Senapan Tanegashima
Senapan Tanegashima (種子島 ) (atau hinawajū (火縄銃 )) adalah sejenis senjata api laras panjang yang diproduksi oleh Bangsa Jepang pada zaman setelah Abad Pertengahan.
Sejarah
suntingTanegashima adalah nama dari senapan yang lazim digunakan oleh pasukan Jepang di Abad Pertengahan hingga permulaan era Meiji. Nama "tanegashima" pada senapan ini berasal dari pulau bernama sama yang terletak di sebelah selatan Pulau Kyushu, di mana pulau tersebut menjadi tempat di mana senapan yang kelak menjadi cikal-bakal tanegashima pertama kali diperkenalkan oleh orang Portugis. Proses penciptaan tanegashima menjadi salah satu contoh mengenai bagaimana terampil & kreatifnya bangsa Jepang karena kendati pemahaman mereka mengenai senapan Eropa bisa dibilang sangat minim, mereka berhasil menciptakan tiruan dari senjata terkait dengan kualitas yang tidak kalah bagus. Tanegashima tampaknya didasarkan pada contoh senapan snap matchlock yang diproduksi di gudang senjata Goa di Portugis India, yang direbut oleh Portugal pada tahun 1510.[1]
Kisah penciptaan bermula ketika pada pertengahan abad ke-16, kapal yang mengangkut sejumlah pelaut Portugis terpaksa berlabuh di Pulau Tanegashima karena cuaca buruk. Ketika bangsawan setempat melihat senapan tipe musket yang dibawa oleh para pelaut tadi, ia merasa tertarik & kemudian membeli 2 buah di antaranya. Bangsawan tersebut kemudian memerintahkan pandai besi di wilayahnya untuk meneliti & membuat replika dari senapan yang dibelinya. Hasilnya, walaupun pada awalnya kebingungan, para pandai besi tersebut sukses membuat tiruan dari senapan tadi sekaligus menandai lahirnya senapan tanegashima. Informasi mengenai teknik pembuatan tanegashima kemudian menjalar ke wilayah lain di Jepang & tanegashima mulai diproduksi secara massal dengan kaliber yang beragam.
Pengunaan
suntingKarena tanegashima pada dasarnya adalah sejenis musket, maka tanegashima pun memiliki metode penggunaan & cara kerja yang serupa. Mula-mula, pengguna tanegashima mengisi laras senapan dengan mesiu & peluru berbentuk bulat, lalu menyodok-nyodoknya dengan tongkat agar mesiu & peluru tercampur. Di bagian luar pangkal atas senapan, terdapat tali sumbu yang ujung bagian atasnya terbakar & terkait dengan batangan logam kecil berbentuk melengkung. Ketika pengguna tanegashima menekan picu senapan, logam kecil tadi akan berputar ke belakang sehingga ujung tali sumbu menyentuh bagian pangkal senapan yang berisi mesiu. Hasilnya, mesiu yang ada di dalam pangkal senapan akan meledak & ledakannya melontarkan peluru ke depan. Mekanisme senjata api macam ini dikenal dengan sebutan "matchlock" karena cara kerjanya yang menggunakan sundutan api (match = pemantik api).
Jika dibandingkan dengan busur panah (yumi), tanegashima sebenarnya bisa dikatakan sebagai senjata jarak jauh yang medioker karena jarak tembak & akurasinya yang lebih rendah. Bukan hanya itu, tanegashima juga tidak bisa digunakan dalam kondisi hujan ataupun berangin karena kondisi-kondisi tadi membuat api pada tali sumbu tanegashima menjadi padam sehingga tidak bisa digunakan untuk memantik mesiu & menembakkan peluru. Dan terakhir, jika seorang pemanah yang ahli bisa menembakkan anak panahnya secara berulang-ulang dalam jeda waktu relatif singkat, seorang pengguna tanegashima memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengisi laras dengan peluru & mesiu, mengaduknya dengan tongkat, menembakkan peluru, & mengisi ulang laras.
Saat perang sengoku yaitu perang saudara di Jepang salah daimyo yang terkenal, Oda Nobunaga membawa 3.000 pasukan bersenjatakan senapan tanegashima dan mampu mengalahkan 4.000 pasukan berkuda Takeda Katsuyori.
Masa kini
suntingDi masa kini Senapan Tanegashima lebih banyak untuk kegiatan festival atau budaya yang mengenang zaman klasik Jepang.
Lihat juga
suntingBacaan lanjutan
sunting- Tanegashima: the arrival of Europe in Japan, Olof G. Lidin, Nordic Institute of Asian Studies, NIAS Press, 2002
- The bewitched gun: the introduction of the firearm in the Far East by the Portuguese, by Rainer Daehnhardt 1994 ISBN 978-972-47-0373-2
- The Japanese matchlock (in English), color printing, 60 pages, Shigeo Sugawa
- Giving up the gun: Japan's reversion to the sword, 1543-1879, Noel Perrin, David R. Godine Publisher, 1979
- ^ Daehnhardt, Rainer (1994). The Bewitched Gun: The Introduction of the Firearm in the Far East by the Portuguese; Espingarda Feiticeira: A Introducao Da Arma De Fogo Pelos Portugueses No Extremo-Oriente. Texto Editora. hlm. 26.