Sameth, Pulau Haruku, Maluku Tengah
Sameth, kadang dieja sebagai Samet, adalah salah satu dari 11 negeri yang termasuk ke dalam wilayah kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia. Sameth berada di pesisir barat Pulau Haruku dan berjarak lebih kurang 17,5 km dari ibu kota kecamatan yang berada di Pelauw.[5] Berdasarkan catatan BPS, Sameth tergolong sebagai negeri swadaya, dengan penduduk sebanyak 698 jiwa per tahun 2017 dan kepadatan 87 jiwa/km².
Sameth Samasuru Resirolo | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Maluku |
Kabupaten | Maluku Tengah |
Kecamatan | Pulau Haruku |
Kodepos | 97583[1] |
Luas | 8 km²[2] |
Jumlah penduduk | 698 jiwa (2017)[3] |
Kepadatan | 87 jiwa/km2[4] |
Sebagai sebuah desa adat atau negeri, Sameth dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan layaknya kepala desa. Raja Sameth bergelar sebagai tuan latu. Apabila raja belum terpilih, tampuk kepemimpinan dijabat oleh pejabat negeri. Pada tahun 2017, negeri Sameth dipimpin oleh Benjamin Rieuwpassa.[6] Jabatan raja di negeri ini dipangku oleh fam (matarumah parentah) Rieuwpassa teung Sirawane.
Etimologi
suntingNama Sameth menurut tuturan setempat (bahasa tanah) berasal dari kata same ete yang bermakna 'naik' dan 'dapat (tempat) yang rata'.[7] Sejarah penamaan ini kemungkinan berkaitan dengan sejarah persekutuan dan persaudaraan yang dijalin antara negeri Sameth dengan negeri Haruku. Diceritakan bahwa dulu masyarakat Sameth tinggal di Tanjung Batu Kapal, sebuah tanjung di ujung barat daya Pulau Haruku. Negeri lama Sameth itu berkarang-karang dan karena letaknya, sering mendapat gangguan dan serangan dari perompak Mandar. Pemimpin negeri Haruku kemudian memberikan sepetak tanah di sebelah utara negeri mereka dan meminta masyarakat Sameth untuk hidup rukun berdampingan.[8] Tempat yang baru itu memiliki topografi yang rata dan tidak berkarang-karang. Dari kisah itulah Sameth mendapatkan namanya. Sebelum bernama Sameth, negeri ini bernama Simettele.[9]
Sejarah
suntingSebelum tahun 1627, masyarakat Sameth masih tinggal di Tanjung Batu Kapal, tidak jauh dari petuanan negeri Oma. Daerah yang ditinggali orang Sameth itu tidak rata dan berkarang-karang. Kehidupan masyarakat Sameth terbilang susah. Ditambah pula serangan dan gangguan yang mereka hadapi dari perompak-perompak Mandar. Beberapa masyarakat Sameth pun diculik. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, masyarakat Sameth mempersiapkan diri dengan baik. Mereka dikenal memiliki seorang kapitan yang disegani. Kapitan tersebut bernama Kapitan Sopawari yang keturunannya saat ini memakai fam Tahya.
Keberanian Kapitan Sopawari didengar oleh masyarakat negeri tetangga, Haruku. Haruku secara konstan mendapat serangan dari Amarima Hatuhaha (Persekutuan Hatuhaha) terkait perselisihan mengenai tapal batas dan petuanan. Amarima Hatuhaha sendiri adalah konfederasi lima negeri yang awalnya bermukim di Gunung Alaka.[10] Lima negeri di pesisir utara Haruku seperti Rohomoni, Kabauw, Kailolo, Pelauw, dan Hulaliu adalah jelmaan dari Amarima Hatuhaha. Konfederasi ini dikenal sangat kuat dan Haruku bukanlah tandingan mereka. Merasa terancam, negeri Haruku meminta pertolongan negeri Sameth untuk mempertahankan diri dari Amarima Hatuhaha.
