Sabak adalah buku tulis kuno yang digunakan untuk menulis sebelum adanya buku tulis digunakan secara luas. Sabak terbuat dari lempengan batu karbon yang dicetak lempengan segi empat dan ditulisi dengan menggunakan grip (mirip pensil). Sebelum digunakannya buku tulis yang terbuat dari kertas, sabak merupakan alat tulis wajib yang dimiliki siswa sekolah di Indonesia pada tahun 1960-an untuk alat bantu belajar tulis menulis. Sabak bukanlah peranti menyimpan berkas permanen. Alat ini hanya digunakan sementara waktu untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru yang kala itu menuntut siswa harus punya kemampuan menghafal. Setelah selesai, sabak dapat dihapus dan ditulisi dengan materi pelajaran lainnya, begitu seterusnya. Di era serbadigital, keberadaan sabak sudah langka dan hanya dapat ditemukan di museum di antaranaya adalah Museum Pendidikan Indonesia di Kota Malang[1] dan Museum Pendidikan Indonesia Yogyakarta.[2]

papan sabak

Peran sabak sudah digantikan oleh sebuah peranti digital modern yang mirip dengan bentuk sabak, yaitu sabak digital atau komputer tablet. Sabak digital ini bukan hanya berfungsi sebagai peranti untuk tulis-menulis tetapi juga digunakan sebagai alat komunikasi dan komputer pribadi.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Menengok sejarah pendidikan Indonesia
  2. ^ "Rumah Budaya Tembi: Koleksi ruang kelas kuno di MPI UNY". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-25. Diakses tanggal 2015-05-13. 

Pranala luar sunting