Qian Xuesen (Hanzi sederhana: 钱学森; Hanzi tradisional: 錢學森; Pinyin: Qián Xuésēn; Wade–Giles: Ch'ien Hsüeh-sên) (11 Desember 1911 – 31 Oktober 2009) merupakan perintis teknologi roket baik di Amerika Serikat maupun Cina.

Qian Xuesen (Tsien Hsue-shen)
Lahir(1911-12-11)11 Desember 1911
Hangzhou, China
Meninggal31 Oktober 2009(2009-10-31) (umur 97)
Beijing, China
AlmamaterUniversitas Chiao Tung Nasional
Institut Teknologi Massachusetts
Institut Teknologi California
Dikenal atasJet Propulsion Laboratory (JPL)
Suami/istriJiang Ying
Karier ilmiah
BidangAeronautics
InstitusiInstitut Teknologi California
Pembimbing doktoralTheodore von Kármán

Qian bersama beberapa insinyur Amerika Serikat ikut mendirikan Jet Propulsion Laboratory pada 1936, lembaga yang di belakang hari menjadi salah satu lengan utama NASA.

Jenius Cina ini kembali ke kampung halaman, meski sudah berkewarganegaraan Amerika Serikat, karena ia dicurigai sebagai seorang komunis. Sesampai di Tiongkok, ia segera melatih insinyur negerinya membuat roket dan mengajukan proposal penelitian pembuatan roket.

Hasilnya, Cina memiliki peluru kendali antar benua serta roket yang saat ini tidak hanya membawa satelit tetapi juga astronaut.

Karier Qian dimulai setelah ia lulus kuliah pada 1934 di Universitas Jiaotong, Qian, Cina, pada usia 23 tahun. Sebagai sarjana pintar, dua tahun berikutnya ia mendapat beasiswa di California Institute of Technology dan belajar dari Theodore von Karman, orang yang bisa disebut bapak roket Amerika Serikat.

Pada tahun ia datang itu pula, Jet Propulsion Laboratory didirikan oleh Karman bersama sejumlah jenius lain termasuk Qian. Saat Perang Dunia II, laboratorium ini berusaha melawan roket balistik pertama dunia: V-2 buatan Jerman. Qian pun berstatus sebagai konsultan Pentagon dan mendapat pangkat asimilasi kolonel.

Setelah Perang Dunia II selesai, Qian dikirim ke Jerman dan mengais-ngais teknologi V-2 serta mewawancarai pembuatnya, Wernher von Braun. Saat itu usia Qian baru 30-an tahun tetapi Karman sudah menyebutnya sebagai jenius.

Pada usia 1949, ia melamar menjadi warga negara Amerika Serikat. Tapi pihak imigrasi menemukan namanya ada dalam satu dokumen Partai Komunis Amerika Serikat, sehingga mereka menolak. Hanya dua pekan setelah ia dicurigai komunis, kariernya langsung berhenti.

Saat itu Amerika Serikat sedang berada di puncak antikomunis. Semua yang berbau komunis, langsung dijungkalkan.

Qian sendiri pada dasarnya bukan komunis. Istri yang ia nikahi pada 1947, misalnya, adalah Jiang Ying. Jiang Ying ini akan seorang jenderal dan tangan kanan Chiang Kai-shek, pemimpin Cina nasionalis yang akhirnya tersingkir ke Taiwan.

Qian, yang jengkel, akhirnya menyatakan akan kembali ke Tiongkok. Amerika segera menahannya. Akhirnya, dengan ditukar tawanan perang Amerika yang ditahan Cina dalam Perang Korea, Qian bisa kembali ke kampung halamannya.

Banyak pihak berusaha agar Qian tetap bekerja di Amerika Serikat. Pihak Pentagon salah satunya. Begitu pula pihak California Institute of Technology, juga berusaha membebaskan Qian dari tahanan sampai menyewa pengacara untuknya.

Kurang dari setahun setelah kembali ke Tiongkok, Qian mengusulkan kepada pemerintah Tiongkok untuk membuat roket balistik. Proposal itu disetujui pemerintah Tiongkok dan pada akhir 1956, Qian menjadi direkturnya.

Pada 1958, Qian merampungkan perencanaan rudal balistik Dongfeng. Rudal ini semula meminjam teknologi Rusia. Rusia, seperti Amerika Serikat, awalnya mengendalikan teknologi V2 Jerman.

Belakangan Dongfeng menjadi rudal antarbenua dan sampai sekarang masih menjadi andalan Cina. Selain itu, Dongfeng juga menjadi basis teknologi roket Long March yang menjadi andalan Cina untuk meluncurkan satelit serta astronaut.

Sumber

sunting

Kutipan

sunting

Pranala luar

sunting