Sayid Abdurrani Teungku Putik
Sayyid Abdurrani dilahirkan di Cot Nigan Seunagan pada tahun 1267 H atau bertepatan 1851 M. Namun salah satu penulis, Hasbullah[1] menulis dalam bukunya Sayyid Abdurrani lahir pada tahun 1849 M. Pada saat beliau lahir, Seunagan berada di bawah kepemimpian seorang ulee balang yang bernama Teuku Meurah Johan.
Sayyid Abdurrani dikenal dengan lakap Teungku Putik karena masyarakat pada saat itu menaruh hormat kepadanya karena beliau dalam usia yang masih muda sudah memiliki pengetahuan agama yang baik. Lakap Teungku Putik ada yang menulis Teungku Putih/Puteh seperti Zentgraff dan Ibrahim Alfian dalam bukunya masing-masing.
Riwayat Hidup
suntingPendidikan
suntingHabib Abdurrani memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, pada umur enam tahun sudah mampu membaca alquran dengan baik dan mampu menghafal sebahagiannya. Guru-guru beliau adalah :
- Sayid Abdurrasyid; orangtuanya sendiri
- Sayid Muhammad Yasin; pamannya
- Syaikh Muhammad Hasan (Teungkuchik Dikila)
- Dan ulama-ulama lainnya
Habib Abdurrani mendalami berbagai ilmu pada ilmu Fiqh, ilmu Tauhid, ilmu Nahu dan Ilmu Mantiq sehingga beliau menjadi sosok yang berkarakter, punya spiritual, dan visioner. Tidak heran pada masanya beliau dianggap sebagai tokoh yang disegani.
Aktifitas
sunting- Qadhi di negeri Seunagan
- Pelopor pembungan irigasi dan jalan di Seunagan
- Dakwah: mendirikan Masjid Jamik Syaikhuna Gampong Ujong Pasi, Masjid Gapa Garu dan Masjid Alue Thoe.
- Pejuang
Perjuangan
suntingPada saat pihak Belanda menginjak kakinya di Meulaboh, Habib Abdurrani telah mengadakan kegiatan-kegiatan untuk menghimpun seluruh kekuatan kaum muslimin dalam suatu barisan jihad fisabilillah untuk melawan Belanda. Beliau berhasil menghimpun beberapa panglima ksatria terbaik di bawah satu komando. Panglima tersebut terdiri dari T. Kapa, T. Itam, T. Imeu Meukek, T. Mak Said, dan Pang Sabi. Selain itu, juga ada Teuku Raja Tampok yang saat itu masih muda selalu siap siaga. Komando ini dibentuk dengan tujuan apabila serdadu Belanda mendarat ke Seunagan, mereka siap bertempur. Bersama dengan pengikutnya yang ikhlas ingin berjihad membuat markas pertahanan di Gunung Nigan. Selain itu, beliau dan pengikutnya juga sudah mempersiapkan benteng di Paya Udeng dan Masjid Nigan sekitar tahun 1890 an. Sekitar tahun 1895 Sayid Abdurrani yang dibantu Teuku Raja Tampok mempersiapkan markas pertahanan di daerah Krueng Buloh dan Tadu Ujoeng Krueng. Kemudian, pada tahun 1900, mereka kembali membuat markas pertahanan baru di Alue We Tadu atas.[2][3][4][5][6]
Diasingkan ke Pulau Jawa
suntingHabib Sayid Abdurrani termasuk salah satu pejuang Aceh yang diasingkan Belanda ke pulau Jawa pada tahun 1919. Awalnya Belanda ingin mengasingkan beliau ke Nusakambangan. Akan tetapi, atas permintaan Bupati Mertadiredja III, Habib Abdurrani diasingkan di Banyumas Jawa Tengah. Beliau menghabiskan waktu di Banyumas dengan mengajar di pesantren. Menurut beberapa sumber yang pernah berkunjung ke Banyumas, pada tahun 1933 usia Sayid Abdurrani sudah mencapai 85 tahun dan meninggal dunia di sana. Habib Abdurrani dimakamkan di bukit berdekatan dengan makam Adipati dan makam Raja Jembranan berada di Desa Kejawar Banyumas.[7]
Kehidupan Pribadi
suntingAyahnya bernama Sayyid Abdurrasyid bin Qutbul Wujud Sayyid Abdurrahim bin Sayyid Abdul Qadir bin Sayyid Athaf bin Sayyid Abdussalam bin Sayid Ali.
Habib Sayid Abdurrani menikah dengan Wan Fatimah (Cut Ie Blang) binti Sayid Mahyuddin (Habib Din) bin Sayid Husein Alaydrus yang merupakan keluarga dari Sayid Mahyiddin (Habib Puteh Kila). Perkawinan ini tidak dikaruniai anak.
Habib Abdurrani kemudian menikah lagi dengan anak kandung dari Teuku Tuan dari Nigan. Anak-anak beliau antara lain:
Referensi
sunting- ^ Hasbullah “Teungku Putik dari Perjuangan Hingga Pengasingan (1849 – 1833 ” Banda Aceh : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh, 2012.
- ^ T. Tjoet Achmad“(95 Tahun Tantangan Ultimatum Keradjaan Belanda terhadap Keradjaan Atjeh” Diterbitkan Seksi Publikasi/Dokumentasi Panitia Peringatan Pahlawan Nasional dari Atjeh, Medan dan Sekitarnya. 1961.
- ^ H.M. Thamrin Z, Edy Mulyana “Pantai Barat Aceh di Panggung Sejarah”Banda Aceh : Badan Perpustakaan NAD, 2009
- ^ H.C. Zentgraaff “Aceh” Diterjemahkan oleh Aboe Bakar. Jakarta : Penerbit Beuna, 1983.
- ^ Habib Rayeuk “Riwayat Hidup dan Perjuangan Sayid Abdurrani alias Tgk. Putik Seunagan Aceh Barat” Pulo Ie, 20 Agustus 1981
- ^ Said Syahrul Rahmad “Teungku Putik, Pejuang Aceh dari Seunagan” Acehtrend, Edisi 15 Mei 2018. Di akses tanggal 20 Juli 2018.
- ^ Said Syahrul Rahmad "Sejarah Habib Abdurrahim Seunagan dan keturunannya" Cetakan Pertama: November 2019 ISBN: 978-602-50126-5-5