Batu apung
Batu apung, atau Pumis (pumice) adalah istilah tekstural untuk batuan vulkanik yang merupakan lava berbuih terpadatkan yang tersusun atas piroklastik kaca yang amat nmikrovesikular dengan dinding batuan beku gunung berapi ekstrusif yang bergelembung, amat tipis dan tembus cahaya. Batu apung adalah produk umum letusan gunung (pembentukan Plinius dan ignimbrit) dan umumnya membentuk zona-zona di bagian atas lava silikat. Batu apung bervariasi dalam hal kepadatannya menurut ketebalan bahan padat antargelombang; banyak sampel yang mengapung di air. Setelah letusan Gunung Krakatau, berton-ton batu apung hanyut ke Lautan Teduh lebih dari 20 tahun, beserta batang pohon yang mengapung dengannya. Batu apung banyak digunakan untuk membuat beton ringan atau yang kepadatannya rendah dan insulatif. Juga digunakan sebagai bahan penggosok, seperti pelitur, penghapus pensil, pengelupas kosmetik, mencuci piring dll.
Sifat vesikuler batu apung sangat tinggi karena memiliki jumlah sel seluler yang banyak akibat ekspansi buih gas yang ada di dalamnya. Ruang pori (vesikel) dalam batu apung dibatasi oleh dinding tipis sehingga berat jenis batuan ini sangat kecil yang menyebabkannya mampu mengapung di atas air. Batuan ini mempunyai berat jenis <1, dan sering mengandung oksida seperti K2O, SiO2, MgO, CaO, dan Fe2O3. Sifat fisik dan kimia batu apung yang lainnya adalah mempunyai LOI 6%, PH 5, tingkat peresapan air 16,67%, dan konduktivitas panas yang rendah. Mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung biasanya adalah tridimit, kuarsa, kristobalit, dan feldspar.[1]
Referensi
sunting- ^ "Jenis, Asal, dan Kegunaan Batu Apung (Pumice)". Diakses tanggal 2020-10-22.