Pulau Madu
Pulau Madu (Ejaan Van Ophuijsen: Madoe) adalah salah satu pulau yang berada di gugusan Kepulauan Selayar dan secara administratif masuk pada wilayah Desa Pulo Madu, Kecamatan Pasilambena, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Secara astronomis, pulau ini terletak di titik koordinat .[1]
Koordinat | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Gugus kepulauan | Selayar |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Kabupaten | Kepulauan Selayar |
Luas | 13,4 km² |
Populasi | 1.273 jiwa (tahun 2012) |
Demografi
suntingPenduduk Pulau Madu pada tahun 2012 berjumlah 1.273 jiwa yang terdiri dari 615 jiwa laki-laki dan 658 jiwa perempuan. Jumlah kepala keluarga sebanyak 340 KK. Dari luas wilayah 13,4 km² dengan kepadatan penduduk rata-rata 95 jiwa/km² dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 orang. Penduduk Pulau Madu merupakan penduduk asli pulau, hanya 10% pendatang dari Flores, Bugis, dan Buton. Menurut data dari BPS Kabupaten Kepulauan Selayar, penduduk Pulau Madu 100% beragama Islam, mereka sehari-hari berkomunikasi dengan bahasa Buton.[2]
Mata pencaharian penduduk Pulau Madu umumnya petani dan nelayan. Nelayan umumnya menggunakan jaring dan tali pancing, ikan yang didapatkan biasanya ikan kerapu, kakap, baronang, dan kue. Ikan yang didapat dijual ke pengumpul yang ada di Pulau Madu dengan harga Rp5000/kg. Kemudian pengumpul menjual ikan sudah dalam bentuk digarami ke Flores dengan harga Rp20.000/kg.[2]
Ekosistem dan sumberdaya hayati
suntingPada umumya terumbu karang di Pulau Madu ditemukan di kedalaman <1 meter hingga bibir pantai masih terdapat karang yang bercampur dengan lamun atau patahan karang. Secara umum kondisi terumbu karang di Pulau Madu berkisar antara kategori baik hingga sangat baik.[2]
Terdapat 6 jenis lamun yang ditemukan di perairan Pulau Madu, yaitu Cymodecea serrulata, Cymodocea rotundata, Enhallus acroides, Thalassia hemprichii, Halodule pinifolia, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium. Enam jenis lamun tersebut memiliki jumlah dan ukuran yang berbeda, sehingga nilai kerapatan dan tutupan jenis lamun pun bervariasi.[2]
Ekosistem mangrove di Pulau Madu dapat dijumpai di bagian utara dan barat daya yang tertanam dengan kerapatan mencapai 19 ind/600m². Jenis mangrove yang dapat dijumpai adalah bakau merah (Rhizopora stylosa), pidada (Sonneratia caseolaris) dan Aegiceras floridum. Pada bagian utara pulau, mangrovenya hidup secara menyebar dengan substrat berupa batuan. Pada saat surut sangat terlihat substrat berupa batuan tempat mangrove jenis Rhizopora stylosa, Sonneratia caseolaris dan Aegiceras floridum hidup. Kerapatan mangrove yang terdapat di utara Pulau Madu adalah 8 ind/300m².[2]
Selain pohon kelapa yang merupakan vegetasi utama di Pulau Madu, terdapat pula vegetasi pantai lainnya, salah satunya adalah Spinifex littoreus atau yang biasa disebut gulung-gulung. Banyaknya pohon kelapa yang terdapat di Pulau Madu, menjadikan Pulau Madu sebagai penghasil kopra.[2]
Aktivitas pengelolaan sumberdaya
suntingPulau Madu memiliki 782,89 ha area perkebunan. Penduduk pulau merupakan petani jagung, jambu mete, kopra, ubi, pisang, kacang hijau. Jambu mete panen setiap satu tahun dengan hasil panen sebanyak 10 ton/tahun sedangkan kopra memiliki hasil panen sebanyak 100 ton/bulan. Makanan utama masyarakat Pulau Madu adalah jagung karena produksi jagung setiap tahun di pulau ini cukup tinggi dibandingkan dengan tanaman yang lain.[2]
Sarana dan prasarana
suntingSumber air di Pulau Madu berasal dari sumur dan sumur bor. Sumur sudah ada di setiap rumah namun airnya payau. Sumur bor ada 3 buah yang dibuat dari anggaran Dinas PU. Kekurangan air bersih telah diupayakan untuk ditanggulangi dengan penyediaan alat penyulingan air laut menjadi air minum.[2]
Seluruh rumah tinggal menggunakan generator sebagai tenaga pembangkit listrik, tidak ada jaringan listrik PLN di pulau ini. Generator tersebut melayani kebutuhan listrik warga setiap harinya mulai pukul 18.00 hingga 22.00 WITA.[2]
Sarana transportasi darat yang digunakan masyarakat adalah sepeda motor. Di beberapa dusun memiliki jalan yang sudah dibeton dengan lebar 3 m, sedangkan untuk transportasi laut masyarakat menggunakan kapal kayu untuk melintasi pulau-pulau kecil di sekelilingnya.[2]
Referensi
sunting- ^ Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (2012). "Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia". www.ppk-kp3k.kkp.go.id. Diakses tanggal 25 April 2023.
- ^ a b c d e f g h i j Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (2012). "Data Pulau Madu Kecamatan Pasilambena". www.ppk-kp3k.kkp.go.id. Diakses tanggal 25 April 2023.