Putu Wijaya
I Gusti Ngurah Putu Wijaya (lahir 11 April 1944) adalah seorang sastrawan yang dikenal serba bisa. Ia adalah seorang penulis drama, cerpen, esai, novel, skenario film dan sinetron,[1] tokoh teater, dan pelukis
Putu Wijaya | |
---|---|
Lahir | I Gusti Ngurah Putu Wijaya 11 April 1944 Tabanan, Bali |
Pekerjaan | Penulis, tokoh teater, pelukis |
Bahasa | Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Pendidikan | Sarjana Hukum (Universitas Gadjah Mada) |
Periode | 1960-an – sekarang |
Genre | drama, novel, cerpen, esai |
Aliran sastra | Realisme magis |
Karya terkenal | Telegram, Pabrik, dll |
Penghargaan | Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta1979 dan 1980 Penulis skenario terbaik dari Festival Film Indonesia 1980, 1985, dan 1992 |
Riwayat Hidup
suntingPutu Wijaya adalah bungsu dari lima bersaudara seayah maupun dari tiga bersaudara seibu. Ia tinggal di kompleks perumahan besar, yang dihuni sekitar 200 orang, baik anggota keluarga dekat dan jauh. Putu mempunyai kebiasaan membaca sejak kecil. Ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorang pensiunan punggawa yang keras dalam mendidik anak dan ibunya yang bernama Mekel Ermawati. Semula, ayahnya mengharapkan Putu jadi dokter. Namun, Putu lemah dalam ilmu pasti. Ia akrab dengan sejarah, bahasa, dan ilmu bumi.
Karier
suntingPutu menulis sejak SMP. Tulisan pertamanya sebuah cerita pendek berjudul "Etsa" dimuat di harian Suluh Indonesia, Bali. Pertama kali main drama ketika di SMA, memainkan drama sendiri dan menyutradarai dengan kelompok yang didirikannya sendiri di Yogyakarta. Putu bergabung dengan Bengkel Teater pada 1967-1969. Kemudian ia bergabung dengan Teater Kecil di Jakarta. Sempat main satu kali dalam pementasan Teater Populer. Selanjutnya bergabung dengan Teater Mandiri yang didirikan pada tahun 1971, dengan konsep "Bertolak dari Yang Ada".[2]
Putu Wijaya sudah menulis kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esei, artikel lepas, dan kritik drama. Ia juga telah menulis skenario film dan sinetron. Sebagai seorang dramawan, ia memimpin Teater Mandiri sejak 1971, dan telah mementaskan puluhan lakon di dalam maupun di luar negeri. Di antaranya yaitu mementaskan naskah Gerr (Geez), dan Aum (Roar) di Madison, Connecticut dan di LaMaMa, New York City, dan pada tahun 1991 membawa Teater Mandiri dengan pertunjukkan Yel keliling Amerika.[3] Puluhan penghargaan ia raih atas karya sastra dan skenario sinetron.
Cerita pendek karangannya kerap mengisi kolom pada Harian Kompas dan Sinar Harapan. Novel-novel karyanya sering muncul di majalah Kartini, Femina, dan Horison. Sebagai penulis skenario, ia telah dua kali meraih Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI), untuk Perawan Desa (1980), dan Kembang Kertas (1985). Sebagai seorang penulis fiksi yang produktif, sudah banyak buku yang dihasilkannya. Di antaranya, yang banyak diperbincangkan adalah Bila Malam Bertambah Malam, Telegram, Pabrik, Keok, Tiba-Tiba Malam, Sobat, dan Nyali. Sejumlah karyanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Inggris, Rusia, Perancis, Jepang, Arab, dan Thailand.[4]
Komponis Ananda Sukarlan telah membuat dua "opera komedi" dari cerpen Putu Wijaya, yaitu Laki-Laki Sejati (pada pertunjukan perdananya dinyanyikan oleh dua soprano, Evelyn Merrelita dan Eriyani Tenga Lunga) dan Mendadak Kaya (dari cerpen "Kaya". Pertunjukan perdananya dinyanyikan oleh dua tenor Adi "Didut" Nugroho dan Pharel Jonathan Silaban). Dua opera ini sering dimainkan oleh penyanyi lain, antara lain oleh soprano terkemuka Mariska Setiawan .
