Ramathipadi I (bahasa Khmer: រាមាធិបតីទី១; 1614 – 1659), juga dikenal sebagai Ponhea Chan (bahasa Khmer: ពញាចន្ទ dibaca [pʰɲiə.cɑn]), Cau Bana Cand atau Sultan Ibrahim (Jawi: سلطان إبراهيم), yang memerintah dari 1642 sampai 1658, adalah raja Kamboja pertama dan satu-satunya yang menjadi mualaf.

Ramathipadi I
Sultan Ibrahim
سلطان إبراهيم
Raja Kamboja
Berkuasa1642–1658
PendahuluBatom Reachea (Ang Non I)
PenerusBarom Reachea V
Kelahiran1614
Kematian1659
PasanganNeak Moneang Kapah Pau (seorang Melayu)
KeturunanPutri Dav Kshatriyi
Nama lengkap
Ramathipadi I
Sultan Ibrahim
WangsaDinasti Varman
AyahChey Chettha II
IbuNeak Moneang Pussa (dari Lan Xang)
AgamaBuddha, kemudianIslam

Sumber

sunting

Kehidupan Ramathipadi I umumnya diketahui melalui tiga sumber kontemporer: Kronik Kerajaan Kamboja, buku harian para saudagar Belanda, dan laporan para misionaris Prancis.

Kronik Kerajaan Kamboja dari 1594 sampai 1677 disunting dan diterbitkan oleh Mak Phoeun pada 1981 dengan dukungan dari Ecole française d'Extrême-Orient, meskipun para sejarawan seperti Michael Vickery atau Sok Khin[1] mengkritik akurasinya.

Untuk periode yang meliputi masa kekuasaan Ramathipadi I, terdapat juga sumber-sumber Belanda, semuanya berdasarkan pada laporan para pejabat Perusahaan Hindia Timur Belanda.[2]

Kisah Ramathipadi I menjadi mualaf dalam laporan para misionaris Prancis berasal dari tahun 1682 dan 1685.[3]

Biografi

sunting

Ramathipadi I adalah putra ketiga dari Chey Chettha II.

Kenaikan takhta dan menjadi mualaf

sunting

Setelah kematian Raja Ang Tong Reachea pada 1640, pamannya Barom Reachea menempatkan putranya sendiri di takhta sebagai Botum Reachea I. Dengan bantuan para saudagar Muslim dari Malaya, dan dukungan ratu Vietnam Ngoc Van, Ponhea Chan membunuh sepupunya Ang Non I serta pamannya Barom Reachea pada 1642, dan naik takhta dengan nama Botum Reachea I.

Ia menjadi mualaf dan mengganti namanya menjadi Sultan Ibrahim.

Raja saudagar: Phnom Penh sebagai pusat komersial

sunting

Ramathipadi I sangat dipengaruhi oleh kehidupan dan praktek para saudagar Melayu Muslim. Pada masa kekuasaannya, Phnom Penh masih menjadi tempat penting: para saudagar datang dari seluruh belahan wilayah, Kristen Jepang yang mengungsi ke Kamboja serta para loyalis Ming yang datang usai kejatuhan dinasti tersebut pada 1644, yang membentuk komunitas asing terbesar di Kamboja. Pada 1630an, Perusahaan Hindia Timur Belanda mendirikan sebuah pos di Phnom Penh, utamanya untuk membeli kulit rusa.[4] Namun, ketegangan timbul di kalangan kelompok yang memiliki berbagai kepentingan: Belanda, Portugis dan Melayu. Ia mulai mengusir Perusahaan Hindia Timur Belanda. Pada 1643, Perang Kamboja-Belanda timbul.[5] Menurut sumber-sumber Belanda, para perwakilan Perusahaan Hindia Timur Belanda dibantai dan sisanya ditahan atas permintaan pesaingnya Portugis.

Penggulingan raja

sunting

Namun, kebanyakan orang Kamboja adalah Buddhis dan ingin melengserkannya, dan mendapatkan bantuan dari pemimpin Nguyễn Vietnam. Pada 1658, Raja Narai dari Siam bersiap untuk menginvasi Kamboja dari Barat, mendorong Ang So untuk memimpin pemberontakan dari Timur melawan Reameathipedei I.

Pada 1658, pasukan Vietnam menginvasi Kamboja, menggulingkannya, dan menahannya[6] di Quảng Bình. Ia meninggal pada tahun berikutnya, mungkin dibunuh oleh Vietnam atau karena penyakit.[7]

Dampak

sunting

Di Kamboja pada saat ini, Ramathipadi I menjadi figur penting untuk komunitas Cham di Kamboja, karena ia menjalin hubungan jangka panjang antara Cham dan Khmer, meskipun kebanyakan orang tak menyadarinya.[8]

Referensi

sunting
  1. ^ Khin, Sok (1986). "Quelques réflexions sur la valeur historique des chroniques royales du Cambodge". Bulletin de l'École française d'Extrême-Orient. 75 (1): 197–214. doi:10.3406/befeo.1986.1705. 
  2. ^ Kersten, Carool (2006). "Cambodia's Muslim King: Khmer and Dutch Sources on the Conversion of Reameathipadei I, 1642-1658". Journal of Southeast Asian Studies. 37 (1): 1–22. ISSN 0022-4634. 
  3. ^ Launay, Adrien. Histoire de la mission de Cochinchine, 1658-1823 : documents historiques des Archives des Missions étrangères. ISBN 2-914402-00-7. OCLC 48265959. 
  4. ^ Andaya, Barbara Watson; Andaya, Leonard Y. (2015-02-19). A History of Early Modern Southeast Asia, 1400-1830 (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 226. ISBN 978-0-521-88992-6. 
  5. ^ Kiernan 2008, p. 157.
  6. ^ Kiernan 2008, p. 158.
  7. ^ Chandler, David P. (2008). A history of Cambodia (edisi ke-4th). Westview Press. hlm. 105. ISBN 978-0813343631. 
  8. ^ Osman, Mohamed Nawab Mohamed (2017-06-19). Islam And Peacebuilding In The Asia-pacific (dalam bahasa Inggris). World Scientific. hlm. 12. ISBN 978-981-4749-83-1. 

Daftar pustaka

sunting