Persekutuan Haruku-Sameth tak hanya berhasil mempertahankan diri dari serangan Amarima Hatuhaha. Menurut kisah yang dipercayai masyarakat Haruku dan Sameth, persekutuan kedua negeri tersebut mampu menembus benteng pertahanan di Gunung Alaka dan mengalahkan Amarima Hatuhaha hingga konfederasi itu terpecah mejadi lima negeri di pesisir utara. Empat diantaranya beragama Islam dan satu lagi, yaitu Hulaliu berpindah menganut ajaran Kristen. Sebagai kebalikan dari Amarima Hatuhaha atau Uli Hatuhaha, negeri-negeri di sebelah selatan Pulau Haruku juga memiliki konfederasi yang bernama Uli Buangbesi walaupun tidak sebesar dan sepopuler Uli Hatuhaha.[10] Uli Buangbesi dikenal pula sebagai Hatulohu. Mereka terdiri dari sembilan negeri yaitu Haruku, Sameth, Oma, Wassu, Kariu, Amaharua, Amaika, Amamahina, dan Amatupa. Empat negeri yang terakhir kemudian menjelma menjadi Negeri Aboru. Kariu yang terikat hubungan gandong dengan Aboru di kemudian hari berpindah dari selatan ke utara, dekat negeri Haruku, hal ini terkait dengan kebijakan pemerintah Hindia Belanda.[9]
Sebagai balas jasa dan penghargaan atas kerelaan masyarakat Sameth membantu masyarakat Haruku, pemimpin Haruku menghadiahkan sepetak tanah di sebelah utara permukiman mereka kepada Sameth. Tanah tersebut kemudian digunakan masyarakat Sameth untuk membangun negeri mereka dan hidup bertetangga secara rukun dengan negeri Haruku. Posisi negeri Sameth yang berada di utara adalah kesengajaan karena sewaktu-waktu bisa saja Amarima Hatuhaha menyerang kembali dari arah utara.[8] Seiring berjalannya waktu, kedekatan kedua negeri menyebabkan perkawinan masuk-keluar antarkeduanya berlangsung marak. Hal ini menyebabkan beberapa fam Sameth bermukim di Haruku atau sebaliknya. Perempuan-perempuan Sameth yang menikah (keluar) ke Haruku atau sebaliknya disebut dikenal dengan istilah marahuai.[11]
Kondisi wilayah
suntingLetak dan batas-batas
suntingSecara geografis Negeri Sameth terletak di pesisir barat bagian bawah atau selatan Pulau Haruku yang dikenal dengan nama Hatulohu. Negeri ini berbatasan dengan beberapa negeri yakni sebagai berikut.
- Sebelah utara berbatasan dengan negeri Haruku.
- Sebelah timur berbatasan dengan negeri Haruku dan petuanan negeri Oma.
- Sebelah selatan berbatasan dengan negeri Haruku.
- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Haruku.
Cuaca dan iklim
suntingNegeri Sameth beriklim tropis dan disinari matahari sepanjang tahun. Lokasi pemukiman yang berada di pesisir menyebabkan negeri ini sangat dipengaruhi oleh angin laut dan angin musim. Angin musim terjadi dua kali dalam setahun. Angin musim barat membawa kandungan air yang lebih banyak, bertiup antara bulan Mei-Oktober dan pada saat itu Sameth memasuki musim hujan. Sebaliknya, angin musim timur membawa kandungan yang lebih kering, bertiup antara bulan Desember-Maret dan pada saat itu terjadi musim kemarau.
Iklim yang dimiliki Sameth membuat negeri ini dapat menanam dan menghasilkan tanaman perkebunan tropis yang bernilai tinggi. Kelapa, pala, cengkih, dan kakao adalah beberapa komoditas perkebunan utama.
Topografi
suntingSameth tergolong sebagai negeri pesisir. Permukiman terletak di tepi pantai dan langsung menghadap ke Selat Haruku. Sementara daerah perkebunan, petuanan, dan hutan berada di perbukitan. Negeri ini memiliki ketinggian antara 0-700 meter di atas permukaan laut.[12]
Hidrologi
suntingGuna memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk minum dan memasak, masyarakat Sameth mengambil air dari beberapa mata air terlindungi yang ada di negeri itu.[13]
Demografi
suntingSameth memiliki penduduk sebanyak 698 jiwa per tahun 2017 yang terdiri dari 180 kepala kelurga (KK).[14] Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 10,97% dari jumlah penduduk tahun 2016 sebesar 629 jiwa.[15] Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, Sameth adalah negeri dengan penduduk paling sedikit di kecamatan Haruku. Setelah Sameth, negeri berpenduduk paling sedikit nomor dua adalah Wassu.
