Ranjau darat di Ukraina

Ranjau darat di Ukraina adalah salah satu permasalahan sisa perang yang menjadi ancaman bagi sekitar 2 juta orang yang tinggal di timur Ukraina. Akibat hal ini, Ukraina menempati urutan kelima di dunia untuk korban sipil akibat ranjau darat dan bahan peledak sisa perang, dan di posisi tiga teratas untuk kecelakaan ranjau darat antikendaraan.[1] Bahkan sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu, Ukraina dipenuhi dengan ranjau dan amunisi yang berasal dari perang dunia pada abad ke-20 dan perang di Donbas sejak 2014 lalu.[2]

Ranjau darat anti tank

Seluas 62.000 mil2 wilayah di Ukraina diperkirakan terkontaminasi oleh ranjau darat dan senjata lain yang belum meledak. Sebanyak 10% wilayah tersebut adalah lahan pertanian Ukraina, sehingga tidak memungkinkan untuk bertani dengan aman. Beberapa pihak saat ini sedang melakukan upaya penjinakan dan pembersihan ranjau darat yang sudah tertanam dan yang belum meledak. Pemerintah Ukraina memperkirakan sebanyak 5 juta lebih orang tinggal di daerah berisiko tersebut dan dibutuhkan sekitar 2 ribu orang untuk membersihkannya.[3]

Saat ini beberapa negara berinisiatif turut membantu upaya pembersihan ranjau darat ini, salah satunya adalah Amerika Serikat yang menyediakan dana sebesar $89 juta untuk membantu membersihkan ranjau darat yang berada di sekitaran Kyiv. Dana ini akan digunakan untuk membiayai tim penjinak ranjau dan membantu melatih serta melengkapi pasukan Ukraina yang bertugas memindahkan ranjau.[4]

Jepang juga akan mendukung Ukraina dalam penghapusan ranjau darat yang ditanam oleh pasukan Rusia dengan mengalokasikan dana sekitar ¥60 miliar juga bekerja sama dengan Kamboja, yang memiliki keahlian dalam pembersihan ranjau darat serta berencana memberikan alat pendeteksi ranjau darat ke Ukraina. Beberapa ahli memperkirakan akan memakan waktu setidaknya 10 tahun untuk membersihkan semua ranjau darat dan peluru yang tidak meledak.[5]

Sejarah

sunting
 
Ledakan ranjau darat

Penggunaan ranjau darat selama invasi Rusia di Ukraina telah mendapat kecaman dari presiden Perjanjian Pelarangan Ranjau dan perwakilan kongres AS seperti Senator Patrick Leahy. Bahkan turut membuat organisasi seperti Kampanye Internasional untuk Melarang Ranjau Darat, peraih Nobel Perdamaian 1997, juga mengutuk penggunaan ranjau darat di Ukraina. Hal ini disebabkan latar belakang dari Ukraina yang menandatangani Traktat Pelarangan Ranjau pada 24 Februari 1999 dan menjadi negara pihak pada 1 Juni 2006.

Saat ini belum ditemukan informasi yang kredibel terkait pemerintah Ukraina yang menggunakan ranjau anti-personil dan melanggar Perjanjian Pelarangan Ranjau sejak 2014 hingga 2022.[6] Tercacat bahwa selama 2014 hingga 2015, pasukan yang didukung Rusia di Ukraina timur menggunakan ranjau darat di Donetsk dan Luhansk dan berlanjut di tahun-tahun berikutnya dan penggunaan ranjau anti-personil, ranjau anti-kendaraan, dan jebakan yang diaktifkan oleh korban.[7]

Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan bahwa selama 2015 sekitar 37.000 km persegi wilayah republik Donetsk dan Luhansk telah terkontaminasi oleh senjata tidak meledak dan ranjau, yang sebagian besar berada di 457 km garis kontak antara tentara dan milisi Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk.

