Sari haver

jenis susu nabati

Sari haver atau susu haver adalah sari nabati yang berasal dari haver utuh (Avena spp.)[1] dengan mengekstraksi bahan tanaman dengan air.[2] Sari haver memiliki tekstur lembut dan rasa seperti havermut yang lembut,[3] dan diproduksi dalam berbagai rasa; seperti manis, tanpa pemanis, vanila, dan cokelat.

Sari haver
Sari haver
Tempat asal Swedia
Diciptakan tahunsejak tahun 1990
Energi makanan
(per porsi 240ml)
120 kkal (502 kJ)
Nilai gizi
(per porsi 240ml)
Proteing
Lemakg
Karbohidrat16 g
Indeks glikemik 60 (medium)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Tidak seperti sari tumbuhan lain yang berasal dari abad ke-13,[4] sari haver dikembangkan pada tahun 1990-an oleh ilmuwan Swedia Rickard Öste.[5][6] Selama periode tahun 20172019, penjualan sari haver di Amerika Serikat meningkat 10 kali lipat,[3] dan salah satu pabrikan besar, Oatly, melaporkan peningkatan tiga kali lipat dalam penjualan di seluruh dunia.[7] Pada akhir tahun 2020, pasar sari haver menjadi yang terbesar kedua di antara sari nabati di Amerika Serikat, mengikuti pemimpinnya, sari kacang almond, tetapi melebihi penjualan sari kedelai.[8][9]

Pada tahun 2020, produk sari haver termasuk pembuat krim kopi, alternatif yoghurt, es krim, dan cokelat.[7][9][10] Sari haver dapat dikonsumsi untuk menggantikan susu dalam pola makan vegan, atau dalam kasus kondisi medis di mana produk susu tidak cocok, seperti intoleransi laktosa atau alergi terhadap susu sapi.[5][11] Dibandingkan dengan susu dan minuman nabati lainnya, sari haver memiliki dampak lingkungan yang relatif rendah karena kebutuhan lahan dan air yang relatif rendah untuk produksi.[12][11][13]

Referensi

sunting
  1. ^ Deswal, Aastha; Deora, Navneet Singh; Mishra, Hari Niwas (2014). "Optimization of enzymatic production process of oat milk using response surface methodology". Food and Bioprocess Technology. 7 (2): 610–618. doi:10.1007/s11947-013-1144-2. 
  2. ^ Mäkinen, Outi Elina; Wanhalinna, Viivi; Zannini, Emanuele; Arendt, Elke Karin (2016). "Foods for Special Dietary Needs: Non-dairy Plant-based Milk Substitutes and Fermented Dairy-type Products". Critical Reviews in Food Science and Nutrition. 56 (3): 339–349. doi:10.1080/10408398.2012.761950. PMID 25575046. 
  3. ^ a b Zara Stone (3 June 2019). "How oat milk conquered America". Elemental. Diakses tanggal 12 September 2019. 
  4. ^ Shurtleff W, Aoyagi A (2013). "History of soymilk and other non-dairy milks (1226 to 2013): Extensively annotated bibliography and sourcebook" (PDF). Soy InfoCenter. 
  5. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama time
  6. ^ Hitchens, A (6 August 2018). "Hey, Where's my oat milk?". The New Yorker. Diakses tanggal 10 December 2018. 
  7. ^ a b Shanker, Deena; Rolander, Niclas (31 July 2019). "Oatly's path to alt‑milk world domination starts in New Jersey". Bloomberg. Diakses tanggal 3 November 2019. 
  8. ^ Elaine Watson (25 September 2020). "Oatmilk edges past soymilk for #2 slot in US plant-based milk retail market". FoodNavigator-USA.com, William Reed Business Media, Ltd. Diakses tanggal 20 December 2020. 
  9. ^ a b Megan Poinski (30 September 2020). "Oat milk surges to second most popular in plant-based dairy". FoodDive. Diakses tanggal 20 December 2020. 
  10. ^ Maynard, Micheline (1 December 2019). "Food trends for 2020: It's going to be oat milk's biggest year yet". Forbes. Diakses tanggal 5 February 2020. 
  11. ^ a b Guibourg, Clara; Briggs, Helen (22 February 2019). "Which vegan milks are best for the planet?". Science and Environment (dalam bahasa Inggris). BBC News. Diakses tanggal 4 September 2019. 
  12. ^ Holmes, Bob (20 July 2022). "How sustainable are fake meats?". Knowable Magazine (dalam bahasa Inggris). doi:10.1146/knowable-071922-1 . Diakses tanggal 1 August 2022. 
  13. ^ McGivney, Annette (2020-01-29). "Almonds are out. Dairy is a disaster. So what milk should we drink?". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2020-06-30.