Serabi
Serabi (Sanskerta: wangi, harum) adalah jajanan tradisional yang berasal dari Indonesia yang diperkirakan sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Mataram. Panganan ini beberapa kali disebut dalam Serat Centhini, yang ditulis para pujangga keraton Surakarta selama 1814–1823 atas perintah Pakubuwana V, sebagai sesaji dalam prosesi ijab atau pernikahan, ruwahan, dan terutama kudapan. Pada tembang (pupuh) ke-157 bait 18, [1] diceritakan bahwa serabi merupakan salah satu dari sekian banyak jenis jajanan yang dijajakan di halaman rumah pada saat pertunjukan wayang kulit di malam hari. Disebutkan pula, bahwa sembilan macam serabi juga merupakan bagian dari aneka penganan yang perlu disiapkan sebagai sajen dalam pertunjukan wayang dan ruwatan (Pupuh 157:7–8).[2][3]
Serabi | |
---|---|
Nama lain | Srabi Surabi |
Jenis | Panekuk |
Sajian | Jajanan pasar |
Tempat asal | Indonesia |
Daerah | Pulau Jawa |
Suhu penyajian | Hangat |
Bahan utama | Tepung beras, santan kelapa |
Sunting kotak info • L • B | |
Pakar kuliner, Bondan Winarno mengatakan bahwa kemungkinan makanan ini mendapat pengaruh dari budaya kuliner India dan juga Belanda.[4] Di Jawa Barat, serabi dikenal dengan nama surabi atau sorabi. Serabi yang terkenal di Indonesia adalah serabi bandung dan serabi solo.[4]
Bahan dan karakteristik
suntingBahan dasar untuk membuat serabi adalah tepung beras, santan kelapa, dan garam. Variasi lainnya adalah serabi manis dengan gula, diberi aroma pandan atau vanila. Secara tradisional, di banyak tempat di Jawa dan Lampung, serabi dimasak dengan menggunakan periuk tanah liat kecil dan dipanggang di atas tungku arang atau kayu api. Sedangkan serabi modern, seperti di Solo dimasak dengan menggunakan wajan kecil.[4][5]
Kue ini memiliki tekstur yang empuk dan rasanya manis.[6] Serabi biasanya dijajakan di pagi hari dan dimasak menggunakan tungku sehingga menghasilkan rasa yang khas. Kadang-kadang telur ayam yang telah dikocok ditambahkan ke atas adonan serabi yang sedang dimasak. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak penjual yang terus berinovasi dengan menambahkan berbagai topping seperti sosis, keju, maupun mayones. Tempat yang menyajikan serabi dengan berbagai variasi rasa tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Bogor.
Etimologi
suntingSerabi, srabi, atau surabi berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti "wangi" atau "harum".[7][8][9]
Galeri
sunting-
Penjual serabi di depan Stasiun Ciamis, Jawa Barat.
-
Kue serabi sedang dimasak menggunakan peralatan tradisional
-
Serabi asin
-
Serabi dengan siraman air gula
-
Penjual serabi di Lombok
-
Tungku dan periuk serabi
-
Serabi Solo
-
Serabi ayam-keju
Referensi
sunting- ^ Ranggasutrasna, R.Ng. dkk. (1814). Serat Suluk Tambangraras (Serat Centhini) Jil. II: 368 (157:18)
- ^ Ranggasutrasna, R.Ng. dkk. (1814). op cit. 157:7-8
- ^ Sunjata,W.P., Sumarno, & T. Mumfangati, (2014). Kuliner Jawa dalam Serat Centhini. Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Daerah Istimewa Yogyakarta. [Oktober 2014].
- ^ a b c Liputan6.com (2021-02-26). "Serabi Bandung dan Serabi Solo, di Mana Perbedaannya?". liputan6.com. Diakses tanggal 2022-12-11.
- ^ "Serabi Notosuman, Kue Warisan Leluhur". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2022-12-11.
- ^ "Perbedaan Serabi dan Surabi, Jajanan Pasar Serupa Tapi Tidak Sama". kumparan. Diakses tanggal 2022-12-11.
- ^ surabhi : S. harum; wangi. Sumber: Kawi - Indonesia, Wojowasito, 1977, #1019.
- ^ surabhi : (S) fragrant, odorous. Sumber: Kawi Lexicon, Wojowasito, 1980, #575.
- ^ surabi (surabi) : (S) kw. ak. wangi, arum. Sumber: Bausastra Jawa, Poerwadarminta, 1939, #75.
Lihat pula
sunting- Kue ape atau juga disebut serabi Jakarta
- Srabi Solo, kue serabi versi Surakarta