Saat ini, pembersihan ranjau telah dilakukan di wilayah timur Kramatorsk dan Mariupol sejak 2016 oleh Organisasi non pemerintah, HALO Trust. Selain itu, organisasi yang 98% stafnya adalah warga asli Ukraina ini juga membersihkan ranjau di Peremoha, Chernihiv serta di daerah lain yang dirusak oleh invasi Rusia.[8]

HALO Trust memiliki metode tersendiri yang telah disempurnakan untuk mengidentifikasi ladang ranjau yang berasal dari informasi sumber terbuka dan kesaksian dari warga. Namun, jumlah ladang ranjau yang dihadapi sangat besar, khususnya di sekitar Kharkiv dimana ranjau berada di mana-mana di lokasi pertempuran terjadi.

Selama invasi Rusia

sunting
 
Ranjau darat Rusia selama serangan balasan di selatan Ukraina 2022

Selama invasi di Ukraina tahun 2022, pasukan Rusia menggunakan ranjau darat yang menyebabkan korban sipil dan mengganggu produksi pangan.[9] Pasukan Rusia menggunakan tujuh jenis ranjau anti-personil di empat wilayah Ukraina: Donetsk, Kharkiv, Kyiv, dan Sumy. Hal ini adalah hal yang tidak umum di mana sebuah negara yang bukan pihak dalam Perjanjian Pelarangan Ranjau 1997 menggunakan senjata tersebut di wilayah salah satu pihak dalam perjanjian tersebut.

Rusia tidak bergabung dalam traktat tersebut, tetapi terikat oleh larangan dan pembatasan terhadap ranjau, jebakan, dan perangkat lain yang tertuang dalam Amandemen Protokol II Konvensi PBB tentang Senjata Konvensional (CCW), serta Protokol I Konvensi Jenewa dan hukum humaniter internasional.[7]

Rusia tercatat menggunakan tujuh jenis ranjau anti-personil dan enam jenis ranjau anti-kendaraan yang digunakan hingga Juni 2022 dalam perang di Ukraina. Sebagian besar ranjau darat yang ditanam dengan tangan, diidentifikasi berasal dari Soviet. Ranjau tersebut memiliki tanda produksi tahun 1970-an dan 1980-an, dan telah ditimbun oleh Ukraina dan Rusia. Sedangkan ranjau yang dikirim dari jarak jauh dan lebih modern, menunjukkan produksi tahun 2021.[7]

Adapun tipe ranjau yang digunakan Rusia selama invasi di Ukraina adalah sebagai berikut:[7]

Kategori Desain Asal Tipe Inisiasi Digunakan di 2014-2015
Anti-personil MON-50 USSR/Rusia Fragmentasi Perintah Ya
MON-100 USSR/Rusia Fragmentasi Perintah Ya
OZM-72 USSR/Rusia Fragmentasi Perintah Ya
PMN-4 Rusia Ledakan Tekanan Ya
POM-2/ POM-2R USSR/Rusia Fragmentasi Perintah/Hancur sendiri
POM-3 Rusia Fragmentasi Getaran
Anti-kendaraan PTKM-1R Rusia Pecahan kecil Serangan dari atas
PTM-1/PTM-1G USSR/Rusia Ledakan Tekanan/Hancur sendiri Ya
PTM-4M Rusia Pecahan kecil Pengaruh magnetik
TM-62M USSR/Rusia Ledakan Tekanan Ya
TM-62P3 USSR/Rusia Ledakan Tekanan

HALO Trust USA, sebuah organisasi yang menangani penjinakan ranjau di Ukraina sejak 2014, menyatakan bahwa sisa-sisa ledakan dari perang Rusia akan tetap ada selama beberapa dekade ke depannya. Organisasi ini bersama dengan Danish Demining Group (DDG), sejauh ini telah membersihkan 3 km2 di wilayah timur Ukraina selama berbulan-bulan dengan lebih dari 1.200 lokasi diidentifikasikan sebagai ladang ranjau potensial atau area berbahaya.[10]

