Sasminta Mardawa
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Mei 2016. |
K.R.T. Sasminta Mardawa (9 April 1929 – 26 April 1996) adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa koreografi tari yang dipentaskan di berbagai panggung pertunjukan, dalam negeri maupun luar negeri. Sasminta merupakan salah satu penerima penghargaan Setyo Adi Nugroho dari Keraton Yogyakarta dan Lembaga Kebudayaan Amerika.[1][2]
Latar belakang
suntingSasminta Mardawa lahir di Yogyakarta, 9 April 1929. Dia bernama asli Soemardjono atau akrab dipanggil Romo Sas. Keahliannya di bidang seni tari, menjadikan namanya dijuluki mpu tari klasik gaya Yogyakarta oleh masyarakat dan keraton Yogyakarta. Sejak usia 13 tahun ia sudah mengakrabi aktivitas berkesenian di lingkungannya. Oleh ayahnya ia sudah diarahkan menjadi penari, dibimbing guru tari Purbaningrat, untuk menjadi penari keraton. Belajar menari terutama karena ingin mendalami etika orang Jawa dalam pergaulan sosial, selain pengolahan batin. Sejak ia giat belajar menari ia mengaku menjadi tahu unggah-ungguh, subasita, serta sopan-santun, dan secara batinpun ia menjadi terasah. Meski dalam pendidikan formal, ia hanya sempat meraih ijazah sekolah dasar. Namun hal itu tak menghalanginya belajar keras menjadi seorang penari klasik gaya Yogyakarta. Kegigihannya belajar tari, dalam usia muda membuatnya menjadi cepat dikenal sebagai penari Keraton Yogyakarta, baik untuk tarian putri maupun putra.[3][4]
Semakin dewasa, ia giat menggeluti jagat tari klasik gaya Yogyakarta. Bahkan ketika ia berusia 17 tahun, ia sudah mulai menjadi pengajar tari di beberapa sekolah termasuk mengajar banyak penari. Selain itu ia juga mengkreasi lebih dari seratus tarian klasik gaya Yogyakarta, baik tari tunggal untuk putra dan putri, maupun tari berpasangan, dan tari fragmen. Sebagai penata tari, ia juga telah melakukan lawatan ke beberapa negara memperkenalkan tari klasik gaya Yogyakarta hasil kreasinya. Karya-karya tarinya yang sangat digemari antara lain tari Golek, Beksan, Srimpi dan Bedhaya. Dalam mengkreasi suatu karya tari selalu terlebih dahulu melakukan penyesuaian antara tari klasik gaya Yogyakarta yang akan di gubahnya dengan kondisi masyarakat modern. Ia berani melakukan peringkasan dalam sebuah tarian ataupun fragmen. Namun peringkasan yang ia lakukan tidak mengganggu atau menghilangkan esensi tari atau fragmen tersebut. Langkah ini di tempuh agar tari klasik gaya Yogya tetap hidup dan digemari oleh masyarakat. Tahun 1962, ia mendirikan Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, sebuah yayasan yang khusus melestarikan dan mengembangkan tari klasik gaya Yogyakarta. Selain diajarkan di sanggar-sanggar, karya Sasminta juga diajarkan di sekolah menengah kejuruan dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Meskipun hanya tamatan sekolah dasar, ia dipercaya menjadi dosen tamu di sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat. Beberapa negara yang pernah mengundangnya tampil antara lain Malaysia, Filipina, Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa. Atas jerih payah, pengabdian, dan kesetiaannya di dunia seni tari, Keraton Yogyakarta memberikan Penghargaan Setyo Aji Nugroyo, pada tahun 1994.
Penghargaan
sunting- Hhadiah seni dari Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta (1983)
- Hadiah seni dari Walikotamadya Yogyakarta pada (1984)
- Hadiah seni dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1985)
- Certificate of Appreciation dari Lembaga Kebudayaan Amerika (1987)
- Penghargaan Setyo Aji Nugroho dari Kraton Yogyakarta (1994)
Referensi
sunting- ^ Situs resmi Taman Ismail Marzuki Diarsipkan 2015-09-24 di Wayback Machine., diakses 27 Maret 2015
- ^ Situs resmi Universitas Negeri Yogyakarta, diakses 27 Maret 2015
- ^ Majalah Manjebar Semangat Diarsipkan 2015-04-02 di Wayback Machine., diakses 27 Maret 2015
- ^ Tembi Rumah Budaya Diarsipkan 2015-08-19 di Wayback Machine., diakses 27 Maret 2015