Dari 698 jiwa penduduk Sameth tahun 2017, 362 jiwa di antaranya adalah penduduk laki-laki dan 339 jiwa adalah penduduk perempuan.[16] Hal tersebut menjadikan Sameth sebagai satu dari lima negeri di kecamatan Haruku yang memiliki jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk perempuan.
Mata pencaharian
suntingPenduduk negeri Sameth umumnya bermatapencaharian sebagai petani atau pekebun dan nelayan tangkap. Kelapa, pala, dan cengkih adalah hasil perkebunan utama di Sameth. Sementara itu hasil tangkapan utama nelayan negeri ini meliputi cakalang, tuna, cumi, julung-julung, dan berbagai jenis ikan laut lainnya. Sebagian lainnya berprofesi sebagai nelayan, tukang, buruh bangunan, pedagang dan PNS. Pada tahun 2016, terdapat delapan buah toko kelontong di Sameth.[17]
Pendidikan
suntingAda tiga buah SD di Haruku-Sameth, yaitu SD Inpres Haruku-Sameth, SD Negeri 1 Haruku-Sameth, dan SD Negeri 2 Haruku Sameth.[18][19][20]
Kesehatan
suntingTidak ada puskesmas atau puskesmas pembantu di Sameth. Fasilitas kesehatan terdekat adalah Puskesmas Negeri Haruku yang jaraknya kurang dari 1 km. Puskesmas Negeri Haruku memiliki fasilitas rawat inap.[17]
Penggunaan energi
suntingPada tahun 2014, sebanyak 147 KK dari 180 KK di Sameth telah tersambung dengan jaringan listrik dari PLN.[21]
Agama
suntingPenduduk asli Sameth semuanya beragama Kristen Protestan. Masyarakat negeri ini berhimpun bersama masyarakat dari negeri tetangga, Haruku dalam satu gereja yang dikenal dengan nama Gereja Protestan Maluku (GPM) Jemaat Hasa (Haruku-Sameth). Gereja milik jemaat Hasa bernama Gereja Ebenhaezer. Gereja ini adalah salah satu rumah ibadah yang menjadi korban dalam kerusuhan sosial di Maluku tahun 2000 silam. Perbaikan gereja memakan waktu belasan tahun dikarenakan kekurangan dana dan hambatan-hambatan lainnya hingga pada akhirnya diresmikan pada 23 Desember 2018 oleh Menteri Agama yang diwakili oleh Dirjen Bimas Kristen dan Wakil Gubernur Prov. Maluku Zeth Sahuburua.[22][23]
Fam
suntingFam-fam asli
suntingFam-fam asli Sameth adalah keturunan dari fam atau matarumah yang mendiami Negeri Sameth yang lama yang berada di Tanjung Batu Kapal, dekat dengan petuanan Negeri Oma. Berikut adalah fam-fam asli Sameth.
- Amahoru
- Kakisina
- Latupapua
- Mantou
- Matita (kadang dieja sebagai Maätita atau Maatita)
- Payer
- Rieuwpassa (kadang dieja sebagai Riupasa atau Riupassa)
- Rihya
- Tahya
- Tutuarima
Fam-fam pendatang
suntingFam-fam pendatang adalah keturunan dari fam atau matarumah asal negeri lain (termasuk Negeri Haruku yang bersebelahan dengan Sameth) yang telah lama tinggal menetap di Sameth dan menganggap negeri ini sebagai kampung sendiri. Berikut adalah fam-fam pendatang di Sameth.