Korban

sunting

Sejak April 2014, sebanyak lebih dari 1.000 warga sipil telah terbunuh atau terluka oleh ranjau dan sisa-sisa bahan peledak perang. Hal ini diperparah oleh aktivitas penanaman ranjau darat terus menerus yang menjadikan selama tiga tahun berturut-turut, Ukraina adalah negara dengan jumlah insiden ranjau anti-kendaraan tertinggi secara global. Ranjau darat terus menyebabkan kematian dan melukai pada anak-anak dan orang dewasa.[6]

Pada 2016, sebuah minibus yang sedang melewati barisan kendaraan di jalan, melaju di atas ranjau dan meledak sehingga menewaskan empat orang di dekat Marinka, Donetsk.[11]

Selama 2020 tercatat 70 orang terus menjadi korban ranjau dan bahan peledak sisa perang yang tewas atau terluka dalam insiden ranjau.[1]

Pada November 2022, dilaporkan lima orang tewas di wilayah Donetsk, Kherson, dan Kharkiv pada 9 November di pagi hari karena pengeboman dan ranjau darat. Gubernur Kharkiv, Oleh Synyehubov mengatakan bahwa dua pekerja layanan jalan tewas dan dua lainnya luka-luka akibat ranjau darat di kawasan distrik Chuhuiv.[12]

Efek sosial ekonomi

sunting

Kontaminasi ranjau darat di area Ukraina timur membuat penduduk tidak punya pilihan selain hidup, mengolah tanah mereka dan menyekolahkan anak-anak mereka di daerah yang dipenuhi ranjau darat. Para penduduk mempertaruhkan hidup mereka setiap harinya untuk pergi ke pasar, sekolah, rumah sakit, dan lahan pertanian.[1]

Selain berada di ladang dan hutan, beberapa ranjau juga berada di pintu rumah, mesin cuci hingga mayat bahan peledak yang dirancang untuk melukai atau membunuh warga yang menemukannya. Pada bulan Mei 2022, pasukan Rusia bahkan menempatkan bahan peledak di piano gadis berusia 10 tahun di Bucha.[13]

Penggunaan ranjau darat oleh penjajah Rusia membuat produksi pertanian di Ukraina juga terkendala karena mekanisasi pertanian di ladang dan di jalan pedesaan menjadi berisiko. Hal ini juga disebabkan karena pasukan Rusia yang mundur gagal membersihkan ranjau yang telah mereka letakkan, menandai daerah tersebut atau memperingatkan penduduk setempat untuk menghindari ladang ranjau. Akibatnya seorang pekerja pertanian tewas terluka di Kharkiv.[14]

Upaya penjinakan

sunting

Pada 2018, sebanyak lebih dari 40 persen korban sipil yang disebabkan oleh ranjau darat dan bahaya ledakan di Ukraina timur. Menurut Koordinator Residen dan Kemanusiaan PBB, bahwa masih banyak ranjau darat di kedua sisi garis kontak, yang akhirnya menutup akses aman warga ke lahan pertanian, rumah sakit, sekolah, dan tempat lainnya. Hal ini menjadikan Ukraina Timur sebagai daerah paling terkontaminasi ranjau darat di dunia.[6]

Parlemen Ukraina pada Desember 2018, mengadopsi Undang-undang Tindakan Ranjau, yang menentukan kebijakan dasar hukum, prinsip dan komponen utama kegiatan penghapusan ranjau di Ukraina timur. Terkait penggunaan ranjau darat dan jenis lainnya di wilayah Donetsk dan Luhansk, Angkatan bersenjata dan Dinas Keamanan Ukraina rutin menyita ranjau anti-personil termasuk juga ranjau arah MON-50, ranjau arah MON-90, ranjau ledak PMN-1 dan PMN-2, ranjau fragmentasi pembatas OZM-72, dan ranjau POM-2.[7]

Amerika Serikat mengumumkan akan membantu melatih warga Ukraina untuk operasi ranjau selama tahun-tahun ke depan dengan dana $89 juta. Operasi membersihkan ranjau ini diharapkan bisa dilakukan dengan cepat agar 10 juta warga Ukraina mengungsi dapat kembali ke rumah untuk memulai hidup mereka kembali.[15]