Pendidikan
suntingFilmografi
suntingFilm
suntingTahun | Judul | Peran | Catatan |
---|---|---|---|
1971 | Malin Kundang | Malin dewasa | |
1972 | Kabut di Kintamani | ||
1973 | The Virgin of Bali | ||
1989 | Nyoman Cinta Merah Putih | ||
2011 | Serdadu Kumbang | Haji Mesa |
Tahun | Judul | Peran | Catatan |
---|---|---|---|
1978 | Perawan Desa | Sebagai penulis | Debut dalam penulisan |
1979 | Dr. Siti Pertiwi Kembali ke Desa | ||
Bayang-Bayang Kelabu | |||
Sepasang Merpati | |||
1981 | dr. Karmila | ||
1982 | Bunga Bangsa | ||
Tapak-Tapak Kaki Wolter Monginsidi | |||
1984 | Kembang Kertas | ||
1989 | Joe Turun ke Desa | ||
Bercinta dalam Mimpi | |||
Cas Cis Cus (Sonata di Tengah Kota) | Sebagai penulis dan sutradara | Debut dalam penyutradaraan | |
1990 | Perasaan Perempuan | Sebagai penulis | |
Boss Carmad | |||
1991 | Zig Zag (Anak Jalanan) | Sebagai penulis dan sutradara | |
Plong (Naik Daun) | |||
1992 | Ramadhan dan Ramona | Sebagai penulis | |
1997 | Blanco, The Colour of Love | ||
Telegram | |||
2000 | Sebuah Pertanyaan untuk Cinta | ||
2007 | Bali Forever |
Karya-karya
suntingTeater
sunting- Admin -R, YMI (2012-sekarang)
Penulis skenario sinetron
suntingAntara lain :
- Keluarga Rahmat
- Pas
- None
- Warung Tegal
- Dukun Palsu (komedi terbaik pada FSI 1995)
- Jari-Jari Cinta
- Balada Dangdut
- Dendam
- Cerpen Metropolitan
- Plot
- Klop
- Melangkah di Atas Awan
- Nostalgia
- Tiada Kata Berpisah
- Intrik
- Bukan Impian Semusim
- Pantang Menyerah
- Api Cinta Antonio Blanco
- Sejuta Makna dalam Kata
- Nona-Noni
Karya drama
sunting- Dalam Cahaya Bulan (1966)
- Lautan Bernyanyi (1967)
- Bila Malam Bertambah Malam (1970)
- Invalid (1974)
- Tak Sampai Tiga Bulan (1974)
- Anu (1974)
- Aduh (1975)
- Dag-Dig-Dug (1976)
- Gerr (1986)
- Edan (1988)
- Hum-Pim-Pah (1992)
- Konspirasi Kemakmuran
- Blong
- Ayo
- Awas
- Labil Ekonomi
- Aum
- Zat
- Tai
- Front
- Aib
- Wah
- Hah
- Jepretin tuh Staples! (2011)
- Aeng
- Aut
- Dar-Dir-Dor
Karya novel
sunting- Bila Malam Bertambah Malam (1971)
- Berlatar di Yogyakarta dan Pulau Bali, dengan para tokohnya ialah I Gusti Ngurah Ketut Mantri, Gusti Biang, Ngurah, Wayan, dan Nyoman.[5]
- Telegram (1972)
- Stasiun (1977)
- Pabrik (1976)
- Keok (1978)
- Aduh
- Bali
- Dag-dig-dug
- GURU
- Gres
- Lho (1982)
- Merdeka
- Nyali
- Byar Pet (Pustaka Firdaus, 1995)
- Kroco (Pustaka Firdaus, 1995)
- Dar Der Dor (Grasindo, 1996)
- Aus (Grasindo, 1996)
- Sobat (1981)
- Tiba-Tiba Malam (1977)
- Pol (1987)
- Putri
- Terror (1991)
- Merdeka (1994)
- Perang (1992)
- Lima (1992)
- Nol (1992)
- Dang Dut (1992)
- Cas-Cis-Cus (1995)
Karya cerpen
sunting- Karyanya yang berupa cerpen terkumpul dalam kumpulan cerpen Bom (1978)
- Es Campur (1980)
- Gres (1982)
- Klop
- Bor
- Protes (1994)
- Darah (1995)
- Yel (1995)
- Blok (1994)
- Zig Zag (1996)
- Tidak (1999)
- Peradilan Rakyat (2006)
- Keadilan (2012)
Karya Novelet:
- MS (1977)
- Tak Cukup Sedih (1977)
- Ratu (1977)
- Sah (1977)
Karya esai
suntingKarya esainya terdapat dalam kumpulan esai Beban, Kentut, Samar, Pembabatan, Klise, Tradisi Baru, Terror Mental, dan Bertolak dari yang Ada.