Seni budaya
suntingTarian yang berkembang di masyarakat Sameth dan dipertontonkan dalam acara-acara tertentu adalah tari lenso dan cakalele. Keduanya ditampilkan dalam peresmian baileo negeri Haruku pada 10 Maret 2016.[24]
Hubungan sosial
suntingHubungan dengan negeri-negeri tetangga
suntingNegeri terdekat dengan Sameth adalah Haruku. Kedua negeri tidak terikat hubungan pela atau gandong. Namun, pertalian sejarah membuat kedua negeri hidup secara rukun dan berdampingan. Kedua negeri saling merasa berutang budi satu sama lain. Sameth berhutang budi pada Haruku karena telah diberikan tanah dan permukiman yang layak serta dianggap sebagai saudara sendiri. Sementara Haruku berterima kasih atas bantuan Sameth dalam perang melawan Uli Hatuhaha. Namun, rupanya masyarakat Sameth-lah yang merasa lebih berhutang budi. Mereka kemudian berikar Pelasona hee meito, Samasuru hee meito, Pelasona hee darato, Samasuru hee darato yang berarti 'negeri Haruku pergi ke laut, Sameth pergi ke laut, negeri Haruku pergi ke darat, Sameth pergi ke darat'.[25]
Disebabkan oleh berbagai permasalahan seperti miras, perkelahian kaum muda, dan pertikaian soal batas tanah sempat merenggangkan hubungan kedua negeri. Bahkan pada tahun 1962, perselisihan antara Haruku dan Sameth memburuk sehingga menyebabkan negeri Nolloth yang merupakan saudara pela negeri Haruku turun tangan menengahi dan mendamaikan keduanya.[26]
Dalam konflik sektarian yang melanda Maluku pada tahun 2000, Sameth dan Haruku terlibat saling serang dengan negeri-negeri Islam tetangga mereka terutama dengan Rohomoni yang mengakibatkan ratusan rumah dan gereja jemaat Haruku dan Sameth terbakar habis. Saat ini negeri-negeri yang bertikai sudah saling berdamai.
Hubungan pela
suntingSameth memiliki hubungan pela dengan banyak negeri di Pulau Seram, seperti dengan negeri Hunitetu, Kairatu, Rumbatu, Rumberu, Uraur, dan Waesamu. Kaitetu di Jazirah Leihitu, Pulau Ambon juga terikat hubungan pela dengan Sameth. Hubungan dengan Kairatu, ada juga yang menyebutnya sebagai gandong, bukannya pela.
Kadang negeri ini disebut sebagai saudara pela bagi negeri Nolloth. Padahal yang mengikat pela dengan Nolloth adalah Haruku, bukannya Sameth. Pela kedua negeri didasari oleh rencana perkawinan antara raja Nolloth yang bernama Markus Risaluan dengan putri raja Haruku yang bernama Au Apareta Narani. Iring-iringan dari Nolloth tiba di Haruku dalam rangka melamar sang putri, tetapi saat mereka tiba Haruku dilanda wabah penyakit dan sang putri telah meninggal. Markus Risaluan bersikukuh menikahi mayat sang putri karena kecintaannya yang luar biasa. Bersedihlah orang-orang Nolloth yang menyaksikan peristiwa pilu itu. Tak lama, para tetua adat kedua negeri mengikrarkan diri sebagai saudara pela. Pela yang mengikat keduanya adalah pela kawin yang menyebabkan orang Nolloth dan orang Haruku dianggap bersaudara dan dilarang kawin-mengawini satu sama lain.
Pela Nolloth dan Haruku bertambah dinamikanya tatkala negeri Sameth juga dianggap sebagai bagian dari pela tersebut. Ketiganya acap dikenal sebagai Nohas atau Nohasa, singkatan dari Nolloth, Haruku, Sameth. Nama Nohas atau Nohasa pula sering dipakai oleh perwakilan ketiga negeri yang sering bergabung sebagai tim dalam lomba dayung Festival Teluk Ambon. Tim Nohas pernah beberapa kali meraih gelar juara.[27][28]
Hubungan gandong
suntingTidak diketahui secara pasti Sameth memiliki hubungan gandong dengan negeri tertentu. Namun, sumber atau tuturan dari matarumah tertentu di Sirisori Amalatu menyebutkan bahwa mereka berasal dari Sameth dan karena etnogenesis tersebut, Sirisori Amalatu dan Sameth memiliki hubungan gandong atau adik-kakak. Sumber dari negeri Tiouw menyebutkan bahwa salah satu fam 'asli' Tiouw, yakni fam Rieuwpassa (dieja pula sebagai Riupasa atau Riupassa) berasal dari Sameth. Selain itu, Fatimah Malawat, putri raja Mamala yang melarikan diri dari Mamala untuk menikahi putra raja Tiouw sempat mampir di Sameth. Setelah sampai di Tiouw pun, Fatimah yang telah memeluk Kristen bergabung sebagai bagian dari fam Rieuwpassa. Hal ini menyebabkan secara tidak langsung terdapat hubungan antara fam Rieuwpassa di Tiouw dengan yang ada di Sameth.