East Europe Foundation bekerjasama dengan pemerintah Ukraina untuk membuat program kesadaran publik bagi warga untuk mengetahui cara menemukan senjata yang tidak meledak dan merancang aplikasi yang dapat melaporkan bahan peledak ke Layanan Darurat Negara Ukraina untuk kemudian dapat diambil tindakan. Setiap harinya sejak Februari, badan amal tersebut membuang kurang lebih 2.000 bahan peledak dan menghancurkan 200.000 persenjataan.[15]

HALO Trust memperkirakan akan memakan waktu tiga tahun dan biaya sebanyak $100 juta untuk menghilangkan ranjau di tiga wilayah di utara Kyiv saja.[16] Sebanyak 480 staf dari organisasi tersebut menyisir bahan peledak menggunakan detektor logam dan diperkirakan akan memerlukan 1.200 orang lagi di Ukraina. Namun masalah penjinakan ranjau darat di Ukraina adalah skala wilayahnya. Pada 8 September 2022, wilayah seluas 139.000 kilometer persegi (54.000 mil persegi atau seluas Yunani) di Ukraina harus diperiksa untuk ranjau, jebakan, dan persenjataan yang belum meledak.[2]

Upaya penjinakan juga dilakukan dengan cara memberikan pendidikan resiko bagi penduduk Ukraina tentang bahaya di jalan, ladang atau hutan. Selain pendidikan di dalam kelas, juga dilakukan upaya kampanye di media sosial dan memperingatkan orang-orang tentang bahaya dan dilihat oleh 17,7 juta warga Ukraina.[16]

Kendala

sunting

Ketika memasuki musim dingin dan keadaan mulai membeku, dan akses orang-orang terhadap pemanas atau listrik berkurang karena infrastuktur yang hancur, maka mereka menghadapi risiko cedera atau terbunuh oleh ranjau darat dan amunisi yang tidak meledak. Hal ini dikarenakan salju dan es membuat ranjau lebih sulit dideteksi oleh detektor dan kurangnya pemanas akan membuat orang-orang menuju hutan yang penuh ranjau untuk mencari kayu bakar.[17]

Selain itu, kendala lainnya adalah kurangnya pangkalan data pemerintah pusat tentang kontaminasi ranjau menghambat upaya pembersihan area berbahaya secara sistematis. Bahkan minat terhadap konflik internasional yang menurun juga menambah tantangan, karena dana asing mulai berkurang. Misalnya saja dana dari Komisi Eropa, yang turun tiga perempat bahkan Amerika Serikat telah memangkas pendanaannya sebesar dua pertiga dan Inggris telah memangkas seperempat kontribusinya.[10]

Dampak psikologis

sunting

Terlepas dari risikonya, orang Ukraina cenderung akan kembali ke tempat-tempat yang terkontaminasi ini bahkan sebelum keadaan benar-benar aman. Hal ini dikarenakan orang memiliki keterikatan dengan tempat asal mereka. Meskipun masih ada ancaman, orang-orang ingin tetap kembali ke kehidupan normal mereka.[18]

Penelitian menunjukkan bahwa hidup dan berada di area yang terkontaminasi bahan peledak dapat menyebabkan luka psikologis bahkan dalam beberapa kasus menjadi gangguan stres pasca-trauma. Orang-orang yang selamat dari ledakan ranjau darat juga seringkali mengalami depresi berat, kecemasan, dan PTSD bahkan sebagian juga menghadapi diskriminasi saat mencoba mencari pekerjaan. Cedera ranjau darat juga dapat menghancurkan sebuah keluarga, membuat orang tua tidak dapat bekerja atau pasangan yang membutuhkan perawatan intensif.[18]

Penemuan

sunting

Sebelum invasi, ranjau darat yang tidak meledak adalah ancaman besar di seluruh dunia yang tidak hanya bagi tentara di garis depan, tetapi juga bagi masyrakat yang tinggal di daerah yang dulunya zona perang. Seorang remaja Ukraina, Igor Klymenko tertarik dengan masalah ranjau darat di negaranya dan menciptakan Detektor Tambang Quadcopter dengan dua prototipe perangkat yang berfungsi dan mendapatkan dua paten Ukraina.[19]