Tanggapan atas Putu Wijaya
suntingRachmat Djoko Pradopo mengatakan bahwa Putu Wijaya berani mengungkapkan kenyataan hidup karena dorongan naluri yang terpendam dalam bawah sadar. Efek yang dirasa pembaca atau penonton dalam karya-karya Putu Wijaya adalah keterkejutan atau teror terhadap diri manusia sendiri. Ada yang kadang-kadang tidak dapat diduga dalam diri manusia, walaupun sebenarnya teror itu ada dalam diri manusia itu, dalam alam bawah sadarnya.[6]
- Rachmat Djoko Pradopo dkk. 1985. Memahami Drama Putu Wijaya: Aduh
- Ellen Raferty (ed.). 1988. Putu Wijaya in Performance: An Approach to Indonesian Theater. Wisconsin
- Th. Sri Rahayu Prihatmi. "Cerkan-Cerkan Fantastik Putu Wijaya". disertasi UI, 1993
Kegiatan lainnya
sunting- Wartawan majalah Ekspres (1969)
- Dosen teater Institut Kesenian Jakarta (1977-1980)
- Wartawan majalah Tempo (1971-1979)
- Redaktur Pelaksana majalah Zaman (1979-1985)
- Dosen tamu teater dan sastra Indonesia modern di Universitas Wisconsin dan Universitas Illinois, AS (1985-1988)
Prestasi dan pengakuan
sunting- Pemenang penulisan lakon Depsos (Yogyakarta)
- Pemenang penulisan puisi Suluh Indonesia Bali
- Pemenang penulisan novel IKAPI
- Pemenang penulisan drama BPTNI
- Pemenang penulisan drama Safari
- Pemenang penulisan cerita film Deppen (1977)
- Tiga kali pemenang sayembara penulisan novel DKJ
- Empat kali pemenang sayembara penulisan lakon DKJ
- Pemenang penulisan esei DKJ
- Dua kali pemenang penulisan novel Femina
- Dua kali pemenang penulisan cerpen Femina
- Pemenang penulisan cerpen Kartini
- Hadiah buku terbaik Depdikbud (Yel)
- Pemenang sinetron komedi FSI (1995)
- SEA Write Award 1980 di Bangkok
- Pemenang penulisan esei Kompas
- Anugerah Seni dari Menteri P&K, Dr Fuad Hasan (1991)
- Penerima Profesional Fellowship dari The Japan Foundation Kyoto, Jepang (1991-1992)
- Anugerah Seni dari Gubernur Bali (1993)
- Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan Presiden RI (2004)
- Penghargaan Achmad Bakrie (2007)
- Penghargaan Akademi Jakarta (2009)
Penghargaan dan nominasi
suntingPenghargaan | Tahun | Kategori | Karya yang dinominasikan | Hasil |
---|---|---|---|---|
Festival Film Indonesia | 1980 | Penulis Skenario Terbaik | Perawan Desa | Menang |
1983 | Bunga Bangsa | Nominasi | ||
Penulis Cerita Asli Terbaik | Nominasi | |||
1985 | Penulis Skenario Terbaik | Kembang Kertas | Menang | |
1990 | Sutradara Terbaik | Cas Cis Cus (Sonata di Tengah Kota) | Nominasi | |
Penulis Skenario Terbaik | Nominasi | |||
1992 | Sutradara Terbaik | Plong (Naik Daun) | Nominasi | |
Penulis Skenario Terbaik | Nominasi | |||
Ramadhan dan Ramona | Menang | |||
Penulis Cerita Asli Terbaik | Nominasi | |||
Festival Film Bandung | 2014 | Penerima |
Rujukan
sunting- ^ (Indonesia) Rampan, Korrie. Leksikon Sastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 367.
- ^ (Indonesia) Wijaya, Putu. Bor: Esai-esai Budaya. Yayasan Bentang Budaya, 1999, Yogyakarta. Halaman 347.
- ^ (Indonesia) Wijaya, Putu, Uap. Yayasan Bentang Budaya, 1999, Yogyakarta. Halaman 234.
- ^ (Indonesia) Wijaya, Putu, Kroco. Pustaka Firdaus, 1995, Jakarta. Halaman 126.
- ^ Rani, S.A., dan Sugriati, E. (1999). 115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia. hlm. 49. ISBN 979-730-120-6.
- ^ a b Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. (2004). Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. ISBN 979-9012-12-0 hlm. 674