Sel dendritik (Inggris: dendritic cell, DC) adalah monosit yang terdiferensiasi oleh stimulasi GM-CSF dan IL-4,[1] dan menjadi bagian sistem kekebalan mamalia.

Sel dendritik

Bentuk sel dendritik menyerupai bagian dendrit pada neuron, tetapi sel dendritik tidak bekerja pada sistem saraf, melainkan berperan sebagai penghubung sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif.

Fungsi utama sel dendritik yaitu sebagai sel penyaji antigen (APC), yaitu sel-sel yang berkemampuan mengikat antigen dan menyajikan potongan protein dari antigen tersebut pada kompleks MHC bagi sel T dan sel B.[2] Antigen yang diikat oleh sel dendritik akan ditelan ke dalam sitosol dan dihancurkan menjadi peptida untuk kemudian diangkut ke permukaan sel yang tergabung dalam kompleks dengan MHC.

Sel dendritik memiliki beragam prekursor sel darah dan bermigrasi menuju jaringan yang berbeda sesuai dengan perbedaan fungsi, morfologi, dan fenotipe.[2] Beberapa jenis sel dendritik disebut secara khusus menurut lokasi jaringan tempat migrasinya:[3]

Sel dendritik juga dibagi menurut profil fenotipe imunologis, misalnya plasmacytoid dendritic cell (pDC) yang mempunyai ekspresi CD123+.[3]

Sel dendritik pertama kali ditemukan oleh Ralph M. Steinman, Dinah S. Lustig, dan Zanvil A. Cohn pada 1972.[2] Saat itu ditemukan sejumlah sel pada organ limpa yang diperkirakan berasal dari sel prekursor pada sumsum tulang atau bagian dari limpa yang disebut pulpa merah.[4] Sel yang ditemukan dapat melekat pada permukaan gelas dan plastik, dan disebut dendritik karena mempunyai fitur morfologis fantastis berupa kemampuan untuk menampilkan berbagai proses seluler dari beragam ukuran dan bentuk.[4] Pada percobaan in vitro lebih lanjut, sel dendritik tidak menunjukkan sifat dan fungsi seperti limfosit, makrofaga atau sel retikular non-fagositik.

Stimulasi kurkumin pada DC akan meluruhkan ekspresi CD80, CD86 dan MHC II, bukan MHC I, dan membuat sel dendritik sangat efektif untuk menelan antigen dengan proses endositosis.[5]

Lintasan sel dendritik pada silsilah limfosit sunting

Kemungkinan adanya hubungan yang sangat dekat antara sel dendritik dan monosit kembali diperbincangkan setelah beberapa penemuan yang menyebutkan adanya sel prekursor yang berkembang menjadi sel dendritik dan sel limfoid. Oleh karena itu, istilah sel dendritik limfoid dimaksudkan untuk mengacu pada jenis dari sel dendritik yang berasal dari silsilah prekursor limfosit.

Pada awalnya, istilah limfoid digunakan pada model tikus untuk menjelaskan beberapa fitur sel dengan prekursor yang sama dengan sel T. Fitur ini menunjukkan karakteristik yang berbeda dengan yang terdapat pada sel mieloid, khususnya pada ekspresi fenotipe CD11b, CD13, CD14, dan CD33.

Di dalam darah, prekursor sel dendritik limfoid dapat berupa sel yang mirip seperti sel plasma dengan ekspresi CD4+ dan CD11c+, atau berupa sel progenitor yang mempunyai potensi untuk terdiferensiasi menjadi sel T atau sel NK. Sel progenitor semacam ini banyak tersebar pada jaringan limfoid sekunder dan kelenjar timus.

Sel dendritik limfoid juga dapat berkembang dari sel progenitor lain dari kelenjar timus, yang terstimulasi oleh sitokin IL-3, dan dari sel prekursor pada kelenjar amandel yang distimulasi oleh ligan CD40. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa IL-2 dan IL-5 dapat menstimulasi sel progenitor yang mengekspreskan CD34+ menjadi sel dendritik yang mempunyai beberapa sifat seperti sel NK.

Namun tidak satu pun sel dendritik limfoid dapat terdiferensiasi dari sel prekursor, oleh stimulasi GM-CSF.

Berbagai macam fungsi dilaksanakan oleh sel dendritik limfoid, seperti mencetuskan seleksi negatif pada kelenjar timus, costimulatory bagi sel T CD4+ dan CD8+. Baru-baru ini sel dendritik limfoid pada manusia ditemukan merupakan aktivator sel TH2.

Di dalam sumsum tulang belakang, ditemukan sekelompok sel progenitor timosit CD10 dengan masing-masing ekspresi tambahan CD34+ CD38+ yang memiliki kapasitas diferensiasi menjadi sel T, sel B, sel NK dan sel dendritik, tetapi tidak dapat menjadi sel mieloid. Sel progenitor dengan fenotipe tanpa ekspresi CD10 merupakan prekursor dari sel mieloid. Sehingga ekspresi CD10 dianggap sebagai molekul yang diperlukan bagi diferensiasi sel T, sel B, sel NK dan sel dendritik.

Sel dendritik limfoid tersebar di seluruh bagian tubuh, termasuk pada medulla timus dan zona sel T pada semua organ limfoid. Pada zona sel T masih terdapat jenis sel dendritik lain, seperti sel dendritik sentinel dan sel dendritik migratori yang membawa Ags dari jaringan. Sel dendritik limfoid pada zona sel T memiliki kemampuan untuk menginduksi apoptosis pada sel T melalui mekanisme FasL18 atau CD30L dan meredam kemungkinan auto-aktivasi sel T dengan sekresi IL-10. Oleh karena itu, sel dendritik limfoid sering disebut sebagai regulator daripada stimulator fungsi efektor pada sistem imun.

Referensi sunting

  1. ^ Hiasa M, Abe M, Nakano A, Oda A, Amou H, Kido S, Takeuchi K, Kagawa K, Yata K, Hashimoto T, Ozaki S, Asaoka K, Tanaka E, Moriyama K, Matsumoto T (2009). "GM-CSF and IL-4 induce dendritic cell differentiation and disrupt osteoclastogenesis through M-CSF receptor shedding by up-regulation of TNF-alpha converting enzyme (TACE)". Blood. 117 (5): 114–20. doi:10.1182/blood-2009-04-215020. PMID 19762488. 
  2. ^ a b c Satthaporn S, Eremin O (2001). "Dendritic cells (I): Biological functions". J R Coll Surg Edinb. 46 (1): 9–19. PMID 11242749. 
  3. ^ a b (Inggris) "Dendritic Cell (Antigen Presenting Cells)". University of Virginia School of Medicine; Charles E. Hess, M.D., FACP. Diakses tanggal 2010-06-05. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ a b Steinman RM, Lustig DS, Cohn ZA (1974). "Identification of a novel cell type in peripheral lymphoid organs of mice. 3. Functional properties in vivo". J Exp Med. 139 (6): 1431–45. PMC 2139680 . PMID 4598015. 
  5. ^ Kim GY, Kim KH, Lee SH, Yoon MS, Lee HJ, Moon DO, Lee CM, Ahn SC, Park YC, Park YM (2005). "Curcumin inhibits immunostimulatory function of dendritic cells: MAPKs and translocation of NF-kappa B as potential targets". J Immunol. 174 (12): 8116–24. PMID 15944320. 

Pranala luar sunting