H. Santosa Doellah, S.E. (7 Desember 1941 – 2 Agustus 2021)[1] adalah seorang pengusaha batik pemilik merek "Batik Danar Hadi" dari Solo. Santosa Doellah adalah anak kelima dari 10 saudara yang lahir dari pasangan Dr Doellah dan Hj Fatimah Wongsodinomo. Santosa Doellah adalah alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran. Pada tahun 1967, Santosa Doellah menikah dengan Danarsih Hadipriyono kelahiran Solo 26 September 1946. Santosa Doellah sudah mengenal batik sejak usia 15 tahun belajar dari kakeknya R.H.Wongsodinomo.

Santosa Doellah
Lahir7 Desember 1941
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Meninggal2 Agustus 2021(2021-08-02) (umur 79)
Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia
Tempat tinggalIndonesia
Warga negaraIndonesia
PekerjaanPengusaha

Biografi sunting

Santosa Doellah memiliki empat orang anak yaitu Diah Kusuma Sari Santosa (almh.), Diana Kusuma Dewati Hariyadi, Dewanto Kusuma Wibowo, dan Dian Kusuma Hadi.[2]

Bisnis sunting

Santosa Doellah mulai merintis usaha Batik Danar Hadi pada tahun 1967, pada usia 26 tahun, dengan 20 orang pembatik setelah menikahi wanita idamannya, Danarsih Hadi Santoso. Nama istrinya itu pula yang memberikan inspirasi kepada Santosa dalam memberi nama usaha batiknya itu dengan mengambil dua suku kata pertama nama istrinya dan nama depan bapak mertua (ayah istrinya). Yaitu ‘Batik Danar Hadi’ sebagai merek batik produksi Santosa. Modal usahanya ditambah hadiah pernikahan dari kakek-neneknya berupa 29 pak kain mori jadi dan 174 lembar kain batik. Santoso Doellah belajar batik sejak usia 15 tahun dari keluarga kakeknya R.H.Wongsodinomo. Keluarga istri Santoso Doellah juga keluarga pembatik. Santosa Doellah memulai usaha batiknya dengan mempekerjakan 20 orang karyawan yang terdiri dari pembatik, pencelup dan penggambar motif. Kegiatan usaha batik Santosa diawali dengan memproduksi batik tulis Wonogiren. Batik tulis motif Wonogiren produksi perdana Santosa dengan merek Batik Danar Hadi laku di pasar.

Setelah sukses dengan batik tulis Wonogiren, untuk mengembangkan industri batiknya sekaligus untuk meningkatkan kemampuan produksi batik yang makin diminati pasar, maka pada tahun 1968 Santosa membuka perkampungan batik mirip sentra industri kerajinan batik yang berada di perkampungan penduduk di sekitar rumah Santosa yang dikelola oleh PT. Batik Danar Hadi. Kemudian pada 1970 Santosa juga mendirikan sentra usaha batik di Masaran, Sragen, Jawa Tengah. Selain pembatik dari Bayat, Klaten, Plupuh, Sragen, dan Sukoharjo, Danar Hadi juga membuka cabang pembatikan hingga Pekalongan dan Cirebon pada tahun 1975. Santosa mendirikan sentra usaha batik di Pekalongan untuk memproduksi berbagai jenis dan motif batik. Pendirian sentra usaha batik ini tidak lepas dari adanya tuntutan pasar sejalan dengan makin meluasnya penggunaan kain batik untuk pakaian. Hal itu juga sangat terkait dengan mulai masuknya kain batik ke dunia mode (fashion), khususnya penggunaan kain batik dalam pembuatan kemeja pria dan berbagai pakaian wanita mulai dari atasan, rok/gaun, baju pesta dan lain-lain. Untuk mempromosikan penggunaan kain batik untuk pakaian, Santosa pun mulai menggelar sejumlah kegiatan peragaan busana (fashion show) yang menggunakan kain batik seperti di sejumlah hotel di Singapura, di Hotel Indonesia dan Hotel Borobudur Jakarta dan lain-lain. Santosa pun mulai melirik bisnis ritel kain dan pakaian jadi batik dengan membuka sejumlah outlet seperti di Jl. Raden Saleh dan kawasan Tebet, Jakarta (tahun 1975). Selain di Jakarta sendiri di Jl. Melawai Raya dan Jl. Wijaya I, kini outlet-outlet tersebut sudah berkembang ke berbagai kota lain seperti Semarang, Yogyakarta, Medan, Surabaya, Bali dll. Usaha batik Danar Hadi lantas merambah industri hulu pertenunan, pemintalan benang, dan garmen. Danar Hadi menguasai produksi batik dari hulu ke hilir. Tahun 1981 Santosa mendirikan perusahaan tenun dan finishing PT. Kusumahadi Santosa. Tahun 1990 ia mendirikan perusahaan pemintalan benang katun (Spinning) PT. Kusuma Putra Santosa yang dilengkapi dengan mesin-mesin mutakhir buatan Eropa dan Jepang. Setahun kemudian, ia mendirikan usaha garmen PT. Kusuma Putri Santosa dan usaha furnitur Jawi Antik.

Bahkan Santosa pun membuka sejumlah outlet di luar negeri, seperti di Singapura dan di Jeddah. Kegiatan eskpor batik pun sudah digeluti Santosa sejak lama dan kini sudah ada pembeli tetap berbagai produk batik Danar Hadi di luar negeri. Kegiatan ekspor batik yang kini dilakukan Santosa secara rutin antara lain ke Amerika Serikat, Italia dan Jepang. Dengan terus berkembangnya usaha batik, baik di dalam maupun di luar negeri, maka jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan Santosa pun terus meningkat dari awalnya hanya 20 orang karyawan, kini menjadi lebih dari 1.000 orang di seluruh tanah air. Batik yang semula hanya dibuat manual dengan tangan menggunakan canting berkembang menjadi batik cap dan batik printing. Dengan begitu, kebutuhan batik semua lapisan masyarakat terpenuhi. Agar bisa selalu memenuhi selera pasar, Danar Hadi bekerja sama dengan para perancang busana Tanah Air. Pemakaian batik yang dulu sebatas kain panjang telah berkembang menjadi busana sehari-hari, busana siap pakai, busana pesta, bahkan sebagai material desain interior. Santosa Doellah juga memugar bangunan Dalem Wuryaningratan yang dibelinya dan mendirikan Museum Batik Kuno Danar Hadi di sebelah timur Dalem. Kompleks ini setelah dilengkapi Soga Resto and Café lantas dinamakan House of Danar Hadi dan menjadi alternatif tujuan wisata di Solo.

Pada tahun 2012, Institut Seni Indonesia Surakarta menyematkan gelar "Empu Batik" kepada Santosa, atas jasa-jasanya dalam menciptakan motif batik. melestarikan batik dan memajukan industri batik.

Referensi sunting

  1. ^ "Ratusan Orang Beri Penghormatan Terakhir untuk Pemilik Danar Hadi Santosa Doellah". Solopos. 3 Agustus 2021. Diakses tanggal 6 Agustus 2021. 
  2. ^ Santosa Doellah: Antara Batik dan Kalender.[pranala nonaktif permanen] Kompas.com: Josephus Primus. Senin, 25 Agustus 2008. Diakses pada 23 Juni 2013.