Serai wangi (Cymbopogon nardus) adalah jenis rumput-rumputan dari ordo Graminales yang khas dari daerah-daerah tropis Asia. C. nardus bersifat perennial (selalu tumbuh sepanjang tahun). C. nardus sangat terkenal sebagai rempah-rempah dalam masakan Asia (terutama dalam kuliner Thailand dan Indonesia), tetapi juga dapat diseduh menjadi teh herbal dengan aroma lemon yang khas. Sereh wangi juga dapat dibuat menjadi citronella oil yang memiliki sifat-sifat yang menguntungkan seperti anti-nyamuk, anti-jamur, antibakteri, larvasidal, anti-inflammatory, aromatik, antipiretik (dapat meredakan demam dan sakit kepala), antispasmodic (bersifat sebagai muscle relaxer), dan dapat digunakan untuk agen-agen pembersih.[1] Di daerah Karibia dan India, sereh wangi adalah komposisi utama dari pengobatan-pengobatan tradisional untuk meredakan demam, nyeri eksternal, dan artritis. Daun dari sereh wangi juga merupakan sumber selulosa yang baik untuk pembuatan kertas dan kardus.[2]

Serai wangi
Cymbopogon nardus

Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmonocots
Kladcommelinids
OrdoPoales
FamiliPoaceae
SubfamiliPanicoideae
TribusAndropogoneae
SubtribusAndropogoninae
GenusCymbopogon
SpesiesCymbopogon nardus
Rendle, 1899
Tata nama
BasionimAndropogon nardus
Penampakan fisik Cymbopogon nardus.

Biologi sunting

Sereh wangi tumbuh berumpun dan memiliki akar serabut dengan jumlah yang cukup banyak. Daun sereh wangi berbentuk pipih melengkung dan memanjang seperti rumput-rumputan dengan panjang mencapai 1 meter dan lebar pada kisaran 1 cm hingga 2 cm. Daun sereh wangi terlihat hijau hingga hijau kebiruan dengan batang berwarna hijau hingga merah keunguan. Bila diremas, daun sereh akan mengeluarkan aroma khas serai wangi.[3]

Kondisi Pertumbuhan sunting

Sereh wangi rata-rata dapat tumbuh di kawasan tropis Asia, namun tidak dapat mentolerir suhu dingin yang berkepanjangan.[4] Sereh wangi tumbuh dengan baik pada suhu 18–25 oC dan pada ketinggian 350–600 mdpl.[3] Sereh wangi tumbuh subur pada tanah yang lembap dan loamy (memiliki campuran pasir, tanah liat, dan materi organic yang kaya) dengan pH sekitar 6–7.5, dan pada pemaparan sinar matahari langsung. Sereh wangi juga membutuhkan banyak air sehingga akan tumbuh subur jika disiram secara periodik atau terpapar oleh curah hujan yang merata sepanjang tahun (dengan curah hujan ideal pada tingkat 1.800–2.500 mm/tahun). Sereh wangi dapat ditanam pada berbagai kontur tanah seperti pada tanah datar, tanah miring, ataupun yang berbukit-bukit.[4]

Varietas sunting

Di Indonesia sendiri telah dikenal dua jenis varietas serai wangi, yaitu: C. nardus Rendle Andropogon nardus Ceylon de Yong, yang juga dikenal dengan tipe Lena Batu, dan C. winter Jowitt atau C. nardus Java de Yong, yang juga dikenal dengan Maha Pengiri. Varietas unggul dari citronella grass yang telah dikembangkan adalah G1, G2, G3, dan G4, dengan nama berturut-turut Serai Wangi 1, Serai Wangi 2, Serai Wangi 3, dan Serai Wangi 4. Tiap varietas tersebut memiliki sedikit perbedaan dalam kondisi pertumbuhan optimumnya, yang dijelaskan pada tabel berikut.[5]

Varietas unggul dari citronella grass yang sudah dikembangkan antara lain adalah G1, G2, G3, dan G4.[5]
Uraian G1 G2 G3 G4
A. Rumpun Condong ke atas dan batang bulat meruncing Condong ke atas dan batang bulat meruncing Condong ke atas dan batang bulat meruncing Condong ke atas dan batang bulatmeruncing
B. Jumlah anakan 36 36 38 38
C. Ketinggian optimum (mdpl) 0–150 0–600 600–1200 300–1200
D. Produksi citronellal (%) 39,55 39,33 39,32 39,32

