Pulau Robben

Pulau di Afrika Selatan
(Dialihkan dari Robben Island)

Pulau Robben (bahasa Inggris: Robben Island, bahasa Afrikaans: Robbeneiland) adalah sebuah pulau di Teluk Table, 6,9 km sebelah barat pesisir Bloubergstrand, Cape Town, Afrika Selatan. Nama pulau ini berasal dari bahasa Belanda yang berarti "pulau anjing laut". Pulau Robben bentuknya agak oval, dari utara ke selatan panjangnya 3,3 km dan lebarnya 1,9 km. Luas wilayahnya 5,07 km².[1] Pulau ini datar dan berada hanya beberapa meter di atas permukaan laut, sebagai akibat dari peristiwa erosi zaman kuno. Pulau ini terbentuk dari batuan metamorf Prakambrium dari gugus Malmesbury. Pemenang Hadiah Nobel mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela dipenjarakan di Pulau Robben selama 18 tahun dari keseluruhan 27 tahun hukuman penjara yang dijalaninya hingga berakhirnya pemerintahan apartheid di Afrika Selatan. Kgalema Motlanthe[2] yang juga pernah menjadi Presiden Afrika Selatan dipenjara selama 10 tahun di Pulau Robben Island. Demikian pula halnya dengan Jacob Zuma yang kini menjabat presiden Afrika Selatan.

Pulau Robben
Situs Warisan Dunia UNESCO

Bangunan penjara di Pulau Robben Island. Table Mountain tampak 15 km di latar belakang
KriteriaBudaya: iii, vi
Nomor identifikasi916
Pengukuhan1999 (23rd)
Koordinat33°48′24″S 18°21′58″E / 33.806734°S 18.366222°E / -33.806734; 18.366222
Mercusuar Pulau Robben

Sejarah

sunting

Sejak akhir abad ke-17, Pulau Robben telah dipakai sebagai tempat pengasingan terutama untuk tahanan politik. Pulau Robben awalnya dipakai oleh pendatang Belanda sebagai penjara. Narapidana pertama kemungkinan bernama Harry die strandloper (Autshumao) pada pertengahan abad ke-17. Penduduk permanen pulau ini di antaranya pemimpin politik dari berbagai koloni Belanda, termasuk Indonesia, dan pemimpin pemberontakan di atas kapal budak Meermin. Setelah kegagalan pemberontakan di Grahamstown tahun 1819 dan Perang Xhosa ke-5, Pemerintah Kolonial Britania menjatuhkan hukuman seumur hidup di Pulau Robben kepada pemimpin Afrika Makanda Nxele.[3] Ia ditemukan tewas tenggelam di pantai Teluk Table setelah melarikan diri dari penjara.[4][5]

Pulau ini juga digunakan sebagai koloni lepra dan karantina hewan.[6] Setelah koloni lepra Hemel-en-Aarde (Langit dan Bumi) di dekat Caledon sudah dianggap tidak sesuai lagi sebagai koloni lepra, pasiennya dipindahkan ke Pulau Robben mulai tahun 1845. Pada awalnya pemindahan ini bersifat sukarela, dan mereka bebas untuk meninggalkan pulau bila mau.[7] Peletakan batu pertama untuk 11 bangunan baru untuk penderita lepra dilakukan pada April 1891. Setelah ditetapkannya Undang-Undang Represi Lepra pada Mei 1892, pengasingan penderita lepra ke Pulau Robben tidak lagi bersifat sukarela, dan perpindahan para penderita diperketat. Sebelum tahun 1892, hanya ada kira-kira ada 25 penderita lepra per tahunnya yang diasingkan ke pulau ini. Pada tahun 1892, jumlahnya meningkat menjadi 338 penderita, dan 250 penderita diasingkan ke pulau ini pada tahun 1893.[7]

Semasa Perang Dunia II, pulau ini dijadikan benteng. Meriam Meriam BL 9,2 inci dipasang sebagai bagian dari pertahanan Cape Town.

