Refugium (biologi populasi)

Dalam biologi, refugium (jamak: refugia) adalah sebuah tempat yang menunjang sebuah populasi terisolasi atau relik sebuah spesies yang dahulu tersebar lebih luas. Isolasi ini (alopatri) dapat disebabkan oleh perubahan iklim, geografi, aktivitas manusia seperti deforestasi Dan perburuan secara berlebihan.

Refugia Glasial Maksimum Terakhir di Eropa, 20 kya
Gorila pegunungan

Contoh spesies hewan refugial masa kini adalah gorila pegunungan yang terisolasi di gunung-gunung spesifik di Afrika tengah, dan singa laut australia, yang terisolasi di pantai-pantai kawin spesifik di sepanjang pesisir Australia barat daya karena perburuan oleh manusia. Isolasi yang dihasilkan, dalam banyak kasus, dapat dilihat sebagai sebuah kondisi yang sementara; Namun, beberapa refugia dapat berlangsung lama, sehingga memiliki banyak spesies endemik yang tidak dapat ditemukan di tempat lain kecuali refugia-nya. Kolam Hangat Tropis telah diusulkan sebagai refugium yang telah bertahan lama, yang didasarkan oleh penemuan "fosil hidup" dinoflagellata laut, Dapsilidinium pastielsii, yang saat ini hanya ditemukan di Kolam Hangat Tropis.[1]

Untuk tumbuhan, perubahan iklim antropogenik mendorong minat ilmiah dalam mengidentifikasi spesies-spesies refugial yang terisolasi ke sebaran-sebaran kecil atau terpisah selama periode glasial kala Pleistosen, dimana kemampuan mereka untuk meluaskan persebarannya selama periode hangat interglasial (seperti pada kala Holosen) tampaknya terhambat atau terhalang karena batasan-batasan topografi, habitat atau aliran air[2][3][4]—atau karena kepunahan hewan-hewan penyebar yang ber-koevolusi dengan tumbuhan yang terisolasi.[5] Perihal yang dikhawatirkan dari ini adalah tren pemanasan global yang sedang berlangsung akan mengancam mereka kepada risiko ekstirpasi atau kepunahan pada dekade-dekade mendatang.[6][7]

Dalam antropologi, refugia umumnya mengacu secara khusus kepada Refugia Glasial Maksimum Terakhir, dimana beberapa populasi manusia purba barangkali terdorong kembali ke kondisi refugia glasial (daerah-daerah terisolasi serupa di permukaan lapisan es benua) selama periode glasial terakhir. Dari barat ke timur, contoh yang diusulkan mencakup Wilayah Franko-Kantabria (di Iberia utara), di semenanjung Italia dan Balkan, Refugium Glasial Maksimum Terakhir Ukraina dan Jembatan Darat Bering. Data genetik dan arkeologis menunjukkan bahwa populasi-populasi sumber manusia pada Paleolitikum sintas dari maksima glasial (termasuk Glasial Maksimum Terakhir) di daerah-daerah berhutan jarang dan menyebar melalui daerah-daerah dengan produktivitas primer tinggi sembari menghindari daerah dengan tutupan hutan padat.[8] Refugia glasial, dimana populasi manusia mengungsi selama periode glasial terakhir, dapat berperan penting dalam membentuk kemunculan dan diversifikasi famili-famili bahasa yang ada di dunia sekarang.[9]

Belakangan ini, refugia telah digunakan untuk mengacu ke wilayah yang dapat menunjang kestabilan relatif terhadap perubahan iklim modern.[10]

Referensi

sunting

</reflist>

  1. ^ Mertens KN, Takano Y, Head MJ, Matsuoka K (2014). "Living fossils in the Indo-Pacific warm pool: A refuge for thermophilic dinoflagellates during glaciations" (PDF). Geology. 42 (6): 531–534. Bibcode:2014Geo....42..531M. doi:10.1130/G35456.1. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-02-15. 
  2. ^ Davis, Margaret B (October 1989). "Lags in vegetation response to greenhouse warming" (PDF). Climatic Change. 15 (1–2): 75–82. Bibcode:1989ClCh...15...75D. doi:10.1007/bf00138846. 
  3. ^ Davis, Margaret B; Shaw, Ruth B (27 April 2001). "Special Reviews: Range shifts and adaptive responses to Quaternary climate change". Science. 292 (5517): 673–679. doi:10.1126/science.292.5517.673. PMID 11326089. 
  4. ^ Petit, Remy J; et al. (August 2004). "Review: Ecology and genetics of tree invasions: from recent introductions to Quaternary migrations". Forest Ecology and Management. 197 (1–3): 113–137. doi:10.1016/j.foreco.2004.05.009. 
  5. ^ Svenning, Jens-Christian; Skov, Flemming (2007). "Ice age legacies in the geographical distribution of tree species richness in Europe". Global Ecology and Biogeography. 16 (2): 234–235. Bibcode:2007GloEB..16..234S. doi:10.1111/j.1466-8238.2006.00280.x. 
  6. ^ Seliger, Benjamin J; McGill, Brian J; Svenning, Jens-Christian; Gill, Jacqueline L (November 2020). "Widespread underfilling of the potential ranges of North American trees". Journal of Biogeography. 48 (2): 359–371. doi:10.1111/jbi.14001. 
  7. ^ Manes, Stella; et al. (2021). "Endemism increases species' climate change risk in areas of global biodiversity importance". Biological Conservation. 257: 109070. Bibcode:2021BCons.25709070M. doi:10.1016/j.biocon.2021.109070. 
  8. ^ Gavashelishvili A, Tarkhnishvili D (2016). "Biomes and human distribution during the last ice age". Global Ecology and Biogeography. 25 (5): 563–574. Bibcode:2016GloEB..25..563G. doi:10.1111/geb.12437. 
  9. ^ Gavashelishvili, A; et al. (2023), "The time and place of origin of South Caucasian languages: insights into past human societies, ecosystems and human population genetics", Scientific Reports, 13 (21133): 21133, doi:10.1038/s41598-023-45500-w, PMC 10689496  Periksa nilai |pmc= (bantuan), PMID 38036582 Periksa nilai |pmid= (bantuan) 
  10. ^ Ashcroft, Michael B. (2010). "Identifying refugia from climate change". Journal of Biogeography. 37 (8): 1407–1413. Bibcode:2010JBiog..37.1407A. doi:10.1111/j.1365-2699.2010.02300.x .