Budidaya dan Permintaan sunting

Sereh wangi dapat langsung ditanam tanpa diolah terlebih dahulu. Penanaman paling baik dilakukan pada saat musim hujan. 1–2 anakan sereh wangi ditanam dalam lubang berukuran 30 x 30 x 30 cm, dengan jarak 100 x 100 cm antar lubangnya. Lubang kemudian diberikan pupuk kandang dengan dosis 1–2 kg/rumpun.[5]

Panen daun sereh wangi pertama kali pada saat tanaman berumur 6 bulan, dengan panen selanjutnya dilakukan setiap 3 bulan berikutnya. Produksi rata-rata daun segar sereh wangi dapat mencapai angka 20 ton/ha/tahun pada panen pertama dan kedua pada tahun pertama, dengan panen pada tahun ke empat dengan produksi 60 ton/ha dengan empat kali panen. Sereh wangi dapat panen sampai umur 6 tahun, tetapi dengan pemeliharaan yang baik, sereh wangi dapat panen sampai 10 tahun.[5]

Adapun sereh wangi dapat ditumbuhkan dengan pola tanam monokultur (ditumbuhkan sendiri) ataupun polikultur (ditumbuhkan bersama-sama dengan komoditas lain pada suatu lahan). Bila ditumbuhkan dengan sistem polikultur, sereh wangi dapat ditumbuhkan sebagai tanaman pokok ataupun sebagai tanaman selaan (penyela antar ruang atau tegakan tanaman tahunan). Bila ditumbuhkan sebagai tanaman selaan, maka perlu penumbuhan sereh wangi akan dipengaruhi oleh jenis dan umur tanaman pokok dan jarak tanamnya dengan sereh wangi. Namun begitu, menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, produktivitas sereh wangi yang ditumbuhkan dengan system polikultur relatif lebih rendah dibandingkan monokultur karena berkurangnya intensitas sinar matahari yang diterima oleh sereh wangi. Produktivitas sereh wangi yang ditumbuhkan dengan sistem polikultur sebagai tanaman selaan hanya menghasilkan 2,45 kg sereh wangi/rumpun, lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas potensial sereh wangi yang ditumbuhkan dengan sistem monokultur yang dapat menghasilkan 4,5 kg sereh wangi/rumpun.[6]

Sereh wangi dihasilkan pada daerah-daerah berikut di Jawa Barat, sehingga cukup banyak petani yang bergantung pada jenis komoditas ini untuk kehidupannya sehari-hari.[7]

Produksi Sereh Wangi di Jawa Barat[7]
Kabupaten / Kota Luas Lahan Produksi
Jumlah (Ton) Rata-Rata (Kg/Ha)
Bandung Barat 1.448 492 340
Ciamis 5 4 -
Garut 28 1 39
Subang 35 6 168
TOTAL 1.516 503 332

Selain petani, masyarakat umum juga bergantung terhadap keberadaan sereh wangi sebagai produk. Sereh wangi sendiri dikonsumsi sebagai rempah-rempah di Indonesia dan permintaan sereh wangi juga cukup tinggi dan dengan harga yang stabil dan cenderung meningkat (sebesar 3–5% per tahun). Negara importir sereh wangi terbesar Indonesia adalah Singapura, Jepang, Australia, Meksiko, India, Taiwan, Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman dan Spanyol. Konsumsi sereh wangi global mencapai angka 2.000–2.500 ton per tahun dan dengan 200–250 tonnya dipenuhi oleh ekspor Indonesia.[7]

Metabolit sunting

Berikut adalah produk metabolit yang ditemukan pada Cymbopogon nardus.[8]

