dan pulau-pulau lainnya membentuk menjadi dinding pembatas antara Teluk Cenderawasih dan Samudera Pasifik.
Pulau Kurudu (Miobo Kurudu) | |
Poelau Koeroedoe, Koeroedoe Eiland, Pulau Kaipuri | |
Pulau | |
Negara | Indonesia |
---|---|
Lalawigan | Provinsi Papua |
Kabupaten | Kabupaten Kepulauan Yapen |
Elevasi | 78 m (256 ft) |
Area | 22,66 km2 (9 sq mi) |
Zona waktu | WIT (UTC+9) |
Berdasarkan verifikasi dan validasi pulau-pulau kecil di provinsi Papua oleh Tim Nasional Pembakuan Rupa Bumi bersama Panitia Pembakuan Nama Rupa Bumi Provinsi Papua, maka Gubernur Provinsi Papua melalui Surat Keputusan Nomor 73 tahun 2008 Tanggal 30 Juni 2008 menetapkan pulau Kurudu sebagai salah satu pulau kecil di provinsi Papua yang terletak di dalam wilayah administratif kabupaten Kepulauan Yapen. Keputusan Gubernur ini menjadi dasar hukum bagi nama Pulau Kurudu. Beberapa pihak menyebut nama pulau ini dengan nama yang keliru, yaitu pulau Kaipuri. Akhirnya kesalahan itu diperbaiki melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi Papua Nomor 73 Tahun 2008 yang menetapkan nama pulau ini sebagai pulau Kurudu.
Sejarah
suntingPulau Kurudu atau disebut sebagai Miobo Krudu oleh penduduk setempat, merupakan salah satu pulau yang termasuk kedalam wilayah Kepulauan Yapen, provinsi Papua. Konon, pulau ini telah dikenal pada masa lalu sebagai pemasok barang-barang dagangan, baik antara sesama pedagang Papua maupun dengan para pedagang dari luar. Hal ini dapat diketahui melalui berbagai catatan-catatan orang Eropa yang pernah menyinggahi pulau ini pada masa VOC sampai masuknya pemerintahan kolonial Belanda di Tanah Papua.[1]
Sejak abad ke-16, pulau Kurudu dicatat oleh bangsa Spanyol dengan nama La Ballena pada 1545. Meski telah dijelajahi pada tahun itu, tidak banyak informasi mengenai pulau Kurudu. Memasuki abad ke-18, pulau ini ditulis dalam buku-buku orang Eropa, tentang aspek perdagangan yang telah mereka amati disana. Sir Thomas Forrest mengunjungi pulau itu pada Februari 1775, dalam bahasa Inggris ia menyebutnya "Island of Krudo" berarti yang pulau Kurudu. Ia juga menulis bahwa masyarakat Kurudu-Kaipuri biasanya mengumpulkan kulit penyu yang akan diperdagangkan dengan pedagang Tiongkok. Wilayah Yapen, Waropen, dan Nabire merupakan tempat-tempat dimana para pedagang Tiongkok, Bugis, Makassar, Seram, dan Eropa melakukan barter dengan penduduk-penduduk di wilayah tersebut.[1]
Orang Kurudu menghasilkan berbagai produk-produk lokal gerabah tanah liat (sempe), ukiran, perahu, dan sagu yang nantinya akan diperdagangkan ke berbagai tempat di pesisir utara Papua. Orang Kurudu juga memiliki jaringan perdagangan sampai ke Sungai Mamberamo dan meluas ke Tanah Tabi (Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura). Misalnya, orang Kurudu membawa produk-produk seperti manik-manik, pisau, piring, dan menukarnya dengan masyarakat Mamberamo.[1]
Pekabaran Injil di pulau Kurudu dilakukan pada tahun 1929 oleh Laurens Tanamal, perjalanan pekabar Injil Laurens Tanamal telah tercatat oleh pendeta Albert Jan de Neef dalam novel berjudul Di Tapal Batas: Mambu Ransar, karya Alex Runggeary yang diterbitkan oleh Nas Media Pustaka di Makassar pada tahun 2022.[2]
Demografi
suntingPulau Kurudu didiami oleh dua kelompok etnis, yakni suku Kurudu di sebelah utara pulau dan suku Kaipuri di selatan pulau ini.[1]
Geografi
suntingPulau ini menjadi titik batas alam dari empat kabupaten yaitu Kabupaten Kepulauan Yapen, kabupaten Mamberamo Raya, kabupaten Waropen, dan kabupaten Biak Numfor. Sebagai pulau di dalam Samudera Pasifik, pulau Kurudu dikelilingi oleh ombak laut yang tinggi besar dan arus pasang surut yang kencang, seolah mengisolasi penduduk pulau Kurudu untuk tidak berhubungan dengan daratan lainnya di Papua.
Pulau Kurudu secara geografis terletak pada koordinat 136°59'17,212" hingga 137°3'11,038" BT dan 1°50'15,267" hingga 1°52'1,574" LS.[3]
Referensi
sunting- ^ a b c d "Orang Kurudu dan Perdagangan di Masa Lalu". www.pustakapapua.com. Diakses tanggal 18 Mei 2023.
- ^ Runggeary, Alex (2022). Di Tapal Batas: Mambu Ransar. edeposit.perpusnas.go.id. Makassar: Nas Media Pustaka. ISBN 978-623-351-471-2.
- ^ Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2021.