QAnon malis
QAnon malis adalah kumpulan metode dan strategi yang memanfaatkan estetika "lembut" dan feminin[2] terutama warna pastel atau malis untuk menarik perempuan ke dalam teori konspirasi QAnon, sering kali menggunakan situs media sosial arus utama seperti Instagram, Facebook, Telegram dan YouTube.[3]
Pemengaruh media sosial QAnon malis fokus pada aspek teori konspirasi yang cenderung menarik naluri keibuan misalnya topik tentang pencegahan pelecehan seksual terhadap anak dan pelacuran anak dengan strategi menggunakan bahasa yang emosional dan menarik. Hal ini cukup populer di kalangan selebriti internet kesehatan, yoga, dan Zaman baru.[4]
Istilah "QAnon malis" diciptakan oleh Marc-André Argentino, peneliti di Universitas Concordia di Kanada.[5]
Latar belakang
suntingQAnon adalah teori konspirasi politik sayap kanan Amerika dan gerakan politik massal yang berpusat di sekitar klaim palsu yang dibuat oleh individu anonim atau individu yang dikenal sebagai "Q" yang diidentifikasikan sebagai bagian dari komplotan rahasia penyembah setan, pelaku pelecehan seksual yang mengincar anak-anak, operator perdagangan seks anak global dan kelompok yang bersekongkol melawan mantan Presiden AS Donald Trump selama masa jabatannya.[6]
Meskipun QAnon muncul dari kelompok online yang didominasi laki-laki, namun demografi utama pendukung QAnon adalah perempuan.[7] Menurut ilmuwan politik Lorna Bracewell, gerakan sayap kanan seperti QAnon yang berfokus pada perlindungan anak, "menyerukan kecemasan dan ketakutan yang feminin untuk mengatur kemarahan yang juga feminin". Bracewell mencatat kesamaan dengan gerakan Tea Party, yang menarik para pemimpin perempuan lokal dan nasional seperti calon wakil presiden Sarah Palin. Gerakan QAnon juga mengacu pada gagasan keibuan tentang perwalian; misalnya, "mama grizzli" yang melindungi anak-anaknya.[8]
Sasaran
suntingMenurut BuzzFeed News, selebriti internet gaya hidup mulai menyebarkan pesan-pesan berwarna malis yang tidak berhubungan dengan QAnon di Instagram sejak April 2020,[9] sebagian besar dengan konten tentang pandemi Covid-19 yang sekaligus menjadi sumber utama misinformasi.[10] Dalam hal ini, QAnon malis memang menargetkan komunitas dan gerakan keperempuanan.[11]
Pesan-pesan tersebut menarik bagi perempuan kulit putih yang memilih Partai Republik, khususnya "ibu-ibu sepak bola" di pinggiran kota.[12] Komunitas ini terkadang disebut sebagai "QAmoms",[13] istilah yang digunakan pengikut untuk menyebut diri mereka sendiri.[7] Hal ini telah dikaitkan dengan kelompok pemasaran berjenjang, industri kesehatan, dan pemengaruh media sosial, serta komersialisasi gerakan QAnon secara umum yang dilaksanakan "dalam konsep tontonan".[14]
Konten
suntingPesan berportal
suntingQAnon malis menggunakan pesan-pesan media sosial tentang perlindungan anak, perdagangan anak, kesehatan dan topik-topik lainnya sebagai pintu masuk dan membingkai pesan-pesan tersebut menggunakan bahasa yang ringan dan inspiratif.[11] Seringnya, konten yang ada bersifat anekdot dan informal.[13] Pesan-pesan tersebut tidak selalu mengidentifikasi diri mereka terkait dengan QAnon dan poster sering kali menyangkal pengetahuan tentang QAnon tetapi menyebarkan teori konspirasi yang sama dengan cara yang dirancang untuk pembaca perempuan, seperti pada kampanye #SavetheChildren yang harusnya fokus pada seks anak dan perdagangan manusia tetapi malah berisi konten terkait QAnon.[15]
Estetika
suntingQAnon malis menggunakan estetika feminin, palet warna malis, citra inspiratif, fon lucu, bahasa desain dan frasa yang biasa digunakan untuk memasarkan produk dan layanan untuk wanita.[15] Estetika ini mencakup hiasan kerlip, warna yang encer, fon kursif, ilustrasi dengan foto pemandangan alam, mode, tata rias, dan gaya hidup aspiratif; serta kutipan-kutipan spiritual dan motivasi, dengan gaya yang familiar bagi kelompok sasaran agar menarik.[11]
Lihat juga
suntingReferensi
sunting- ^ Spring, Marianna (July 15, 2020). "Wayfair: The false conspiracy about a furniture firm and child trafficking". BBC. Diakses tanggal 2024-12-19.
- ^ Sardarizadeh, Shayan (2020-10-12). "What's behind the rise of QAnon in the UK?". BBC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-18.
- ^ McGowan, Michael (2021-02-24). "How the wellness and influencer crowd serve conspiracies to the masses". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2024-12-18.
- ^ Kale, Sirin (2021-11-11). "Chakras, crystals and conspiracy theories: how the wellness industry turned its back on Covid science". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2024-12-18.
- ^ Argentino, Marc-André (2021-01-07). "QAnon and the storm of the U.S. Capitol: The offline effect of online conspiracy theories". The Conversation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-18.
- ^ Bracewell, Lorna (2021-01-21). "Gender, Populism, and the QAnon Conspiracy Movement". Frontiers in Sociology (dalam bahasa English). 5. doi:10.3389/fsoc.2020.615727. ISSN 2297-7775. PMC PMC8022489 Periksa nilai
|pmc=
(bantuan). PMID 33869533 Periksa nilai|pmid=
(bantuan). - ^ a b c Bloom, Mia; Moskalenko, Sophia (2021). Pastels and pedophiles: inside the mind of QAnon. Stanford, California: Redwood Press. ISBN 978-1-5036-3029-1.
- ^ Bracewell, Lorna (2021-01-21). "Gender, Populism, and the QAnon Conspiracy Movement". Frontiers in Sociology (dalam bahasa English). 5. doi:10.3389/fsoc.2020.615727. ISSN 2297-7775. PMC PMC8022489 Periksa nilai
|pmc=
(bantuan). PMID 33869533 Periksa nilai|pmid=
(bantuan). - ^ Broderick, Stephanie McNeal, Ryan (2020-04-04). "Lifestyle Influencers Are Now Sharing Some Bogus Far-Right Conspiracy Theories About The Coronavirus On Instagram". BuzzFeed News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-19.
- ^ McNeal, Stephanie (2021-01-22). "The Face Of QAnon Isn't Just White Dudes With Guns, It's Instagram #BoyMoms". BuzzFeed News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-19.
- ^ a b c Tiffany, Kaitlyn (2020-08-18). "The Women Making Conspiracy Theories Beautiful". The Atlantic (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-19.
- ^ "The Real Housewives of QAnon". ELLE (dalam bahasa Inggris). 2020-10-29. Diakses tanggal 2024-12-19.
- ^ a b Rothschild, Mike (2022). The storm is upon us: how QAnon became a movement, cult, and conspiracy theory of everything. Brooklyn: Melville House. ISBN 978-1-68589-018-6. OCLC 1341404908.
- ^ Alperstein, Neil (2021). "Performing Media Activism in the Digital Age". SpringerLink (dalam bahasa Inggris). doi:10.1007/978-3-030-73804-4.
- ^ a b Haubursin, Christophe (2020-10-28). "The Instagram aesthetic that made QAnon mainstream". Vox (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-19.