Profil Metabolomik dari Cymbopogon nardus[8]
Senyawa Persentase (%)
Citronellal 29.6
2,6-octadienal, 3,7-dimethyl-, (E)- 11.0
cis-2,6-dimethyl-2,6-octadiene 6.9
Propanoic acid, 2-methyl-, 3,7-dimethyl-2,6-octadienyl ester, (E)- 6.9
Caryophyllene 6.5
Citronellol 4.8
Phenol, 2-methoxy-3-(2-propenyl)- 4.5
Cyclohexane, 1-ethenyl-1-methyl-2,4-bis (1-methylethenyl)- 3.3
Limonene 2.7
2,6-octadien-1-ol, 3,7-dimethyl-,(E)- 2.4
1,6-cyclodecadiene,1-methyl-5-methylene-8-(1-methylehtyl)-, [s-(E, E)]- 2.3
Naphthalene, 1,2,3,5,6,8a-hexahydro-4,7-dimethyl-1-(1-methylethyl)-, (1S-cis)- 1.8
2,6-octadiene, 2,6-dimethyl- 1.6
Eugenol 1.5
3,7-cyclodecadiene-1-methanol, a,a,4,8-tetramethyl-, [s-(z,z)] 1.3
Cyclohexane, 1-ethenyl-1-methyl-2,4-bis(1-methylethenyl)-,[1S-(1a,2a,4a)]- 1.3
Cyclohexanemethanol, 4-ethenyl-a,a,4-trimethyl-3-(1-methylethenyl)-, [1R-(1a,3a,4a)]- 1.3
2,6-octadien-1-ol, 3,7-dimethyl-, acetate, (E)- 1.2
Naphthalene, 1,2,4a,5,6,8a-hexahydro-4,7-dimethyl-1-(1-methylethyl)-, (1a,4aa,8aa)- 1.1
Naphthalene, 1,2,3,4,4a,5,6,8a-octahydro-7-methyl-4-methylene-1-(1-methylethyl)-, (1a, 4aa, 8aa)- 0.6
a-caryophyllene 0.3
2-Furanmethanol,5-ethenyltetrahydro-a,a-5-trimethyl-, cis- 0.2
Unknown 1 0.1
Unknown 2 6.9

Profil metabolit C. nardus didapatkan dengan GC-MS. Bagian aerial dari sereh wangi pertama-tama dipotong-potong menjadi kecil dan diproses selama 3 jam dengan distilasi uap. Analisis GC-MS hasil ekstraksi diencerkan dengan aseton dan diinjeksikan ke dalam kolom kromatografi gas.[8]

Didapatkan bahwa aroma khas lemongrass (seperti serai / seperti lemon) adalah sifat dari citronellal yang mendominasi metabolom C. nardus. Essential oil dari C. nardus juga didapati dapat menginhibisi pertumbuhan dari berbagai pathogen Gram-positif dan Gram-negatif pada manusia seperti Acinetobacter baumanii, Enterococcus faecalis, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhimurium, Serratia marcescens dan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 1200 µg/ml hingga < 20000 µg/ml.[8]

Diketahui citronellal (3,7-dimethyloct-6-en-1-al) adalah senyawa aktif yang bertanggung jawab atas kemampuan sereh wangi untuk mengusir nyamuk. Senyawa aktif lain yang juga bertanggung jawab atas sifat ini adalah citronellol, α-pinene, dan limonene.[9]

Selain itu, citral dari sereh wangi juga dapat digunakan sebagai prekursor atau building blocks untuk sintesis B-ionine, yang digunakan dalam sintesis senyawa-senyawa aromatik lainnya, vitamin A, vitamin E, karotenoid, dan produk-produk farmasetik lainnya.[2]

Standardisasi sunting

Sebagai rempah-rempah yang langsung dikonsumsi, sereh wangi belum memiliki baku mutu yang resmi, namun untuk ekspor dalam bentuk citronella oil, citronella oil harus memiliki standard internasional yang dirangkum dalam ISO 3848:2016, yang terangkum pada tabel berikut:[10]

Standar Baku Mutu Citronella Oil Menurut ISO 3848:2016[10]
Ciri-ciri Persyaratan Metode Uji
Penampakan Bening, terkadang opalescent (terlihat seperti batu opal), cair. -
Warna Kuning pucat hingga kuning pucat kecoklatan -
Aroma Sedikit manis, floral, seperti mawar atau lemon -
Densitas relatif pada suhu 20 oC, d2020 0,880–0,902 ISO 279
Indeks bias relatif pada suhu 20 oC 1,446–1,477 ISO 280
Rotasi optikal relatif pada suhu 20 oC -5o–+1o ISO 592
Kelarutan dalam etanol 80% (dalam fraksi volume), pada suhu 20 oC Tidak lebih dari 2 volume etanol 80% untuk mendapatkan 1 volume larutan citronella oil yang bening. ISO 875

Analisis metabolomik dari essential oil dari sereh wangi kemudian dilakukan dengan kromatografi gas. Profil kromatografis ditentukan menurut metode yang telah distandardisasi oleh ISO 11024.[10]