Sejak tahun 1961, Pulau Robben dipakai sebagai penjara untuk tahanan politik dan narapidana kriminal. Statusnya sebagai penjara keamanan maksimum bertahan hingga tahun 1991. Penjara keamanan tingkat sedang untuk narapidana kriminal ditutup pada tahun 1996.[8]

Bahaya laut

sunting
 
Pemandangan Pulau Robben dari Table Mountain.

Pulau Robben dan Batu Whale yang berdekatan[9] telah lama menjadi musuh besar para pelaut dan kapal-kapalnya. Kapal yang kandas di batu karang lepas pantai pulau ini akan hancur berkeping-keping dan lenyap. Pada paruh kedua abad ke-17, sebuah kapal Belanda sarat berisi uang logam emas untuk membayar gaji pegawai VOC di Batavia (Jakarta) hancur di karang tidak jauh dari lepas pantai pulau ini, di perairan yang relatif dangkal tetapi sangat ganas.[butuh rujukan] Emas tersebut kini mungkin bernilai puluhan juta dolar Amerika Serikat. Selama berabad-abad, sejumlah kecil uang logam pernah terbawa ombak ke pantai, namun harta karun ini tetap berada dasar laut, dilindungi oleh ombak ganas tanpa henti.

Mercusuar Pulau Robben

sunting
 
 
Pulau Robben
Lokasi Pulau Robben di Tanjung Barat, Afrika Selatan

Jan van Riebeeck adalah orang pertama yang memasang alat bantu navigasi di Pulau Robben. Pada malam hari, di titik tertinggi di pulau ini, di Bukit Api (sekarang Bukit Minto) dinyalakan api unggun yang sangat besar untuk memberi peringatan kepada kapal-kapal VOC yang lewat tentang adanya batu karang berbahaya di sekeliling pulau. Mercusuar Pulau Robben sekarang, dibangun di Bukit Minto pada tahun 1864,[10] tingginya 18 m, dan mulai memakai tenaga listrik sejak tahun 1938. Mercusuar ini adalah satu-satunya mercusuar Afrika Selatan yang memakai lampu berkedip dan bukan lampu berputar.[11] Sinarnya dapat terlihat dari jarak 24 mil laut.[12]

Kramat Moturu

sunting

Di pulau ini terdapat situs ziarah Kramat Moturu yang dibangun pada tahun 1969 untuk mengenang pangeran dari Madura bernama Sayed Abdurahman Moturu.[13] Ia adalah salah seorang imam pertama di Cape Town yang diasingkan ke Pulau Robben pada pertengahan 1740-an dan meninggal dunia di pulau ini pada tahun 1754.[11]

Ketika orang Belanda tiba pada tahun 1652, satu-satunya hewan besar di pulau ini hanyalah anjing laut dan burung-burung, terutama penguin. Pada 1654, para pemukim melepas kelinci-kelinci di pulau ini untuk diambil dagingnya untuk perbekalan kapal-kapal yang lewat.[14] Koloni asli penguin afrika di pulau seluruhnya punah pada tahun 1800. Namun pada zaman modern, pulau ini kembali dijadikan tempat berkembang biak oleh koloni baru penguin afrika yang menetap mulai tahun 1983.[15] Koloni penguin afrika telah berkembang menjadi 13.000 ekor dan menempati urutan ketiga koloni dengan jumlah terbanyak untuk spesies ini. Di pulau ini, wisatawan dapat melihat penguin dari dekat di habitat aslinya.