Kelembagaan
suntingSistem pemerintahan
suntingMasyarakat Sameth adalah masyarakat negeri (desa adat) yang memiliki hak untuk menjalankan pranata adat dan budaya dalam pemerintahan sipilnya. Hal ini dapat dipahami bahwa pemerintahan sipil dan pemerintahan adat terkoneksi satu sama lain di bawah komando kepala negeri yang disebut raja. Saat ini raja memiliki kedudukan yang sama dengan kepala desa.
Raja
suntingSameth diperintah oleh raja yang berasal dari matarumah parentah (fam) Rieuwpassa dengan teung-nya Sirawane. Raja negeri ini bergelar sebagai tuan latu. Apabila belum ada raja definitif, maka pemerintahan akan dipegang oleh pejabat negeri yang bertugas layaknya seorang raja.
Saniri
suntingSaniri adalah lembaga legislatif pada sebuah negeri. Di Sameth terdapat dua jenis saniri, saniri besar dan saniri negeri. Saniri besar adalah lembaga musyawarah adat negeri. Lembaga ini terdiri dari staf pemerintahan negeri, para tetua adat dan tokoh-tokoh masyarakat. Tugasnya mengadakan pertemuan atau persidangan adat lengkap kalau dianggap perlu dengan para anggotanya (tokoh adat dan tokoh masyarakat).
Saniri negeri adalah badan musyawarah adat tingkat negeri yang terdiri dari perutusan setiap soa yang duduk dalam pemerintahan negeri. Tugas utamanya membantu menyusun dan melaksanakan program kerja pemerintah negeri, menghadiri sidang-sidang pemerintahan negeri, dan membantu kepala soa dalam melaksanakan pekerjaan negeri yang ditugaskan kepada soa.
Soa
suntingSameth memiliki tiga soa yang menghimpun fam-fam asli negeri itu dan satu soa yang diisi oleh fam-fam pendatang. Berikut soa yang ada di Sameth.
- Soa Meteng
Soa ini beranggotakan matarumah Tahya dan Latupapua.[7] Matarumah Tahya yang merupakan keturunan Kapitan Sopawari berkedudukan sebagai kapitan negeri dan wajib membantu dalam acara tutup baileo atau pemugaran baileo di negeri Haruku dengan menanggung hongkotu dan bumbungan baileo tersebut.[29]
- Soa Raja (Siriwane)
Soa ini beranggotakan matarumah Rieuwpassa (kadang dieja Riupasa atau Riupassa) yang berhak atas tahta raja di negeri Sameth.[7]
- Soa Rumalesi
Soa ini beranggotakan matarumah pendatang dan anggota-anggotanya memiliki perwakilan di badan saniri negeri serta berhak untuk ikut memanen hasil dari tanah petuanan negeri.[30]
- Soa Sahuka
Soa ini beranggotakan matarumah Amahoru, Kakisina, Matita (kadang dieja Maätita atau Maatita), Mantou, Payer, Rihya, dan Tutuarima.[7]
Referensi
sunting- ^ Kode Pos Kecamatan Pulau Haruku[pranala nonaktif permanen]
- ^ [Kecamatan Haruku dalam Angka 2018 Hlm. 6] Diterbitkan oleh BPS Kabupaten Maluku Tengah
- ^ [Kecamatan Saparua Dalam Angka 2018 Hlm. 44]
- ^ [Kecamatan Haruku dalam Angka 2018 Hlm. 44]
- ^ [Kecamatan Haruku dalam Angka 2018 Hlm. 11]
- ^ [Kecamatan Haruku dalam Angka 2018 Hlm. 24]
- ^ a b c d Beberapa Saat di Tanah Tampa Putus Pusa Jurnalisme Warga oleh Franky Tutuarima di suaramalukudotcom.wordpress
- ^ a b Sialana, Fatimah "Tinjauan Tentang Ikatan Persekutuan Masyarakat Negeri Haruku dan Masyarakat Negeri Sameth" pp. 26-35 from Jendela Pengetahuan: Jurnal Pendidikan, Volume 6, Cetakan # 14, p. 32.
