Satuan Kapal Selam Komando Armada II

Satuan Kapal Selam Komando Armada II (atau Satkalsel Koarmada II) merupakan komando pelaksana pembinaan di lingkup Koarmada II yang memiliki peran yang sangat strategis, sebagai unsur bawah air yang mempunyai efek tangkal yang sangat efektif dalam mendukung operasi siaga tempur di bawah Komando Utama Panglima TNI. Satuan Kapal Selam Koarmatim Berdiri pada tanggal 12 September 1959,[1] ALRI (sekarang TNI AL) menerima dua buah kapal selam kelas Whiskey yang merupakan cikal bakal lahirnya Satuan Kapal Selam. 22 tahun kemudian, Satuan Kapal Selam mengalami era alih teknologi dengan tergantinya kelas Whiskey menjadi kelas 209/1300 buatan Jerman Barat.[2][3]

Satuan Kapal Selam
Komando Armada II
Lambang satuan Kapal Selam
Dibentuk12 September 1959
NegaraIndonesia Indonesia
CabangTNI Angkatan Laut
Tipe unitSatuan Kapal Selam
Bagian dariKomando Armada II
JulukanHiu Kencana
MotoWira Ananta Rudira
(Tabah Sampai Akhir)
Baret HITAM 
MaskotHiu
Ulang tahun12 September
Situs webwww.koarmatim.tnial.mil.id

Satkalsel Koarmada II mengoperasikan tiga kapal selam, yakni KRI Nagapasa (403), KRI Ardadedali (404), dan KRI Alugoro (405). Satuan ini juga sempat mengoperasikan KRI Nanggala (402)[4] saat kapal selam tersebut masih beroperasi.

Lulusan Pertama Pendidikan Sekolah Kapal Selam (1958-1959)

sunting

Indonesia beruntung punya perwira-perwira jempolan, jebolan sekolah kapal selam didikan Uni Soviet. Sebuah pendidikan rahasia. Keluarga pun tidak tahu kalau suami atau ayah dari anak-anaknya sedang mengikuti pendidikan rahasia selama satu tahun di Negeri Tirai Besi.

Beberapa lulusan pertama pendidikan sekolah kapal selam (1958-1959), seperti Laksamana Madya TNI (Purn) T. Asikin Natanegara, lulusan Koninklijke Instituut voor de Marine, Den Helder (KIM), tahun 1951. Laksamana Madya TNI (Purn) LM. Abdul Kadir, lulusan Institut Angkatan Laut (IAL), kini Akademi Angkatan Laut (AAL) tahun 1954. Laksamana Muda TNI (Purn) RM Handogo, lulusan IAL 1956. Juga Laksamana Pertama TNI (Purn) RP Poernomo, pejuang kemerdekaan tahun 1945. Ada pula nama Mayor Laut (Pelaut) Assyr Muchtar (IAL 1955) dan Kapten Laut (Pelaut) Julius Tiranda (IAL 1957). Mereka semua perwira-perwira hebat.[5]

Tabah Sampai Akhir

sunting

Laksamana Pertama TNI (Purn) RP Poernomo yang meciptakan motto untuk kapal selam: Tabah Sampai Akhir. Karena itulah kita harus tabah sampai akhir. Inilah motto yang kita pilih: tabah sampai akhir. Apabila sifat-sifat yang tersimpan di dalam motto ini dapat kita tanamkan kepada jiwa kita masing-masing, maka jiwa dan mental kita siap menghadapi tugas apa saja yang akan dipercayakan atasan kepada kita.

Tugas Operasi

sunting

Satuan Kapal Selam untuk turut berperan aktif. Beberapa operasi penting yang telah dilaksanakan antara lain: Operasi Jayawijaya I dan II yang berlangsung mulai tanggal 1 Maret 196223 Oktober 1966. Indonesia dengan kekuatan laut yang tangguh di mana Satuan Kapal Selam sebagai salah satu kekuatannya, memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembalikan Irian Barat ke pangkuan NKRI. Begitupun di kancah internasional, melalui Operasi Gugus Tugas X pada tahun 1965 – 1966, yaitu Operasi Bersama dua kapal selam RI dengan Angkatan Laut Pakistan. Operasi ini berhasil meletakkan dasar-dasar persaudaraan antara Pakistan dengan Indonesia. Presiden Ayub Khan secara pribadi memberikan penghargaan yang tinggi kepada segenap anggota Gugus Tugas X tersebut. Pada Operasi Halilintar tahun 1979, Operasi ini berhasil memberantas penyelundupan di Selat Malaka, terutama penyelundupan bahan baku dari Indonesia ke Malaysia dan Singapura, serta mengamankan arus pengungsi dari Vietnam ke Indonesia di Laut China Selatan. Peristiwa tersebut telah membuktikan bahwa Satuan Kapal Selam Koarmatim pada masa itu, telah mampu mewujudkan dirinya menjadi kesatuan yang sangat disegani.

Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara di dunia yang sejak awal telah mengoperasikan kapal selam untuk operasi tempur dan operasi pertahanan di laut. Sejak tanggal 12 September 1959, Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) mulai diperkuat dengan kehadiran kapal-kapal selam Whiskey Class, buatan Uni Soviet. Akumulasi kekuatan pemukul taktis dan strategis di laut mencapai 12 kapal selam pada tahun 1962, hal inilah yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang terbesar kekuatan angkatan lautnya di kawasan Asia Tenggara.

Dansatsel dalam amanatnya menyampaikan, kapal selam RI telah dilibatkan pada operasi Trikora dalam rangka merebut Irian Barat pada tahun 1962, melalui operasi pengintaian dan operasi menyusupkan pasukan khusus ke daratan Irian Barat tanpa terdeteksi oleh pihak Belanda. “Kesuksesan inilah yang membuat Belanda mengurungkan niatnya untuk berperang secara terbuka dengan Indonesia, yang pada akhirnya Belanda menyerahkan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi".[6]

Armada

sunting

Komandan

sunting

Sesepuh Korps Hiu Kencana

sunting
  • Laksamana Madya TNI (Purn) T. Asikin Natanegara
  • Laksamana Madya TNI (Purn) H.L. Manambai Abdul Kadir
  • Laksamana Madya TNI (Purn) Imam Zaki
  • Laksamana Muda TNI (Purn) RM. Handogo
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Frans Wuwung
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Basoeki
  • Laksamana Muda TNI (Purn) W. Rahadi
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Wahyono Suroto
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Ketut Wiresata
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Slamet Soebandi
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Bambang Poerwadi
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Suyoso Sukarno
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Busran Kadi
  • Laksamana Muda TNI (Purn) Nyoman Suharta
  • Laksamana Pertama TNI (Purn) RP. Poernomo
  • Laksamana Pertama TNI (Purn) Sutarno
  • Laksamana Pertama TNI (Purn) Harijanto Mahdi
  • Kolonel Pelaut (Purn) Aji Sularso
  • Kolonel Pelaut (Purn) Susanto
  • Mayor Laut (Pelaut) Assyr Muchtar
  • Kapten Laut (Pelaut) Julius Tiranda

Referensi

sunting