Standard batas minimal dan maksimal internasional untuk senyawa-senyawa dalam Citronella Oil[10]
Komponen Minimum (%) Maksimum (%)
Limonene 2,0 5,0
Citronellal 31,0 40,0
Linalool 0,5 1,5
Isopulegol 0,5 1,7
b-elemene 0,7 2,5
Citronellyl acetate 2,0 4,0
Germacrene-D 1,5 3,0
Geranial 0,3 1,0
Geranyl acetate 2,5 5,5
d-Cadinene 1,5 2,5
Citronellol 8,5 14,0
Geraniol 20,0 25,0
Elemol 1,3 4,8
Eugenol 0,5 1,0

Teknologi sunting

Citronellal diketahui adalah salah satu agen pengusir serangga pertama yang diizinkan untuk diaplikasikan pada manusia oleh EPA dan dianggap sebagai GRAS (Generally Recognized As Safe) oleh FDA. Toksisitas dari citronellal tergolong dalam kategori IV (hampir non-toksik).[9]

Beberapa pengembangan dalam produk-produk dari metabolit sereh wangi adalah penambahan vanillin pada citronella oil. Citronella oil diketahui bersifat volatil sehingga essential oil ini harus kembali dioleskan pada kulit secara topical setiap 20 hingga 60 menit sekali, tetapi ditemukan bahwa penambahan vanillin kepada citronella oil dapat memperpanjang waktu proteksi dari citronella oil sebagai mosquito-repelling agent hingga 4.8 jam.[11] Formulasi berbasiskan krim dan/atau campuran polimer juga didapatkan meningkatkan efek repellent dari citronellal terhadap nyamuk dan serangga-serangga penggigit lainnya. Formulasi topikal citronellal pada medium basal yang berbentuk seperti jelly juga didapati dapat memperpanjang proteksi kulit dari nyamuk, tanpa efek samping apapun.[9]

Referensi sunting

  1. ^ Larum, D. 2018. What Is Citronella Grass: Does Citronella Grass Repel Mosquitoes [online] https://www.gardeningknowhow.com/ornamental/foliage/citronella-grass/what-is-citronella-grass.htm. Accessed 26th March 2019, 23:00 WIB.
  2. ^ a b Skaria, B.P.; Joy, P.P.; Mathew, S.; Mathew, G. (2006). Handbook of Herbs and Spices. Elsevier. hlm. 400–419. ISBN 9781845690175. 
  3. ^ a b Suroso, S. P. 2018. Budidaya Serai Wangi. Penyuluhan Kehutanan Lapangan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Daerah Istimewa Yogyakarta.
  4. ^ a b Karen, K. 2017. Citronella grass–planting, growing and care. [online] https://insectcop.net/citronella-grass-planting-growing-and-care/. Accessed 26th March 2019, 23:00 WIB.
  5. ^ a b c d Sukamto, D.M. and Suheryadi, D., 2011. Seraiwangi (Cymbopogon nardus L) sebagai penghasil minyak atsiri, tanaman konservasi dan pakan ternak. In Dalam: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor Perkebunan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Perkebunan. Bogor (Indonesia): Puslitbangbun. hlm (pp. 175-180).
  6. ^ Kementrian Pertanian. 2017. Serai Wangi sebagai Tanaman Sela Perkebunan. [online] http://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/2954/. Accessed 2nd April 2019, 23:00 WIB.
  7. ^ a b c Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. 2017. Sereh Wangi [online]. http://disbun.jabarprov.go.id/page/view/67-id-sereh-wangi. Accessed 2nd April 2019, 23:00 WIB.
  8. ^ a b c d Wei, Lee Seong; Wee, Wendy (2013-6). "Chemical composition and antimicrobial activity of Cymbopogon nardus citronella essential oil against systemic bacteria of aquatic animals". Iranian Journal of Microbiology. 5 (2): 147–152. ISSN 2008-3289. PMC PMCPMC3696851  Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 23825733. 
  9. ^ a b c Lee, Mi Young (2018-10-02). "Essential Oils as Repellents against Arthropods". BioMed Research International. 2018: 1–9. doi:10.1155/2018/6860271. ISSN 2314-6133. 
  10. ^ a b c d International Standard. 2016. Essential Oil of Citronella, Java Type. [online] https://www.sis.se/api/document/preview/921082/. Accessed 2nd April 2019, 23:00 WIB.
  11. ^ Chung, Seong Kyun; Seo, Ji Yeon; Lim, Jung Hoon; Park, Hyung Hwan; Yea, Myeong Jai; Park, Hyun Jin (2013-04-01). "Microencapsulation of Essential Oil for Insect Repellent in Food Packaging System". Journal of Food Science. 78 (5): E709–E714. doi:10.1111/1750-3841.12111. ISSN 0022-1147.