- ^ a b [1] Negeri Haruku-Pelasona Nanuroko
- ^ a b Kewang, Kisah Laut, dan Ikan Lompa Diarsipkan 2019-07-07 di Wayback Machine. Situs Web ICCAs Indonesia
- ^ Sialana, Fatimah "Tinjauan Tentang Ikatan Persekutuan Masyarakat Negeri Haruku dan Masyarakat Negeri Sameth" pp. 26-35 from Jendela Pengetahuan: Jurnal Pendidikan, Volume 6, Cetakan # 14, p. 35.
- ^ [Kecamatan Haruku dalam Angka 2018 Hlm. 10]
- ^ [Kecamatan Haruku dalam Angka 2018 Hlm. 127]
- ^ [Kecamatan Haruku dalam Angka 2018 Hlm. 45]
- ^ [Kecamatan Haruku dalam Angka 2018 Hlm. 42]
- ^ [Kecamatan Haruku dalam Angka 2018 Hlm. 43]
- ^ a b [Kecamatan Haruku dalam Angka 2018 Hlm. 70]
- ^ SD Inpres Haruku Sameth Data Sekolah Kita
- ^ SD Negeri 1 Haruku/Sameth Data Sekolah Kita
- ^ SD Negeri 2 Haruku Sameth Data Sekolah Kita
- ^ [Kecamatan Haruku dalam Angka 2018 Hlm. 117 dan 119]
- ^ "Gubernur Pasang Lantai Granit Perdana Gereja Haruku - Sameth". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-07. Diakses tanggal 2019-07-07.
- ^ Peresmian Gedung Gereja GPM Jemaat Ebenhaeser dan Jemaat Damai Berita Direktorat Jenderal Bina Masyarakat Kristen, Kementerian Agama RI
- ^ Baileo Negeri Haruku “Asari Amano Pelasona Nanuroko” Diresmikan Jurnalisme Warga oleh Franky Tutuarima di suaramalukudotcom.wordpress
- ^ Sialana, Fatimah "Tinjauan Tentang Ikatan Persekutuan Masyarakat Negeri Haruku dan Masyarakat Negeri Sameth" pp. 26-35 from Jendela Pengetahuan: Jurnal Pendidikan, Volume 6, Cetakan # 14, p. 31.
- ^ Sialana, Fatimah "Tinjauan Tentang Ikatan Persekutuan Masyarakat Negeri Haruku dan Masyarakat Negeri Sameth" pp. 26-35 from Jendela Pengetahuan: Jurnal Pendidikan, Volume 6, Cetakan # 14, p. 34.
- ^ Cerita Laut Dari Teluk Ambon Festival/Pesta Laut Tekluk Ambon 2011
- ^ Haria, Nohas Juara Satu Bersama Manggurebe Arumbai di Teluk Ambon Diarsipkan 2019-07-07 di Wayback Machine. Festival/Pesta Laut Tekluk Ambon 2017
- ^ Sialana, Fatimah "Tinjauan Tentang Ikatan Persekutuan Masyarakat Negeri Haruku dan Masyarakat Negeri Sameth" pp. 26-35 from Jendela Pengetahuan: Jurnal Pendidikan, Volume 6, Cetakan # 14, p. 33.
- ^ Brosius, J. Peter (2005). Communities and Conservation: Histories and Politics of Community-based Natural Resource Management. Rowman and Littlefield Publishers, Inc. hlm. 371.