Pada September 2022, Igor mendapatkan penghargaan Chegg.org Global Student Prize yang diterimanya di Clinton Global Initiative di New York atas penemuannya tersebut dan dianugerahi penghargaan senilai $100.000 karena dianggap memiliki dampak pada masyarakat, pembelajaran, dan kehidupan rekan-rekan mereka.[19]

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c "Landmines Still Pose a Threat to Two Million Ukrainians | United Nations in Ukraine". ukraine.un.org (dalam bahasa Inggris). 2021-04-05. Diakses tanggal 2022-12-10. 
  2. ^ a b Werkhäuser, Nina; Hille, Peter (2022-04-09). "Mines in Ukraine: 'The threat is pervasive'". dw.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-11. 
  3. ^ Smolinski, Paulina (2022-08-10). "Risky work of demining reclaimed ground in Ukraine is underway, but there's a long, dangerous path ahead". www.cbsnews.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-05. 
  4. ^ Seligman, Lara (2022-09-08). "U.S. announces $89 million to help Ukraine clear land mines". POLITICO (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-05. 
  5. ^ Shimbun, The Yomiuri (2022-12-20). "Japan to help Ukraine remove landmines". japannews.yomiuri.co.jp (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2022-12-23. 
  6. ^ a b c "Eastern Ukraine one of the areas most contaminated by landmines in the world". OCHA (dalam bahasa Inggris). 2019-04-04. Diakses tanggal 2022-12-02. 
  7. ^ a b c d e "Background Briefing on Landmine Use in Ukraine". Human Rights Watch (dalam bahasa Inggris). 2022-06-15. Diakses tanggal 2022-12-02. 
  8. ^ Bergeron, Patrice (2022-12-02). "Canada funded group clearing landmines in Ukraine after Russian retreat - National | Globalnews.ca". Global News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-21. 
  9. ^ Human Rights Watch (2022-06-15). "Ukraine: Russian Landmine Use Endangers Civilians". Human Rights Watch. Diakses tanggal 2022-12-08. 
  10. ^ a b Losh, Jack (2018-09-13). "Ukraine's hidden menace". POLITICO (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-21. 
  11. ^ Ostanina, Elena (2018-07-17). "Landmines in the Donbass conflict zone: threats for the population and the necessity of mine clearance | Heinrich Böll Stiftung". Heinrich-Böll-Stiftung (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-11. 
  12. ^ Elena, Burc (2022-11-09). "At least 5 killed in Ukraine's Donetsk, Kherson, Kharkiv regions due to shelling, landmines". www.aa.com.tr. Diakses tanggal 2022-12-11. 
  13. ^ Feldscher, Jacqueline (2022-08-09). "US Will Spend $89M To Eradicate Russian Landmines In Ukraine". Defense One (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-21. 
  14. ^ "HRW Urges Russia to Halt Use of Banned Landmines in Ukraine". VOA (dalam bahasa Inggris). 2022-06-16. Diakses tanggal 2022-12-21. 
  15. ^ a b Klain, Doug (2022-09-15). "Russia Is Seeding Ukraine's Soil With Land Mines". Foreign Policy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-02. 
  16. ^ a b "Clearing landmines and other debris of war in Ukraine". The HALO Trust (dalam bahasa Inggris). 2022. Diakses tanggal 2022-12-11. 
  17. ^ "Russia-Ukraine international armed conflict: Under snow and ice, landmines and unexploded ordnance pose deadly danger to civilians". International Committee of the Red Cross (dalam bahasa Inggris). 2022-12-02. Diakses tanggal 2022-12-21. 
  18. ^ a b Wordsworth, Rich (2022-12-21). "Russia Has Turned Eastern Ukraine Into a Giant Minefield". Wired (dalam bahasa Inggris). ISSN 1059-1028. Diakses tanggal 2022-12-21. 
  19. ^ a b Osborne, Margaret (2022-09-23). "A Ukrainian Teenager Invents a Drone That Can Detect Land Mines". Smithsonian Magazine (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-21.