Sariswara adalah metode pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara dengan cara mengkombinasikan pelajaran bahasa, lagu, dan cerita. Dalam penerapannya, metode Sariswara mengintegrasikan wiraga (tubuh), wirama (irama lagu atau cerita), serta wirasa (perasaan). Ki Hadjar Dewantara terinspirasi dari Sastra Gending yang digunakan oleh Sultan Agung Mataram untuk mendidik anak-anak. Bisa dibayangkan bahwa metode tersebut menggunakan media musik serta mengikutsertakan kebudayaan-kebudayaan lokal yang ada di kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar.[1]

Serat Sariswara karya Ki Hadjar Déwantara (PDF).
Ki Hadjar Dewantara.

Metode Sariswara memiliki persamaan dengan konsep-konsep pendidikan musik yang dibuat oleh tokoh-tokoh besar, seperti Carl Orff, Emilie Jaques Dalcroze, Zoltan Kodaly, dan Sinichi Suzuki. Mereke berpendapat bahwa pendidikan musik tidak hanya membuat peserta didik menjadi pemain musik, namun untuk menjadikan peserta didik menjadi manusia yang lebih utuh.

Tujuan Ki Hadjar Dewantara menggunakan metode Sariswara adalah untuk mengatasi masalah pendidikan di Indonesia yang sering mengutamakan aspek intelektual saja, sedangkan bangsa Indonesia juga membutuhkan budi pekerti luhur dan penguatan karakter untuk perkembangan pendidikan di Indonesia.

Riwayat

sunting

Ki Hadjar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau merupakan pelopor pendidikan bagi masyarakat pribumi. Selain itu, Ki Hadjar Dewantara juga memiliki peran dalam organisasi-organisasi besar di Indonesia seperti Boedi Oetomo, Indische Partij, dan Taman Siswa.

Rujukan

sunting
  1. ^ Nainggolan, Oriana Tio Parhita; Ismudiati, Endang; Manek, Benadito Anchieto (2021). "Konsep Metode Sariswara Ditinjau Dari Pendidikan Musik Dalam Upaya Pengembangan Kurikulum Pendidikan Musik Berbasis Kebudayaan Nasional Indonesia". Gondang: Jurnal Seni dan Budaya. 5 (2): 150–163. ISSN 2599-0543.