Sekitar 1958, Letnan Peter Klerck, seorang perwira angkatan laut yang bertugas di pulau ini mengintroduksi berbagai jenis hewan. Anak laki-lakinya yang bernama Michael Klerck yang tinggal di pulau ini sejak kecil, menceritakan kehidupan fauna di Pulau Robben:[16]

Ayahku, seorang perwira angkatan laut waktu itu, ditunjuk oleh direktur Konservasi Alam bernama Doktor Hey untuk mengubah daerah ini menjadi sebuah cagar alam. Sebuah kapal "Bahtera Nuh" berlabuh di pelabuhan sekitar tahun 1958. Kapal ini membawa hewan-hewan untuk diternakkan di pulau, mulai dari kura-kura, bebek, angsa, berjenis-jenis rusa (termasuk Springbok, Eland, Steenbok, Bontebok, dan rusa fallow), burung unta dan beberapa wildebeest yang tidak hidup lama. Semua hewan tersebut, kecuali rusa fallow adalah hewan asli Tanjung Barat [Afrika Selatan]. Banyak hewan yang masih ada,[17] termasuk tiga spesies kura-kura, terakhir baru saja ditemukan pada tahun 1998, dua spesimen kura-kura paruh betet yang sebelumnya tidak terdeteksi hingga sekarang.

Di pulau ini kemungkinan ada sekitar 25.000 ekor kelinci. Mereka diburu dan dibunuh untuk mengurangi jumlah populasi kelinci.[18]

Daftar mantan tahanan di Pulau Robben

sunting
 
Bekas sel penjara di Pulau Robben
 
Sel penjara tempat Nelson Mandela menghabiskan 18 tahun hidupnya.

Referensi

sunting
  1. ^ "Avian Demography Unit: Robben Island". Department of Statistical Sciences, University of Cape Town. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-05.  line feed character di |publisher= pada posisi 36 (bantuan)
  2. ^ "New S. Africa president sworn in". BBC News. 25 September 2008. Diakses tanggal 2008-11-22. 
  3. ^ Frederick Marryat. The Mission; or Scenes in Africa. London: Nick Hodson. Diakses tanggal 2008-10-10. 
  4. ^ "Christianity in Africa South of the Sahara: 19th Century Xhosa Christianity". Bethel University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-14. Diakses tanggal 2008-10-10. 
  5. ^ Edwin Diale (1979). "Makana". African National Congress. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-02. Diakses tanggal 2008-10-10. 
  6. ^ Winston Churchill (1900). London to Ladysmith via Pretoria. London: Longmans, Green, and Co. Diakses tanggal 2008-10-10. 
  7. ^ a b Newman, George (1895). Prize essays on leprosy. London: The Society. hlm. 194. 
  8. ^ Chronology Diarsipkan 2010-02-15 di Wayback Machine., Robben Island Museum website, retrieved 8 June 2013
  9. ^ James Horsburgh (1852). The India Directory, Or Directions for Sailing to and from the East Indies, China, Australia and the Interjacent Ports. W. H. Allen & Co. hlm. 71. 
  10. ^ William Henry Rosser, James Frederick Imray (1867). The Seaman's Guide to the Navigation of the Indian Ocean and China Sea. J. Imray & Son. hlm. 280. Diakses tanggal 2008-10-04. 
  11. ^ a b "Robben Island". Into Travel. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-06. Diakses tanggal 2013-07-02. 
  12. ^ "Robben Island Lighthouse". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-14. Diakses tanggal 2013-07-02. 
  13. ^ Günther Simmermacher (2009-10-18). "A pilgrimage to Robben Island". The Southern Cross. Diakses tanggal 2013-07-02. 
  14. ^ George McCall Theal (1897). History of South Africa Under the Administration of the Dutch East India Company (1652 to 1795). Swan Sonnenschein. hlm. 442. Diakses tanggal 2008-10-10. 
  15. ^ Les Underhill. "Robben Island". Avian Demography Unit, University of Cape Town. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-05. Diakses tanggal 2008-10-12. 
  16. ^ Michael Klerck. "Robben Island: Childhood Memories—a personal reflection". robbenisland.org. Diakses tanggal 2008-11-23. 
  17. ^ Sudah tidak ada lagu pada tahun 2008
  18. ^ Robben Island is 'under threat'. 31 Oktober 2009.
  19. ^ "John Ya Otto Nankudhu passes on". New Era. NAMPA. 22 June 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-31. Diakses tanggal 2013-07-02. 

Bacaan lanjutan

sunting

Pranala luar

sunting