Si Ronda adalah film silat Hindia Belanda tahun 1930 yang disutradarai Lie Tek Swie dan dibintangi Bachtiar Effendi. Film ini mengisahkan seorang ahli bela diri bernama Si Ronda. Film ini tergolong film bisu dan sudah dianggap hilang dari peredaran. Alurnya diadaptasi dari drama panggung ternama di Batavia (sekarang Jakarta). Film ini kurang diliput media massa pada waktu itu. Film kedua yang diadaptasi dari cerita yang sama, Si Ronda Macan Betawi, dirilis tahun 1978.

Si Ronda
SutradaraLie Tek Swie
ProduserTan Khoen Yauw
Pemeran
SinematograferA Loepias
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
  • 1930 (1930) (Hindia Belanda)
NegaraHindia Belanda
Artikel ini tersedia dalam versi lisan
Dengarkan versi lisan dari artikel ini
(3 bagian, 10 menit)



Ikon Wikipedia Lisan
Berkas-berkas suara berikut dibuat berdasarkan revisi dari artikel ini per tanggal 23 Juli 2022 (2022-07-23), sehingga isinya tidak mengacu pada revisi terkini.

Produksi

Si Ronda disutradarai Lie Tek Swie dan diproduseri Tan Khoen Yauw darif Tan's Film.[1] Keduanya sempat bekerja sama dalam pembuatan Njai Dasima tahun 1929.[2] Sinematografinya ditangani A Loepias. Film bisu ini direkam menggunakan kamera hitam putih.[1] Film ini dibintangi Bachtiar Effendi, seorang dekorator di Tan's, yang memerankan tokoh Si Ronda. Film ini merupakan film perdana Effendi.[3] Si Ronda juga dibintangi Momo yang sebelumnya tampil di Njai Dasima.[4]

Si Ronda diadaptasi dari sebuah lenong (drama Betawi) yang populer di kalangan etnis Cina dan pribumi pada masa itu, yang mengisahkan tentang aktivitas seorang ahli silat Betawi (seni bela diri tradisional) dengan nama yang sama.[5][6] Kisah Si Ronda dipilih karena urutan aksinya yang menjadi kesukaan para penggemarnya di ibu kota kolonial Batavia (sekarang Jakarta).[7]

Si Ronda mirip dengan cerita Si Jampang dan Si Pitung;[8] drama panggung tersebut terpusat pada pria yang luar biasa (disebut sebagai jago) yang hidup di luar hukum, umumnya berjuang untuk rakyat umum.[9] Setelah peluncuran Si Tjonat oleh Batavia Motion Picture pada 1929, genre silat (selalu berdasarkan pada kisah-kisah lokal) telah mendapatkan popularitas dalam perfilman lokal; contohnya, pada 1929, Wong bersaudara meluncurkan Rampok Preanger, dengan tema yang sama. Kemudian, pada 1931, mereka mengadaptasi cerita Si Pitoeng dalam bentuk film.[10][11] Tidak semua film menggunakan genre tersebut, yang terdiri dari setengah dari semua film domestik yang diluncurkan pada 1929–1931, yang berfokus pada kualitas kepahlawanan pada karakter tengah: Si Pitung adaptasi Wong bersaudara, misalnya, menggambarkannya sebagai seorang bandit sederhana dan bukan figur Robin Hood pada drama panggung.[12]

Rilis dan tanggapan

 
Bachtiar Effendi kelak keluar dari Tan's Film dan memimpin sebuah majalah.

Si Ronda dirilis tahun 1930;[5] Effendi menyatakan bahwa film tersebut dirilis sebelum Nancy Bikin Pembalesan, sekuel Njai Dasima.[6] Sejumlah koran Belanda menyebutkan bahwa film ini sempat ditayangkan di Medan, Sumatera Utara, pada tahun 1932.[13] Sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran menulis bahwa film ini tidak diliput luas dan Sinematek Indonesia tidak punya kliping berita apapun mengenai film ini.[6]

Setelah Si Ronda, Lie dan Tan berkolaborasi mengerjakan tiga film lainnya.[14] Lie keluar dari Tan's tahun 1932 yang kabarnya dikarenakan pendekatannya tidak sesuai lagi dengan target penonton Tan's yang berkelas rendah, sehingga biaya pembuatan film-film mereka selalu melebihi anggaran.[15] Effendi terus bekerja di Tan's sampai 1932. Tahun itu ia keluar dan menjadi pimpinan majalah sinema Doenia Film.[3] Momo melanjutkan karier aktingnya sampai 1941, pertama dengan Tan's dan kemudian dengan Standard Film.[4]

Film ini bisa jadi tergolong film hilang. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya.[16] Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.[17]

Sebuah film yang diadaptasi dari cerita yang sama, Si Ronda Macan Betawi, dirilis pada tahun 1978.[5] Film ini disutradarai Fritz G. Schadt dan dibintangi Dicky Zulkarnaen sebagai tokoh utama dan Lenny Marlina sebagai kekasihnya. Dalam film ini, Ronda memakai kemampuan silatnya untuk melawan tuan tanah dan pekerja pemerintah kolonial yang korup.[18]

Referensi

  1. ^ a b Filmindonesia.or.id, Kredit Si Ronda.
  2. ^ Biran 2009, hlm. 99–100.
  3. ^ a b Said 1982, hlm. 138.
  4. ^ a b Filmindonesia.or.id, Momo.
  5. ^ a b c Filmindonesia.or.id, Si Ronda.
  6. ^ a b c Biran 2009, hlm. 104–105.
  7. ^ Biran 2009, hlm. 108.
  8. ^ JCG, Ronda, Si.
  9. ^ Gouda 1999, hlm. 169.
  10. ^ Biran 2009, hlm. 105, 111, 113.
  11. ^ Sen 1995, hlm. 15.
  12. ^ Biran 2009, hlm. 379–80; van Till 1996, hlm. 461–468
  13. ^ De Sumatra Post 1932, Kunst en Vermakelijkheden.
  14. ^ Said 1982, hlm. 142–143.
  15. ^ Biran 2009, hlm. 111.
  16. ^ Heider 1991, hlm. 14.
  17. ^ Biran 2009, hlm. 351.
  18. ^ Filmindonesia.or.id, Si Ronda Macan Betawi.

Bacaan lanjutan

Pranala luar